tag:blogger.com,1999:blog-88022693855762983942024-03-13T11:28:40.575-07:00Seni, Agama dan Budaya BaliBlog sederhana, yang menyinggung khasanah budaya bali dan keagungan Hindu di dalamnya.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.comBlogger19125tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-13289692548571270072010-05-08T22:31:00.000-07:002010-05-08T22:40:31.620-07:00Panca Sradha<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwi4pl5SvoVr3-bzeo_TLURHiUwvljJeaV6gYvbovneHPugpWekkIAkz2d7njrZ0sPTpoXJwk19kzKvxedK526t141tx2vAbar6apTWWbiyHsXcgD7Yg66JDkE-NmTj66F3h19XR6V7ZY/s1600/hindu-is-my-life.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwi4pl5SvoVr3-bzeo_TLURHiUwvljJeaV6gYvbovneHPugpWekkIAkz2d7njrZ0sPTpoXJwk19kzKvxedK526t141tx2vAbar6apTWWbiyHsXcgD7Yg66JDkE-NmTj66F3h19XR6V7ZY/s400/hindu-is-my-life.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5469140242216876482" /></a><br />A. PENGERTIAN PANCA SRADHA<br /><br />Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma ( Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk pertama kalinya Agama Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.<br />Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :<br />1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama<br />2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama<br />3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama<br />Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang “ Sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut “ Panca Sradha “.<br /><br />B. PEMBAGIAN PANCA SRADHA<br />Panca Sradha terdiri dari :<br />a. Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi<br />b. Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman<br />c. Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala<br />d. Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali<br />e. Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rokhani.<br /><br />Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sradha yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang.<br />Cobalah perhatikan kegelisahan dan ketakutan seorang anak di arena sirkus. Anak kecil menjerit ketakutan ketika disuruh bersalaman dengan seekor harimau, walaupun di dampingi oleh seorang Pawang. Mengapa ketakutan itu bisa terjadi ?<br />Tidak lain karena anak kecil itu belum mempunyai kepercayaan penuh bahwa harimau itu akan jinak dan telah terlatih oleh pawangnya. Jadi kesimpulannya kepercayaan yang mantap dapat menciptakan ketenangan.<br /><br />C. PENJELASAN MASING – MASING BAGIAN PANCA SRADHA<br /><br />1. Brahman ( Percaya akan adanya Hyang Widhi )<br />Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka Nirwikara “<br />Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “ Jan Ma Dhyasya Yatah “ artinya Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta ini. Dari pengertian tersebut bahwa Hyang Widhi adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.<br />Agama Hindu mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain :<br />a. Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan : “ Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman “ artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna<br />b. Dalam mantram Tri Sandhya tersebut kata – kata :<br />“ Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit “ artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.<br />c. Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan “ <br />“ Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti “ artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.<br /><br />d. Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan :<br />Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa artinya berbeda – beda tetapi satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.<br /><br />Dengan pernyataan – pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu Hyang Widhi.<br />Hindu sangat lengkap, dan fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama, yaitu Brahman ( Yang tidak terpikirkan ), Paramaatma ( Berada dimana-mana dan meresapi segalanya ), dan Bhagavan ( berwujud )<br /><br />2. Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma )<br />Atma berasal dari Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah mahluk hidup yang terjadi dari dua unsur yaitu badan dan atma.<br />Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh ( Dasa Indria )<br />Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus . atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “<br />Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma.<br />Atma yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “ Antarjyotih “ ( bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan sempurna ). Dalm kitab Bhagadgita disebut sifat – sifat atma sebagai berikut :<br />- Achodyhya artinya tak terlukai oleh senjata<br />- Adahya artinya tak terbakar oleh api<br />- Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin<br />- Acesyah artinya tak terbasah oleh air<br />- Nitya artinya abadi, kekal<br />- Sarwagatah artinya ada dimana – mana<br />- Sthanu artinya tak berpindah – pindah<br />- Acala artinya tak bergerak<br />- Sanatana artinya selalu sama<br />- Adyakta artinya tak terlahirkan<br />- Achintya artinya tak terpikirkan<br />- Awikara artinya tak berjenis kelamin<br />Jelaslah atma itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya gelap lupa kepada kesadaran . Awidhya muncul karena pengaruh unsur panca maha butha yang mempunyai sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri manusia di dalam keadaan awidhya.<br />Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia bertujuan untuk menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan cara melaksanakan Subha karma. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya tadi. Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak, sedangkan atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa “ Karma Wasana “ ( bekas hasil perbuatan ). Oleh karena itu, manusia lahir kedunia harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan Atma itu adalah tunggal adanya ( Brahman Atman Aikyam )<br /><br />3. Karma ( Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala )<br />Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang.<br />Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.<br />Perbuatan – perbuatan buruk atau Asubha karma menyebabkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Bila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara ( Neraka Syuta ). Namun, bila perbuatan – perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan – perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama.<br />Jika dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :<br />- Sancita karma phala <br />Adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula ( senang, sejahtera, bahagia ). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk ( selalu menderita, susah, dan sengsara )<br />- Prarabda karma phala<br />Adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu. <br />Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat.<br />- Kriyamana karma phala<br />Adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak diterima berupa kesengsaraan.<br />Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita itu baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.<br /><br />4. Samsara ( Percaya dengan adanya kehidupan kembali )<br />Samsara disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang – ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.<br />Kelahiran dan hidup ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).<br />Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi.<br />Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :<br />- Pitra Yadnya <br />Yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.<br />- Pelaksanaan dana Punya ( amal saleh ), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.<br />- Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.<br /><br />5. Moksa ( Percaya dengan adanya kebahagiaan rokhani )<br />Moksa berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama Siwa.<br />Alm moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup.<br />Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ).<br />Syarat utama untuk mencapai alam moksa ini ialah berbhakti pada dharma, berbhakti dengan pikiran suci. Kesucian pikiran adalah jalan utama untuk mendapatkan anugrah utama dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hal ini dapat dibandingkan dengan besi yang bersih dari karatan, maka dengan mudah dapat ditarik oleh magnet. Tetapi besi itu kotor penuh dengan karatan maka sangat sukar dapat ditarik oleh magnet. <br />Moksa merupakan tujuan akhir yang harus diraih oleh setiap orang menurut ajaran agama Hindu. Tujuan tersebut dinyatakan dengan kalimat “ Mokharatam Jagadhita ya ca iti Dharma “.<br />Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut Catur Marga yang terdiri dari :<br />- Bhakti Marga ( jalan Bhakti )<br />- Karma Marga( jalan Perbuatan )<br />- Jnana Marga( Jalan Ilmu Pengetahuan )<br />- Raja Marga ( Jalan Yoga )dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-42145948090341030142010-04-23T20:35:00.000-07:002010-04-23T20:37:31.545-07:00Filosofi Air dan Tirtha<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5hpeuIcXrMj6qNJiKjCSOUScUwhb7DBjrPuv0mCTLWL6zD5xNnUlQXtOMAiJpHPl4Zv2ktSWaHEWMgFGhfC4pSDNMNmnKAAjG_HZyX6AE8G9jrAqcsTKwQeiksQgd4Kk1vztcR37vFBc/s1600/Copy+(3)+of+AUM+3.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 360px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5hpeuIcXrMj6qNJiKjCSOUScUwhb7DBjrPuv0mCTLWL6zD5xNnUlQXtOMAiJpHPl4Zv2ktSWaHEWMgFGhfC4pSDNMNmnKAAjG_HZyX6AE8G9jrAqcsTKwQeiksQgd4Kk1vztcR37vFBc/s400/Copy+(3)+of+AUM+3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463543015233357330" /></a><br /><br /><br /> <br /><br /> Tanggal : 22-06-2007<br /><br />Air merupakan sarana yajnya yang penting. Ada dua jenis air yang dipakai dalam yajnya, yaitu: air untuk membersihkan mulut dan tangan; serta air suci yang disebut tirta. Tirta ini pun ada dua macamnya. Pertama, tirta yang didapat dengan memohon kepada Tuhan dan Batara-batari. Kedua, tirta yang dibuat oleh pendeta dengan puja.<br />Tirta itu berfungsi untuk membersihkan kekotoran maupun kecemaran pikiran. Adapun pemakaiannya adalah dengan dipercikkan di kepala, diminum, dan diusapkan di muka, sebagai simbolis pembersihan bayu, sabda, dan idep. <br />Tirta bukanlah air biasa. Tirta adalah benda materi yang sakral dan mampu menumbuhkan perasaan, pikiran yang suci. Itu dasarnya adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan, umat Hindu tidak akan dapat membuktikan bahwa itu bukan air biasa. Tirta adalah sarana agama. Membuktikan kebenaran agama, dasar utamanya adalah kepercayaan. Rasio hanya sebagai pembantu saja.<br />Kalau tirta itu dipandang secara rasional semata, tidaklah lebih daripada air biasa, yang kalau diuraikan secara ilmu kimia adalah H2O, yaitu dua hidrogen dan satu oksigen. Karena itu kesucian tirta hanya dapat dibuktikan kalau dia diyakini sebagai benda agama, di mana di dalamnya terdapat kekuatan spiritual para dewa sebagai manifestasi Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena itu umat Hindu, dalam melakukan persembahyangan, sikap yang paling penting ditumbuhkan pada diri sendiri adalah kepercayaan terhadap sarana-sarana tersebut, sebagai pendorong, memperkuat batin terhadap sarana yang memiliki kekuatan magis religius yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakinilah bahwa tirta itu adalah wujud nyata karunia Tuhan untuk memberkati hidup kita menuju suci dan bahagia. Unsur rasio dalam memandang tirta itu adalah sebagai pembantu mempersiapkan sarana pembuatannya. Pakailah air yang benar-benar bersih, sehat secara fisik, tidak ada kuman-kuman di dalamnya, tempatnya juga dipakai tempat yang bersih. Demikian pula tangan, bunga, serta alat-alat lain hendaknya alat yang benar-benar bersih secara higienis. <br />Demikian peranan rasio untuk menunjang keyakinan itu. Tidaklah tepat keyakinan itu secara membabi-buta. Siapkanlah segala bahan dan alat-alat yang berhubungan dengan pembuatan tirta itu, yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Kalau hal ini sudah dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional, setelah air itu berstatus menjadi tirta barulah dasar utamanya untuk menghayati kesucian adalah dengan keyakinan. Inilah pola berpikir agama yang dikatakan oleh umat Hindu di Bali berdasarkan pola berpikir “sekala niskalaâ€. Berpikir secara nyata dan tidak nyata, untuk lebih meningkatkan keyakinan kepada tirta.<br />Kata tirta berasal dari bahasa Sansekerta. Kamus Sansekerta-Indonesia yang diterbitkan oleh Pemda Tingkat I Bali menyebutkan arti kata tirta sebagai: pemandian atau sungai; kesucian atau setitik air; toya atau air suci; sungai yang suci; pemandian/sungai/air suci; tempat berziarah; mengunjungi tempat-tempat suci; bersuci dengan air; air suci; pemandian; tempat mandi atau tempat yang dapat diseberangi. <br />Dalam lontar Pariti Agama Tirta disebutkan, “Tirta ngaran amrta,“ artinya tirta adalah hidup (tidak mati). Sedangkan lontar Agama Tirta menyebutkan, “/U/ ngaran uddhakam ngaran gangga, ngaran tirta suci.†Kata uddhaka dalam bahasa Sansekerta artinya ‘laut’. Fungsi laut dalam agama Hindu adalah sebagai tempat penyucian atau tempat pelebur segala kotoran. <br />Dalam lontar Kusuma Dewa Gong Wesi disebutkan, “Salwir bebanten yajnyan matirta tan karyan pedanda putus tan ketampi atuannya.†Artinya: segala sajian (bebanten) kalau tidak disucikan dengan tirta yang dibuat oleh pendeta utama, tidak akan diterima persembahannya. Oleh karena inilah setiap upakara yang disucikan yang digunakan sebagai sarana persembahan, terlebih dahulu dipercikki tirta panglukatan. <br />Istilah panglukatan berasal dari kata lukat dalam bahasa Jawa Kuna, berarti membebaskan. Fungsi tirta panglukatan dan tirta pabersihan merupakan penyucian tahap pertama untuk membebaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan upakara keagamaan, dari segala kotoran fisik dan spiritual. Sedangkan tirta pabersihan merupakan suatu keyakinan bahwa segala sesuatu itu benar-benar bersih suci.<br />Tirta untuk melakukan yajnya ada dua jenis, yaitu tirta pabersihan dan tirta wangsuhpada. Tirta pembersihan berfungsi untuk menyucikan upakara (babanten) yang akan dipakai sarana persembahyangan dan juga dipakai untuk menyucikan diri dari segala kekotoran. Tirta pabersihan ini dipergunakan sebelum inti persembahyangan dilakukan. Setelah upakara dan diri sendiri diperciki tirta pabersihan barulah dilangsungkan persembahyangan. <br />Sebagai penutup persembahyangan dipergunakan tirta wangsuhpada dari Ida Batara yang disembah. Tirta wangsuhpada ini adalah lambang karunia atau waranugraha Ida Batara kepada umat yang memuja, berupa amrta, artinya kehidupan yang sejahtera. <br />Selanjutnya tirta dibedakan dari cara memperolehnya, yaitu: tirta yang dibuat oleh sulinggih; dan tirta yang didapat melalui memohon (nuur) oleh pamangku, pinandita, dan dalang/balian/sang yajamana.<br />Pembuatan tirta oleh sulinggih/sang diksita/sang dwijati, khusus untuk tirta pabersihan, sebagai dasar untuk mempergunakan berbagai jenis tirta yang lainnya. Adapun garis besar cara pembuatannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama semua bahan atau alat pembuatan tirta dipersiapkan terlebih dulu dalam keadaan bersih dan sehat (higienis). Bahan dan alat-alat tersebut, misalnya, air yang diambil dari tempat yang betul-betul bersih, dhupa dan dipa, asaban cendana, wija (bija), daun alang-alang, dan lainnya. Mula-mula oleh sulinggih (pendeta) air diasapi dan dituangkan pada siwambha disertai dengan puja mantra nama Gangga, kemudian dilanjutkan dengan puja kuta mantra, setelah itu diisi dengan wangi-wangian. <br />Proses berikutnya dengan menulisi air dalam siwambha, memakai bunga, dengan tulisan aksara “Am, Um, Mam†disertai dengan puja tri purusa mantra, dilanjutkan dengan menulis aksara “Imâ€. Ditulis melintang dari utara ke selatan, air alam siwambha diputar tiga kali, mengarah putaran jarum jam disertai dengan puja amrta saptawaja. Perputaran air tiga kali ini untuk menyatukan unsur-unsur “Am, Um, Mam†ke tengah menjadi “OMâ€. Adapun aliran air itu ke kanan menunjukkan lambang amrta (air kehidupan).<br />Ada pula tirta didapat dengan jalan nuur oleh pamangku, pinandita, atau dalang/balian/sang yajamana (penyelenggara upacara). Jenis tirta ini disebut tirta wangsuhpada, kekuluh, atau banyun cokor. Kalau tirta itu dimohon di suatu pura atau tempat suci lainnya, di mana telah ada pamangkunya, maka permohonan tirta wangsuhpada, kekuluh, atau banyun cokor itu dilaksanakan oleh pamangku bersangkutan. <br />Selain tirta panglukatan dikenal pula tirta pabersihan yang fungsinya sama dengan tirta penglukatan. Cuma tirta pabersihan merupakan penyucian tingkat lanjut. Kalau tirta panglukatan pemujaan ditujukan kepada Dewi Gangga dan Dewa Siwa, untuk memohon kelepasan segala kekotoran. Sedangkan tirta pabersihan, puja permohonannya ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai pencipta sungai-sungai, lambang penyucian yang bersifat nyata, diciptakan untuk disucikan, mensucikan, dan memelihara kesucian tersebut. Puja pembuatan tirta ini selain ditujukan untuk Dewi Gangga, juga ditujukan untuk Pancadewata dalam lambang Wijaksara sebagai urip bhuwana, sekaligus ditujukan kepada sungai-sungai suci di India sebagai wujud nyata anugerah Tuhan untuk membersihkan secara lahir batin semua unsur yang terkait dengan yajnya. Puja pembuatan tirta pabersihan antara lain:<br />OM Anantasanayanamah,<br />Om Padmasanayanamah,<br />OM, I, Ba,Sa, Ta, A,<br />Mang Ang Ung Namah,<br />OM AUM Dewa Prastisthayanamah,<br />OM Sa Ba Ta A I<br />OM Nama Siwaya,<br />Ang Ung Mang Namah<br />OM Gangga Saraswati Sindhu, Wipasa Kausikinadhi,<br />Yamuna Mahasresta Serayu, ca mahanadhi,<br />OM Ganggadewi mahapunya Ganggasahastra medhini<br />Makna puja tersebut merupakan puja yang lebih meningkatkan kesucian dengan memuja kekuatan suci Tuhan yang diwujudkan dalam tujuh sungai yang dianggap sebagai lambang penyucian di India, yaitu: Sungai Gangga, Saraswati, Sindu, Yamuna, Serayu, Kausaki, dan Mahasresta. Ketujuh sungai lambang ini sering disebut saptatirta di India. Pendeta dalam membuat tirta menggunakan mantram Apsu Dewa, yaitu mantram yang memohon kepada Dewi Gangga supaya menyucikan atau melepaskan segala pengaruh negatif yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara itu. <br />Selain itu ada pula pendeta yang menggunakan mantram panglukatan yang lain, untuk panglukatan segala sesajen, dengan mantram: OM Sidhi Guru Srang Sarasat, OM sarwa wighanaya namah, sarwa klesa sarwa roga, sarwa satru, sarwa papa, wisanaya namah swaha.<br />Memperhatikan mantram ini pada hakikatnya bertujuan agar upacara dapat terlepas dari godaan/hambatan, penyakit, cacat, musuh, dan papa supaya lenyap semuanya. Mantram tersebut adalah mantram pembuatan tirta panglukatan yang dibuat oleh pendeta. Sedangkan kalau pembuatan tirta oleh pamangku/pinandita dibuat melalui “memohon kehadapan Dewa Siwa atau nuur†Dewa Siwa yang berstana di Pura Besakih (Gunung Agung). Puja permohonan tirta ini untuk penyucian sesajen dan alat-alat kelengkapan upacara. <br />Adapun puja pembuatan tirta panglukatan untuk hal-hal lain, misalnya tirta panglukatan untuk pitrayajnya, berbeda dengan tirta panglukatan ini. Demikian disebutkan dalam lontar Pitrayajnya. Demikian pula puja panglukatan untuk orang sakit dicantumkan dalam lontar-lontar usada(Nick)dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-10021248855370821362010-04-23T20:32:00.000-07:002010-04-23T20:34:29.026-07:00Paradigma Hindu Terhadap Penciptaan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpcx0N8qB1o8z27NyG1WbtuzuRpoIkEm2HUWZb70Zfu4cosnQoDEuTF3zwPDy_MckrGsGRORmQ5oLsz67yW9MX7Hr1Alxq4slAO4OLHXLK8vfbWRTjjW_2-NJ0n0oVu9esGsQ0w1mSA88/s1600/017.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpcx0N8qB1o8z27NyG1WbtuzuRpoIkEm2HUWZb70Zfu4cosnQoDEuTF3zwPDy_MckrGsGRORmQ5oLsz67yW9MX7Hr1Alxq4slAO4OLHXLK8vfbWRTjjW_2-NJ0n0oVu9esGsQ0w1mSA88/s400/017.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463542203799537826" /></a><br /><br /><br />Om Swastyastu,<br /> <br />Waktu adalah waktu, waktu adalah peristiwa, waktu adalah sejarah. Hanya waktu yang dapat mengisahkan masa lalu, masa kini dan masa muka. Hanya waktu yang dapat mengisahkan peristiwa agung Mahabharata, sebuah kisah wira abadi. Waktu juga yang mengisahkan jatuh bangun suatu tamadun. <br /> <br />Waktulah yang mengisahkan permusuhan antara kebaikan melawan kejahatan. Mahabharata adalah kisah vidya - cahaya melawan avidya - kegelapan. Tidak ada yang dapat mengisahkan karya agung dalam agama Hindu ini kecuali waktu. Sebab waktulah yang menjadi saksi sejarah, mengenai pahlawan yang terlibat dalam semua peristiwa. <br /> <br />Mahabharata adalah kisah Arjuna melawan Duryodhana di medan Kurukshetra. Mahabharata juga adalah intisari pengalaman lautan kehidupan insan mempertahankan kebenaran melawan kedurjanaan. Permusuhan antara baik dan jahat yang terus-menerus muncul berkesinambungan. Dan waktu tidak pernah mungkir, sebab ia kekal abadi. Waktu adalah utusan bagi menyampaikan hikayat yang gemilang dalam sejarah kehidupan manusia menerusi Kitab Suci Veda.<br /> <br />WARISAN VEDA<br /> <br />Menurut paradigma penganut Hindu, Veda adalah sumber segala dharma - kebenaran. Dan tidak ada agama besar di planet ini yang tidak dipengaruhi oleh Veda. Kisah kemunculan semua agama besar dunia adalah berdasarkan Veda. Meskipun penganut agama lain dikatakan sebagai telah melupai akarnya, namun hanya ada satu agama, Hindu yang sentiasa menjaga api kebijaksanaan Veda agar selamanya menyala. <br /> <br />Untuk memahami paradigma Hindu, kita perlu menoleh ke belakang, puluhan ribu tahun yang lalu, ke dalam sebuah wilayah India, di mana sebuah peradaban agung pernah lahir, dari pencapaian pengetahuan mereka, lahirlah sebuah jalan hidup yang akhirnya dikenali sebagai Hindu. Tamadun mereka dikenali sebagai Peradaban Lembah Sungai Indus, dan pengetahuan mereka dikumpul dalam sebuah naskah suci yang dikenali sebagai Veda. Veda bermakna pengetahuan yang berasal dari akar kata Sanskrit - Vida yang bermakna untuk mengetahui. <br /> <br />Pengetahuan Veda telah diwariskan dari generasi ke generasi semasa penganut Hindu dengan arahan yang amat tegas, bahawa apapun yang terjadi, satu huruf pun tidak boleh diganti dari naskah asalnya. Kawalan yang amat ketat ini telah dilakukan untuk mengekalkan kemurnian Veda. Veda terbahagi kepada dua bahagian. Pertama disebut Sruti, yang bermakna didengar, dan yang kedua disebut Smrti yang bermakna diingat.<br /> <br />WAKTU SEBELUM WAKTU<br /> <br />Laluan yang tidak pernah ditempuh sebelumnya, adalah perjalanan yang mempesonakan dan kebijaksanaan Veda akan membawa kita ke belakang, jutaan tahun yang lalu, bahkan ke zaman waktu sebelum ada.<br /> <br />RAHIM EMAS<br /> <br />“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi dan syurga.” (Rig Veda 10.121.1). <br /> <br />Penciptaan adalah kehendak yang maha kuasa. Sebelum penciptaan segala yang ada, adalah dalam bentuk tidak wujud. Bentuk tidak wujud ini disebut rahim emas, rahim bagi alam semesta, rahim bagi matahari, bintang dan segala galaksi yang terbentuk. Lantaran itulah, maka emas adalah warna kuasa dalam naskah Veda. Siapa yang tahu, siapa yang memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan lahir, siapa yang tahu dari siapa alam semesta ini dilahirkan, dari siapa penciptaan ini dilahirkan. Keadaan sebelum penciptaan jauh di luar jangkauan pancaindera manusia. Yang ada hanyalah kosong dan segala yang kelihatan belum ada. Belum ada ruang dan waktu. Tidak ada jasad yang wujud. Ini merupakan konsep yang sangat penting dalam kosmologi Veda. Big Bang mengatakan bahawa semua jasad yang wujud di alam semesta ini muncul dari satu titik. Namun, mantra Veda menyatakan bahawa alam semesta ini adalah sama sekali kosong pada awalnya.<br /> <br />“Pada mulanya sama sekali tiada apa. Tiada syurga, tiada bumi dan tiada atmosfera.” (Taittiriya Brahmana 2.2.9.1).<br /> <br />PENCIPTAAN<br /> <br />Mantra (10.129.4) menjelaskan bahawa alam semesta dicipta dari keinginan yang maha kuasa. Jelas bercanggah dengan teori evolusi yang mendakwa bahawa kewujudan alam semesta hanyalah fenomena yang kebetulan. <br /> <br />Mantra (10.129.7) menjelaskan bahawa yang maha kuasa bersemayam di Parama Vyoma. Vyoma bermakna langit, Parama bermakna yang terjauh. Justeru, yang maha kuasa berada jauh di luar jangkauan kearifan manusia yang tertakluk kepada ruang dan waktu.<br /> <br />BRAHMANDA (TELUR YANG MENGEMBANG)<br /> <br />Perkataan dunia dalam bahasa Sanskrit ialah Brahmanda yang merupakan gabungan dari dua akar kata Brahma dan Anda. Brahma berasal dari akar kata Brha yang bermakna berkembang dan Anda yang bermakna telur. Oleh sebab itu, Brahmanda bermakna telur yang mengembang. Tegasnya, alam semesta digambarkan sebagai telur dalam semua naskah Pasca Veda, dan kelihatan ada persamaan dengan konsep sains moden. “Dari lapan putera yang lahir dari Aditi, hanya tujuh yang dibawa kepada dewa, Martanda ditinggalkan. Tujuh putera Aditi pergi ke masa sebelumnya. Untuk kelahiran dan kematian manusia, Aditi menerima Martanda semula.” (Rig Veda 10.72).<br /> <br />MARTANDA (TELUR MATI)<br /> <br />Mantra di atas menyetakan tentang Martanda yang bermakna telur mati. Maksud telur ialah alam semesta ini. Telur mati bermakna alam semesta tanpa kehidupan. <br /> <br />Kehidupan muncul dalam paradigma Hindu bukan dengan cara kebetulan. Namun, alam semesta berkembang untuk menjadi wujud dalam bentuk keseimbangan yang lemah. Dan menurut paradigma Veda alam semesta tidak berkembang secara berterusan, tetapi selepas mengembang pada awalnya akan menguncup semula pada akhirnya. Inilah makna dari Aditi yang pergi ke masa sebelumnya.<br /> <br />“Aditi mempunyai lapan putra. Hanya tujuh dari mereka yang disebut Aditya. Yang kelapan, Martanda, tidak mempunyai bahagian tubuh yang boleh dibahagi. Para Aditya melihat Martanda tidak sama dengan mereka, jadi mereka membahagi tubuhnya. Kemudian ia menjadi seorang manusia. Ia diberi nama Vivasvana dan semua manusia lahir dari dia.” (Satapatha Brahmana 3.1.3.3-4).<br /> <br />“Setelah mencipta alam semesta dan manusia, Prajapati pergi tidur.” (Taittiriya Brahmana 1.2.6.1), semacam ada persamaan dengan Perjanjian Lama yang menyatakan bahawa: “Tuhan berehat pada hari ketujuh setelah menyelesaikan pekerjaannya.” (Genesis 2.2).<br /> <br />BATAS ALAM SEMESTA<br /> <br />Menurut kosmologi Veda, alam semesta berbentuk seperti telur yang mempunyai batas, dan di luar alam semesta ada alam sepuluh dimensi. Batas alam semesta ini adalah tempat berlakunya pertempuran antara baik dan jahat, dewa dan raksasa serta Tuhan dan syaitan.<br /> <br />PERTEMPURAN INDRA DENGAN VRTRA<br /> <br />Wira terbilang yang mempertahankan kebaikan dalam Veda digambarkan sebagai Indra, sedangkan kepala segala kejahatan adalah Vrtra. Indra juga disebut sebagai Purandara yang bermakna yang membelah pura - kota. Pura bukanlah kota biasa, tetapi adalah alam semesta, lantaran itulah, maka sumber utama alam semesta adalah Purusa - Tuhan. Justeru, Purandara bermakna yang membelah alam semesta. Vrtra pula bermakna yang menutupi alam semesta: “Vrtra menutupi kesemua Tri Loka.” (Taittiriya Samhita 2.4.12.2).<br /> <br />PERANAN INDRA<br /> <br />“Siapakah yang meredakan getaran bumi, yang meredakan kemarahan gunung-ganang, ia yang mengukur luasnya angkasa, ia yang menopang langit, ialah Indra, wahai manusia. Siapakah yang membunuh ular dan menyebabkan tujuh sungai mengalir, yang mengeluarkan sapi-sapi yang disembunyikan oleh Bala, yang mencipta Agni dari dua buah batu, yang membunuh musuh dalam peperangan, ialah Indra, wahai manusia. Kepadanya bumi dan langit bersujud, yang kekuatannya menakutkan gunung-ganang, ia yang meminum dan melindungi soma, yang membawa vajra ditangannya, ialah Indra, wahai manusia.” (Rig Veda 2.12).<br /> <br />PROSES PENCIPTAAN MANUSIA<br /> <br />Menurut paradigma Hindu, alam semesta dicipta dalam suatu proses yang sangat panjang. Pada mulanya alam ini kosong, yang ada hanyalah Tuhan, sering disebut sebagai zaman: “duk tan hana paran-paran an rawang an ruwung” yang bermaksud: “ketika itu belum ada apa-apa dan semuanya belum menentu.” <br /> <br />Dengan kuasa Tuhan telah mencipta unsur utama yang disebut Purusa, iaitu roh sebagai asas yang menghidupkan segala makhluk, sama ada makhluk yang maujud mahupun yang mujarad. Lima jasad maujud atau panca maha bhuta; iaitu akasa – angkasa, bayu – angin, teja – cahaya, apah - zat cair dan pretiwi - zat padat. <br /> <br />Kelima-lima unsur alam ini pada mulanya masih dalam bentuk Paramanu atom. Gabungan kelima-lima unsur ini telah menghasilkan wujud baru yang disebut Brahmanda, iaitu segala planet dan bintang sebagai sebahagian dari isi alam semesta. Brahmanda maknanya benda bulat berbentuk telur ciptaan Brahman. Setelah alam semesta tercipta barulah Tuhan mencipta isinya, seperti haiwan, tumbuhan dan manusia.<br /> <br />Proses penciptaan manusia adalah sari dari panca maha bhuta, iaitu enam jenis rasa, seperti manis, pahit, masin, masam, pedas dan kelat. Semua unsur ini telah berpadu dengan unsur lain, iaitu cita, budi, ahangkara, dasendria, panca tanmatra dan panca maha bhuta. Sebatian kesemua unsur ini telah menghasilkan dua unsur benih kehidupan, iaitu sukla - benih lelaki dan swanita - benih perempuan. Yang demikian, maka terciptalah manusia.<br /> <br />Manusia pertama ciptaan Tuhan dalam ajaran agama Hindu ialah Syayambhumanu, yang bermaksud makhluk berfikir yang mengembangkan dirinya sendiri. Manu maknanya berfikir. Dari akar kata Manu timbul kata manusia yang bermaksud keturunan Manu. Selanjutnya, setelah manusia pertama tercipta atas kehendak Tuhan, maka manusia itu sendirilah yang berkembang. “Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini menjadi sapi perahanmu.” (Bhagavad-Gita iii Sloka 10).<br /> <br />Om Shanti Shanti Shanti Om.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-73610254772553898132010-04-23T20:31:00.000-07:002010-04-23T20:32:34.104-07:00CARA SEDERHANA AGAR HINDU BANGKITAkhir-akhir ini banyak orang yang membicarakan kebangkitan Hindu, tapi kita belum menyadari bagaimana caranya sehinggu Hindu bisa bangkit. Melalui tulisannya di Media Hindu (edisi 56 bulan Oktober 2008), Sdr. Made Subagia memberikan cara/tips kepada kita bagaimana caranya kita bisa berpartisipasi secara individu dalam rangka kebangkitan Hindu. Dengan harapan, setiap individu melakukan dan menjadi gerakan massal. Cara sederhana tersebut:<br />1. Melakukan Puja Tri Sandhya atau Gayatri Mantram. <br />Cara ini dapat dilakukan oleh semua orang Hindu baik dalam keluarga sendiri maupun di masyarakat. Kepala keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan rohani istri dan anak serta menjadi panutan agar mampu mempertahankan keyakinan di masa yang akan datang.<br />Puja Tri Sandhya atau Gayatri mantram dilakukan 3 kali sehari yaitu <br />a. Pada pagi hari (Brahma Muhurtam) disebut Pratasewana dari pukul 03.30 s/d 08.00.<br />b. Pada siang hari disebut Madyasewana dari pukul 12.00 s/d 14.00.<br />c. Pada sore hari disebut Sandyasewana dari pukul 18.00 s/d 20.00<br />Ditambahkan juga, agar dilakukan meditasi singkat 5-10 menit setiap selesai melakukan puja Tri Sandhya. Ini penting untuk membangkitkan kesadaran dalam diri kita masing-masing.<br />2. Menggunakan panganjali atau istilah-istilah Hindu. <br />Kita sering tidak percaya diri dan kebanggaan akan Hindu. Gunakan panganjali dan istilah-istilah Hindu, bukan berarti meniru tetapi memberikan rasa percaya diri dan tauladan kepada keluarga dan teman.<br />3. Hindu harus menjadi agama missi. <br />Hindu memang dari dulu agama missi tetapi kita tidak dalam menjalankan missi itu karena kita kurang memahami Hindu. Mari mulai saat ini belajar, bertanya dan sebarkan kebenaran Hindu mulai dari diri kita kepada lingkungan kita dan termasuk hadir dalam setiap acara pemahaman tatwa seperti Dharma tula , Dharmawacana dll.<br />4. Jangan berkata “SEMUA AGAMA ADALAH SAMA”. <br />Jangan sekali-kali berpikir dan berkata bahwa semua agama adalah sama. Agama Hindu dan agama non Hindu sangat berbeda. Agama Hindu sangat lengkap dan mengajarkan kita bagaimana mencapai Brahman tetapi di tempat lain itu tidak ada. Berbahagialah dan bangga menjadi Hindu, karena hanya jalan Hindu yang mengantar kita menyatu dengan Brahman.<br />Banyak orang Hindu yang pindah agama karena iming-iming harta, jabatan, cewek cantik dsb karena sebenarnya dia tidak memahami Hindu.<br /> 5. Melakukan pembinaan bagi orang yang baru masuk Hindu.<br />Jangan segan-segan menerangkan sedikit tentang Hindu kepada mereka yang telah masuk Hindu dan ingin tahu tentang Hindu. Kita harus selalu menyambut kepada mereka dengan tangan terbuka dan jangan berburuk sangka.<br /> 6. Hindu harus tegas, agama atau budaya.<br />Disadari memang, penyebaran Hindu menggunakan unsur-unsur budaya tetapi mari kita tekankan mana aspek agama atau aspek budaya serta memertajam makna tatwanya sehingga orang-orang Hindu tidak mudah dikonversi. <br /> 7. Hindu, berbeda tapi harus tetap satu.<br />Kita harus memberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan Ke-Hindu-annya dalam kerangka Veda. Jangan memaksakan satu model dalam Hindu sehingga Hindu dapat tegak bersatu dalam perbedaan.<br /> 8. Hindu di Bali, adat harus fleksibel<br />Hindu di Bali sudah sangat bagus dengan berbasiskan budaya dan agama Hindu tetapi diperlukan ruang untuk evaluasi budaya yang menyimpang dari nilai-nilai Veda.<br /> 9. Punia sebagai gerakan moral dan finansial<br />Ditambahkan disini Punia sebagai gerakan moral dan finansial. Terkadang, saking bersemangatnya untuk kebangkitan Hindu, kita selalu berpunia untuk segala kegiatan. Ini tentu bagus tetapi tidak bisa membangkitkan Hindu dalam jangka panjang. Mari dukung punia yang bersifat jangka panjang sebagai gerakan moral dan finansial sehingga kebangkitan Hindu bersifat jangka panjang.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-23642869425801406872010-04-23T20:29:00.000-07:002010-04-23T20:31:12.237-07:00Hindu, Agama Terunggul di Dunia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpa6T5lO_PcEChWAJEn_EqJlYLZJ_nBhweqgflGfmNfx3tc7z02fu0xKIm0Bwb3hLgRw1-2z9GyEaGVtC-SefZ88EbfsjjKxHESX06FDeB9kN_P89ktrYpk2WTmQBaqds-7Lwew7Ntb9E/s1600/god_shiva.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 220px; height: 283px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpa6T5lO_PcEChWAJEn_EqJlYLZJ_nBhweqgflGfmNfx3tc7z02fu0xKIm0Bwb3hLgRw1-2z9GyEaGVtC-SefZ88EbfsjjKxHESX06FDeB9kN_P89ktrYpk2WTmQBaqds-7Lwew7Ntb9E/s400/god_shiva.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463541379870407506" /></a><br />Hinduisma: Agama Terunggul di Dunia<br /><br />Satguru Sivaya Subramuniyaswami<br />Hinduisma atau Sanathana Dharma merupakan antara agama yang paling unik di dunia. Malahan boleh dikatakan sebagai Agama yang paling unggul. Di bawah ini dinyatakan beberapa fakta kenapa ia sedemikian rupa.<br /><br />Kenapa Agama Saivisme merupakan yang paling unggul di dunia?<br /><br />Ia merupakan agama yang paling tertua di dunia, para pengkaji sejarah telah menkaji dan mendapati akar umbi permulaannya yang mungkin 5000 tahun atau lebih lama berdasarkan ketamadunan lembah Indus di benua kecil India. Ia dibuktikan dengan kewujudan bandar Harappa dan Mohenjo Daro. Legenda dan tulisan suci menyatakan bahawa tiada masa di mana tidak terdapatnya Agama Saivisme di dunia ini.<br /><br />Saivisme merupakan intipati dan asas kepada segala Agama di dunia. Biasanya Saivisme dikenali sebagai “ Ibu kepada segala Agama di dunia” ataupun di kenali sebagai tunggak spiritual. Ia mempengaruhi segala Agama di dunia dan boleh dikandungi oleh segala Agama di dunia kedalamnya, segala ahli imannya dan menghargai setiap kitap sucinya serta falsafah mereka<br /><br />Saivisme tidak punyai asas oleh itu tidak menpunyai akhirat. 10 daripada 11 Agama di dunia ini mempunyai sejarah awalnya, tarikh lahir serta tempat lahir di mana ia bermula dan sehingga bila ia tidak wujud. Tetapi keadaan ini tidak berlaku pada Saivisme di mana ia adalah (eternal) dan dilebih dikenali sebagai Sanathana Dharma.<br /><br />Saivisme diperturunkan oleh Siva, bukannya oleh manusia. Saivisme adalah berpusatkan/asaskan Siva. Asasnya adalah Siva, Agama lain adalah berasaskan nabi, para ulama, para alim dan para pensuruh tuhan serta manusia yang telah mengalami kewujudan tuhan pada diri mereka dimana mereka pernah lahir dan meninggal dunia.<br /><br />Saivisme merupakan agama universal. skopnya begitu luas sehingga dalam falsafahnya ada tempat bagi setiap orang dan sebarang benda. Ia boleh dan dapat menerima serta membenarkan monisme,dualisme, pluralisme, pentheisme, segala falsafah dan doktrin di dalamnya. Ia merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh mana-mana agama lain tanpa memberi peluang pada salah faham dan kekeliruan. Pekara inilah yang menyebabkan Hinduisme menyuarakan dan lantang bahawa semua agama punyai kesamaan tetapi masing-masing tidak sama antara satu sama lain. Setiap agama membawa penganutnya ke tingkat spritual dan matlamat yang berbeza di sebabkan perbesaan dalam tahap matangnya.<br /><br />Saivisma punyai konsep ketuhanan yang indah dibandingkan agama /falsafah di dalam dunia. Kita perlu melalui/mengalami kesedaran diri “self realization” terhadap Siva.Siva lebih berbanding pernafasan. Beliau menerajui kita ke kesempurnaan tanpa batasan. Oleh yang demikian beliau tidak pernah murka/marah atau menghukum sesiapapun.<br /><br />Konsep manusia dalam Saivisme merupakan yang paling ‘profound’ dan positif di dunia. Ia punyai kesefahaman yang paling unggul mengenai siapa manusia sebenarnya, dari mana kita datang, kenapa kita ke sini dan kemana arah tujuan/destinasi kita.Saivisme menerangkan bahawa roh datangnya dari pencipataNya dan melalui pelbagai dunia sehingga kembali ke pangkuan Siva.<br /><br />Saivisme adalah agama yang paling ‘joy’ di dunia. Ia adalah agama berdasarkan Cinta/Love. Ia merupakan ‘rid of all glomy doktrin'. Ia tidak mempunyai teori neraka yang tidak kehabisan ‘eternal’, tiada makluk asing (hantu), tiada dosa ‘eternal’ tiada hari kiamat bilamana tuhan yang maha penyayang menghukum kita sekiranya tidak mematuhi arahannya.<br /><br />Agama Sivisma merupakan yang paling "mystical" di dunia. Ia punyai pengetahuan yang lebih banyak berbanding falsafah-falsafah lain walaupun segala falsafah lain dapar digabungkan sekali. Hinduisma mengajar sains penyebahan kuil, metafisik,hata yoga, raja yoga, kundalani yoga, meditasi, siddhas, pranas dan chakra. Ia juga mempunyai hukum karma, dharma, kelahiran semula, mata ketiga, falsafah kehidupan dan kewujudan, tanthra, mantra, yamas , kosmologi, astronomi, astrology, pengembaraan astral, kewujudan 3 dunia, 14 planet @ loka, deva, mahadeva (malaikat), asura, ghandharvas, ghanas, telepathy, pengawalan minda. Ia juga punyai digram mystical serta carta, dunia luaran, getaraan suara/bunyi, pengorbanan rahsia permata dan logam, perubahan ayurveda dan beribu lagi, Adakah mana-mana agama lain mengajar kesemua ini dalam satu konsep yang dipanggil sebagai agama ?<br /><br />Ia merupakan agama yang paling terbaik dapat mengadaptasikan dirinya dengan zaman teknologi. Ia tidak bergantung pada doktrin @ metadology yang dapat digugat oleh sains. ia tidak bertembung/bertelagah dengan sains dalam apa jua cara. Hinduisma berdasarkan pada pengalaman bukannya kepercayaan semata-mata. Kesemua penemuan sains terkini adalah selari/berpaut/bersama dengan pengajaraan saivisma. Sebagai contohnya kod DNA yang terdapat/terkandung dalam setiap sel hidup dari masa lampau merupakan hukum karma yang dikenali umum dalam Hinduisma.<br /><br />Ia mempunyai kumpulan kitab suci yang terbaik di dunia.Iaitu ia mempunyai 4 Veda, 12 Thirumurai, 28 Agama, 77 Thatvas, 215 Pancharatas, 4 Thutihas (hikayat suci), 18 Purana Besar dan 18 Purana Kecil, 4 Upa-Vedas, 16 Vedangas, 6 Dharsanas, 18 Dharma Sastras, 320 Upa- Agamas, Beratus-ratus Kuil Puranas dan beratus ribu lagu suci Secara ringkasnya ia mempunyai:-<br /><br />Saivisme<br /><br />Vedas: Kitab terawal berorentasikan<br /><br />Upanishads: Ia menerangkan penerangan terawal mengenai pengajaran Siva dan 3 kesempurnanNya. Ia mengandungi pengajaran Monostic Theism. Bilamana Siva dirujuk sebagai Bhraman.<br /><br />Saiva Agamas : Ia mengandungi segala/kesemua falsafah Saiva Siddhandam.<br /><br />Thirukural: Ia memberi garis panduan hidup, bagaimana berkelakuan di dunia. Ia boleh dikatakan sebagai kitab yang paling unggul di dunia dalam membincangkan soal etika dan moral.<br /><br />Thirumantiram, Thirumurai : Ia adalah kumpulan lagu suci yang terunggul.Ia segaligus dapat di katakan sebagai satu set lengkap kitap agama dan ia di sanjung tinggi dalam masyarakat Saivisme sehingga di katakan sebagai “Thirumuraiye em uyir thunai”.<br /><br />Ia mempunyai kuil yang dirahmati dan di limpahi dengan Sakthi bilamana tidak dapat di bandingi pada bila-bila masa sekalipun.<br /><br />Dalam semua masa Saivisme mempuyai bilangan para ulama (enlighten beings), Para pencari kebenaran tuhan, Jnani untuk menerajui/ tunjuk ajar agama dan panganut agama kita serta manusia segajat. Saivisme tidak mempunyai satu peneraju yang unggul suatu masa dahulu malahan sentiasa mempunyai para ulama/peneraju yang meneruskan usaha mulia. Satguru sentiasa wujud dalam agama kita bilamana beliau melenyapkan kejahilan, beliau mengetahui segalah falsafah, beliau mengetahui perjalanan dalaman (inner working) kuil dan beliau juga adalah falsafah dan kuil itu sendiri.Beliau adalah intipati segala ilmu pengetahuan dan destinasi penganut (pilgrims destination). Sekiranya segala kuil dimusnahkan ia akan muncul kembali dari benih falsafah atau dari kehadiraaan para penyedar tuhan (Satguru). Malahan sekiranya segala kitab dan falsafah dibakar ia akan ditulis kembali dari intipati yang sama. Dalam agama lain ia tidak mungkin berlaku, kerana mereka hanya mempunyai seorang peneraju/nabi yang telah mati beratus tahun yang dahulu dan mereka tidak punyai sesiapapun untuk terus menerajui mereka.<br /><br />Hinduisma tidak dapat digangui, Ia tidak pernah diwujudkan oleh itu ia tidak punyai kiamat. Sehingga bila Siva terus menari sehingga itulah Saivisme akan wujud.<br /><br />Secara totalnya penerangan di atas ini adalah sebahagian kecil sahaja dan terdapat banyak lagi yang mana menyebabkan kita menyatakan dengan lantangnya bahawa Agama Hindu adalah yang paling unggul.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-59260713836327110302010-04-23T20:27:00.001-07:002010-04-23T20:28:53.787-07:00Ringkasan bhagavad Gita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0TdI9IjTo6EcZxuy0nNSu0oT3Oz5CML3-WXZuyK8qa3dm-vTZxsTIo0A2wSVdyEA0lxASxb0Nw94aF4tPZwmvHVPYWXvwR38K_127rwAJFoRf0LrRAFx3Y3WN9qTNyIJ417WLmN6_phg/s1600/HEADER.JPG"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 136px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0TdI9IjTo6EcZxuy0nNSu0oT3Oz5CML3-WXZuyK8qa3dm-vTZxsTIo0A2wSVdyEA0lxASxb0Nw94aF4tPZwmvHVPYWXvwR38K_127rwAJFoRf0LrRAFx3Y3WN9qTNyIJ417WLmN6_phg/s320/HEADER.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463540805745516402" /></a><br />Ringkasan Bhagavad Gita<br />Bhagavad-gita (Sanskerta: भगवद् गीता; Bhagavad-gītā) adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Kresna, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Kresna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavad-gita adalah "Nyanyian Sri Bhagavan (Bhaga = kehebatan sempurna, van = memiliki, Bhagavan = Yang memiliki kehebatan sempurna; ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi,kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna, yang di miliki sekaligus secara bersamaan).<br />Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada "Bhismaparwa". Adegan ini terjadi pada permulaan Bharatayuddha. Saat itu Arjuna berdiri di tengah-tengah medan perang kuruksetra di antara pasukan kurava dan pandava. Arjuna bimbang dan ragu-ragu berperang karena yang akan dilawannya adalah sanak saudara, teman-teman dan guru-gurunya. Lalu Arjuna diberikan pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) yaitu Bhagavad-gita oleh Sri Krishna yang berlaku sebagai sais Arjuna pada saat itu.<br />Penulis<br />Penulis Bhagavad-gita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa. Bhagavad-gita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan dunia dan akhirat . Umat Hindu meyakini, Bhagavadgita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat dimusnahkan<br />Daftar isi<br />Kitab ini terdiri dari 18 bab, yaitu:<br />• BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.<br />• BAB II Ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Krishna, kemudian Krishna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yanag bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Sri Krishna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.<br />• BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.<br />• BAB IV Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad-gita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna Beliau sewaktu-waktu menurun ke dunia ini, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya.<br />• BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oelha api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melapaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.<br />• BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latian meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.<br />• BAB VII Pengetahuan tentang Yang Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek sembahyang kepada yang lain.<br />• BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.<br />• BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna di alam rohani.<br />• BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna,Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.<br />• BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada Arjuna. Beliau memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagian alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Mahakuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya Sendiri serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni<br />• BAB XII Bhakti Yoga, Pengabdia Suci Bhakti, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti, bhakti-yoga, pengabdia suci yang murni kebada Sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan sifat-sifat suci.<br />• BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti, ORang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material.<br />• BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material) - Sattvam, Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas). Sri Krishna menjelaskan arit sifat-sifat tersebut dalam bab ini, bagaimana sifat-sifat tersebut mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat tersebut serta ciri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani (orang yang sudah lepas dari tiga sifat alam).<br />• BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna.<br />• BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang memiliki sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material, tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.<br />• BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan bhakti kepada Krishna.<br />• BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohaniantertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri Krishna yang kekal.<br />• Bhagawadgita dalam budaya Jawa Kuna dan Bali<br /> <br />• Cuplikan adegan Arjuna yang menghadap Bhatara Wisnu dalam komik Mahabharata oleh R.A. Kosasih.<br />• Orang Jawa Kuna dan Bali sudah mengenal Bhagavad-gita karena kontak dengan India dan pengaruh agama Hindu pada masa dahulu.<br /> Bhismaparwa<br />Dalam buku keenam Mahabharata yaitu Bhismaparwa yang disalin ke dalam bahasa Jawa Kuna, sebuah ringkasan Bhagavad-gita ada pula. Tetapi menurut banyak pakar, penerjemah Jawa Kuna kurang paham akan bahasa Sanskerta, sehingga terjemahannya kurang sempurna. Bhagawadgita dalam Bhismaparwa ini terdiri dari sloka-sloka dalam bahasa Sanskerta yang diikuti dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuna setelah setiap sloka.<br />Bharatayuddha<br />Dalam kakawin Bharatayuddha berbahasa Jawa Kuna, yang konon digubah dari aslinya dalam bentuk prosa, Bhagawadgita tidaklah didapati. Hanya dua bait saja ditulis untuk menguraikan wejangan-wejangan Kresna kepada Arjuna. Bait-bait ini berasal dari pupuh 10, bait 12 dan 13: ayat-ayat selanjutnya dalam Bhagavad Gita kemungkinan dihilangkan oleh penjajah setelah Hindu berkuasa, karena bertolak belakang dengan ajaran baru tersebut.<br />(12)<br />mulat mara sang Arjunâsemu kamânuṣan kasrepan<br />ri tingkah i musuhnira n paḍa kadang taya wwang waneh<br />hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwânggeh paman<br />makâdi Krpa Salya Bhiṣma sira sang dwijânggeh guru<br />(13)<br />ya kâraṇaniran pasabda ri narârya Krṣṇâteher<br />aminta wurunga ng lagâpan awelas tumon Korawa<br />kuneng sira Janârdanâsekung akon sarṣâpranga<br />apan hila-hila ng kṣinatriya surud yan ing paprangan<br />Terjemahan<br />(12)<br />Maka melihat merekalah sang Arjuna dan iapun terliputi rasa kasihan<br />sebab musuh-musuhnya bukanlah orang asing<br />ada sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman-paman<br />seperti Krepa, Salya, Bisma dan gurunya (Bhagawan Drona).<br />(13)<br />Oleh sebab itu, ia lalu berbicara kepada prabu Kresna,<br />meminta supaya ia menghentikan peperangan, karena kasihan melihat para Korawa.<br />Akan tetapi sang Janardana (Kresna) menyuruhnya tetap berperang<br />sebab seseorang yang dianggap sebagai ksatria tidaklah diperbolehkan mengundurkan diri dari peperangan.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-20084559836516414412010-04-23T20:23:00.000-07:002010-04-23T20:26:54.575-07:00Aneh<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZ8aNfaie8VvncmUUva1BvNhGH0klJwmzzE7vxNgGYM8WpRdOC4DFULHyja67AYuDnCTIJ9vL5157tPF5YMon47Em6yMzTyIUOk0zku1oX2cq5PE3dA7eh8w4L4Vppu4CkzuM7eavbtU/s1600/la-narasimha.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 316px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZ8aNfaie8VvncmUUva1BvNhGH0klJwmzzE7vxNgGYM8WpRdOC4DFULHyja67AYuDnCTIJ9vL5157tPF5YMon47Em6yMzTyIUOk0zku1oX2cq5PE3dA7eh8w4L4Vppu4CkzuM7eavbtU/s400/la-narasimha.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463540239176987682" /></a><br /><br />Berikut ini merupakan kejadian nyata tentang keberadaan Pura ‘aneh, artikel ini aslinya saya dapatkan di www.nyamakotabaru.multiply.com berikut langsung saja disimak dibawah ini.<br />Mungkin aneh terdengar di telinga para pembaca, tetapi itulah adanya. Katanya ada kabupaten lain yang menjadi tetangga Kabupaten Kotabaru, tetapi secara fisik tidak ada karena tidak kelihatan. Kalau selama ini kita hanya mempercayai segala sesuatu setelah ditangkap oleh organ-organ indera, bagaimana bisa mempercayai apa yang terjadi di Kabupaten ini ? Cerita orang-orang, konon kabupaten yang dimaksud adalah Kabupaten Suranjanaâ. Kabupaten kaya, megah dan luar biasa, yang hanya ada dalam cerita, tetapi tidak bisa dilihat keberadaannya. Ceritanya pula, sejak lama banyak orang kaya di kabupaten ini membeli mobil-mobil mewah di Surabaya. Setelah dicek ke Kotabaru, tidak dapat ditemukan seorangpun yang ada di alamat dimaksud.<br />Kita tidak akan membicarakan masalah keberadaan dan kebenaran keberadaan “Kabupaten Suranjana†tersebut. Tetapi keberadaan sebuah Pura di wilayah kabupaten Kotabaru(Kecamatan Tanjung Seloka) yang tidak ada penyungsungnya. Warga/umat Hindu di Kotabaru mengetahui dengan baik bahwa di sekitar Pura itu tidak ada umat Hindu. Juga tidak ada lokasi transmigrasi yang menganut agama Hindu. Kenapa di daerah itu dibangun pura ? Siapa yang menyuruh pihak perusahan untuk membangun pura di lingkungan perusahaannya, atas permintaan siapa ? Banyak pertanyaan lainnya dapat dijukan sehubungan dengan keberadaan pura misterius ini.<br />Pura ini berada di wilayah kecamatan Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) di dalam kawasan Perusahan PT. Mangium Anugrah Lestari atau lebih sering disebut PT. MAL. Sebuah perusahan asing yang membuat bahan baku untuk pembuatan kertas. Bahan baku yang kertas tersebut selanjutnya dikirim ke Surabaya, Samarinda bahkan keluar negeri. Kebetulan perusahan tersebut berada di tepi pantai, sehingga pura itu juga berada ditepi pantai. Udara pantai yang bersih turut meningkatkan nuansa kesucian dari pura tersebut. Lokasi pura ini berupa daerah yang menjulur kelaut(tanjung), dan masyarakat sekitarnya menyebut Tanjung Keramat. Menurut penuturan masyarakat setempat daerah itu memang merupakan daerah keramat. Sampai sekarang Tanjung Keramat sering dijadikan tempat untuk melakukan upacara korban/syukuran oleh penduduk sekitar yang semuanya beragama Islam.<br />Sebenarnya sejak lama sudah ada yang memberikan informasi kepada penulis akan keberadaan pura tersebut. Akan tetapi penulis abaikan karena tidak mungkin ada pura karena tidak ada umat Hindu disana. Justru saat penulis sedang mengurus perpindahan ke Bali, teman-teman di Kabupaten Tanah Bumbu kembali memberikan informasi dan kepastian akan keberadaan pura dimaksud. Dengan penuh semangat bapak Wayan Sukarma mengajak untuk mengunjunginya. Akhirnya dari Bali penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Kami kumpulkan teman-teman di Kotabaru untuk mempersiapkan segala sesuatunya guna mengunjungi pura tersebut. Perjalanan Tirtayatra ke pura tersebutpun kami lakukan. Rombongan sebanyak 16 orang terdiri dari Jero Mangku, penyuluh agama Hindu, guru agama Hindu, PHDI, polisi dan tokoh umat lannya berangkat hari Sabtu, 20 Desember 2008. Berangkat dari Pulau Laut Utara(Kota) pukul 08 00 WITA menuju Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) dan tiba di pura pukul 14 15 WITA. <br />Sungguh sebuah perjalanan yang sangat melelahkan. Dari awal dan dalam perjalanan kami semuanya dipenuhi rasa was-was, takut pura yang dimaksud tidak ada, atau tidak berhasil ditemukan. Akan tetapi, perasaan lega luar biasa kami rasakan setelah kami bisa menemukan pura itu. Sebab, sebelumnya semua pikiran anggota rombongan penuh keraguan dan tanda tanya. <br />Bangunan utama pura adalah padmasana setinggi kurang lebih 4 meter, lengkap dengan atribut Bedawang Nala, Naga Anantabhoga dan atribut lainnya. Selain padmasana ada lagi dua pelinggih lain di mandala utama. Di tempat lain yang terpisah dari mandala utama didirikan juga pelinggih-pelinggih lain. Di tepi pantai didirikan pelinggih untuk Hyang Baruna. Sedangkan di salah satu areal sumur juga di bangun pelinggih untuk Hyang Wisnu. Penempatan pelinggih-pelinggih tersebut sepenuhnya permintaan dari alam Niskala. Demikianlah permintaan alam niskala kepada ibu Toni. Pan Mandri dengan temantemannya hanya mengerjakan apa yang disarankan oleh bu Tony(istri Maneger Pabrik).<br />Menurut penuturan ibu Toni yang mempunyai kemampuan melihat alam Niskala katanya sebelum dibangun pura tersebut sering terjadi kecelakaan yang dialami kapal-kapal yang akan melakukan Loading di Pelabuhan perusahan itu. Sering juga terjadi gangguan-gangguan di tempat kerja. Berbagai kerusakan tanpa penyebab yang terjadi pada peralatan-peralatan di pabrik. Walau telah mendatangkan teknisi yang profesionalpun alat-alat tersebut tetap tidak dapat bekerja. Aneh sekali, begitu bahan bangunan pura tiba dilokasi pabrik, peralatan yang tadinya rusak tiba-tiba normal kembali. Termasuk seorang karyawan asing yang mengalami cedera di punggungnya mendadak sembuh. <br />Dari informasi yang berhasil didapatkan dari ibu Toni, dikatakan bahwa pura ini didirikan bukan semata-mata untuk menyelamatkan pabrik yang sering mengalami kerusakan atau untuk menghindarkan orang-orang yang bekerja dipabrik dari berbagai musibah akibat campur tangan pihak makhluk Niskala, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan alam semesta agar terhindar dari berbagai bencana. Kata bu Tony, alam di Tanjung Seloka terutama lautannya mempunyai ombak yang ganas. Untung di pantai ini ada tempat suci yang dijadikan tempat oleh makhluk alam gaib untuk mendoakan alam semesta. Tempat suci ini secara sekala berada di lingkungan Pabrik. Bu tony, meminta suaminya yang menjadi manajer diperusahaan PT. MAL ini untuk membangun pura. Walaupun bu Tony dan suaminya beragama Kristen, kewajibannya untuk membangun Pura di lingkungan pabrik tetap harus dilaksanakan. <br />Ritual apapun yang dilaksanakan di Besakih, ritual yang sama juga dilakukan di pura ini. Konon pura ini disungsung oleh semua makhluk halus dari seluruh wilayah daratan maupun lautan di Kalimantan. Menurut ibu Toni lagi, Pura Besakih memancarkan vibrasi kesucian sampai di benua Australia. Sementara itu, pura ini vibrasi kesuciannya menyebar sampai di wilayah Makasar. Pura ini memang didirikan secara khusus bagi makhluk halus di alam Niskala. Merekalah yang meminta pendirian pura ini. Namun demikian, pihak perusahaan (bu Tony) mempersilahkan umat Hindu dari mana saja memanfaatkan pura ini untuk beribadah. <br />Beberapa keajaiban aneh berkaitan dengan keberadaan pura tersebut diantaranya;<br />1. Kurang lebih 14 hari sebelumnya teman kami Nyoman Arnawa(30 tahun) dua kali berturut-turut bermimpi diajak mengunjungi sebuah pura diatas laut. Nyoman menceritakan kisah dan ciri-ciri pura dalam mimpinya dengan saudaranya di Bali. Nyoman didatangi seorang laki-laki gagah dengan pakaian kebesaran dan diiringi oleh pengawalnya berupa kura-kura kecil yang dengan tiba-tiba berubah menjadi sangat besar, dan seekor naga raksasa(besar). Anehnya waktu mimpinya itu persis sama dengan saat Bapak Wayan Sukarma memberikan informasi dan menghubungi penulis. Ketika itu pula penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Nyomanpun kaget setengah mati setelah melihat pura itu sama persis dengan apa yang dia lihat didalam mimpinya. Hatinya sungguh bergetar, tangisnya ditahan takut mengganggu teman lain yang sedang sembahyang kusuk. Ia mangatakan bahwa pura ini merupakan pura penting di Bumi Borneo, dan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pura-pura Dang Khayangan di Bali, khususnya dengan Besakih.<br />2. Lebih aneh lagi dalam perjalanan pulang. Rencangan/pengabih pura itu(naga besar dan kura-kura besar) menyertai Nyoman pulang sampai dirumah. Setelah dibuatkan segehan, baru pengabihnya tersebut kembali dan menghilang. Malam harinya kembali Nyoman didatangi Penguasa pura tersebut dengan Pengabihnya serta.<br />3. Setelah para tukang yang membangun pura selesai menyelesaikannya, semuanya bermimpi bahwa pura itu sudah selesai diuparacarai oleh umat dari Besakih. Bahkan persiapan sebelum pura itu dibangun juga dilkukan dengan cermat oleh sesuhunan kita di Besakih. Demikian juga setelah disampaikan kepada pimpinan perusahan untuk seger membuatkan ritual Pemlaspasan. Pimpinan perusahan tidak diijinkan melakukan pemlaspasan karena sudah diselesaikan dari Besakih.<br />4. Pada malam hari sebelum kami berangkat ke pura tersebut, kami berdoa secara khusus untuk membawa sesuatu untuk menyucikan pura tersebut. Saat itu penulis dilarang untuk melakukan hal itu. “Pura itu sudah final, tidak usah diapa-apain lagi. Kalian tinggal sembahyang saja disanaâ€. Kamipun hanya membawa Pejati dan Segehan seperlunya, hanya untuk sembahyang saja.<br />Banyak pertanyaan yang dapat kita ajukan sehubungan dengan keberadaan pura yang aneh itu. Entah apa yang dikehendaki oleh pura itu sendiri, entah informasi apa yang ingin disajikan kepada kita. Yang jelas, pura itu sudah ada, penyungsungnya tidak ada secara fisik. Siapa yang merawatnya, bagaimana melakukan perawatan karena tempatnya sangat jauh ? Bagaimana kedepan nasib pura itu ?. Ah, . .Biarkan saja, alam yang menghendaki, seisi alam yang menyungsungnya, dan alam juga yang merawatnya. Kita hanya mengharmoniskan diri dengan alam itu, syukuri limpahan kasihnya, rawat alam lingkungan kita. Niscaya alam akan menunjukkan persahabatannya dengan kita. <br />Entah apalah nama pura itu di alam Niskalanya, dalam diskusi dengan teman-teman terlontar keinginan untuk memberi nama pura tersebut dengan nama “Pura Tajung Keramatâ€. Tetapi Nyoman Arnawa secara pribadi menyarankan nama pura itu “Pura Agung Jagat Natha Keramat Baruna Saktiâ€. <br /> <br />Foto-foto yang berhubungan dengan keberadaan pura tersebut dapat diakses lewat www.nyamakotabaru.multiply.com<br />OM Samastha Lokha Sukhino Bhavantu<br />Semoga seluruh alam semesta berbahagia.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-86495490860336043382010-04-23T20:20:00.000-07:002010-04-23T20:22:46.752-07:00Bahasa Sanskerta, Bahasanya para Dewa??<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3iqIHpCT6cmmz7pWGCHzyEY-7OuE26ZalUKxxpl8VzSxQ1jiBe56mAjtvqhwwvO-WdXwASRKq5aX8zgg71zGtqpwUsiIulx460vBBOioOsU4KQcsUlrWjTiqcZ-lCSQvbAig-CHmeXvc/s1600/ONGKARA.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 150px; height: 147px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3iqIHpCT6cmmz7pWGCHzyEY-7OuE26ZalUKxxpl8VzSxQ1jiBe56mAjtvqhwwvO-WdXwASRKq5aX8zgg71zGtqpwUsiIulx460vBBOioOsU4KQcsUlrWjTiqcZ-lCSQvbAig-CHmeXvc/s320/ONGKARA.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463539215964062434" /></a><br />Bahasa Sansekerta: Bahasa Para Dewa? Today at 1:03pm Oleh Roy B.<br />Efferin*)<br /><br />Ketika Big Bang atau Dentuman Besar terjadi pada awal terciptanya alam<br />semesta, sebenarnya tidak ada suara apa pun yang terdengar. Konon, yang<br />mendengar juga belum ada dan mediumnya pun juga tidak ada. Kata Big Bang<br />dimunculkan oleh Fred Hoyle pada tahun 1950 untuk menjelaskan<br />karakteristik alam semesta yang mulai berekspansi dengan cara seketika<br />seperti ledakan.<br /><br />Gambaran awal alam semesta ini dilihat oleh teleskop gelombang mikro<br />milik NASA. Jika Big Bang memang terjadi, gelombang awal yang muncul<br />pada saat itu akan menjadi gelombang mikro pada saat sekarang. Teleskop<br />NASA menemukan gelombang mikro yang telah menempuh jarak selama hampir<br />14 milyar tahun cahaya. Gelombang ini muncul kira-kita 380.000 tahun<br />setelah Big Bang, kurang lebih bagaikan 12 jam setelah kelahiran seorang<br />bayi ke dunia.<br /><br />Secara visual, hanya gelombang mikro yang terlihat melalui teleskop.<br />Tetapi, gelombang mikro ini memiliki suara. Suara yang pada mulanya<br />tidak terdengar, tetapi kemudian muncul dalam bentuk desisan, yang<br />semakin lama pitch atau tinggi-rendah nada desis tersebut akan semakin<br />menurun. Suara awal ini terdeteksi sebagai noise. Noise yang memenuhi<br />segala spektrum sehingga mampu menciptakan struktur penciptaan pada<br />seluruh skala dari bintang hingga galaksi. NewScientist.com<br />mempublikasikan artikel bahwa alam semesta lahir dengan desisan dan<br />bukan ledakan. Dalam salah satu link-nya, juga terdapat rekaman suara<br />awal (http://www.newscientist.com/ <http://www.newscientist.com/> ).<br />Maka, pemahaman Injil Yohanes versi Internasional bahwa "In the<br />beginning was the Word", menjadi keliru. Bukan Word tetapi Sound,<br />suara. Suara yang tidak memiliki arti tertentu, tetapi esensial dalam<br />pembentukan alam semesta. Suara penciptaan awal alam semesta.<br /><br />Para Resi jaman dahulu sudah mengetahui hal ini selama ribuan tahun.<br />Mereka melakukan percobaan dengan elemen-elemen alam, kemudian hasil<br />percobaan itu mereka tuliskan menjadi Veda atau Kitab Pengetahuan.<br />Menurut Veda, suara awal penciptaan adalah AUM (OM).<br /><br />Dalam peradaban Sindhu (Hindu) dijelaskan bahwa awal Penciptaan bermula<br />dari Suara Awal AUM. AUM tidak hanya mengacu pada penciptaan, tetapi<br />juga menjadi motor penggerak seluruh alam semesta. A adalah simbol<br />Penciptaan Materi. U adalah simbol Pemeliharaan Energi. M adalah simbol<br />Pendaur-ulang.<br /><br />AUM ini kemudian menjadi mantra suci kebudayaan Hindu. Kata Mantra<br />berasal dari bahasa Sansekerta Manas dan Yantra. Manas artinya, pikiran.<br />Yantra artinya, alat. Mantra, tidak seperti yang dikenal orang sebagai<br />jampi-jampi, mempunyai arti "alat untuk menenangkan pikiran".<br />Kata-kata apa pun yang bisa menenangkan pikiran manusia dapat<br />dikategorikan sebagai Mantra. Mantra yang diucapkan berulang-ulang dalam<br />Islam disebut Dzikir. Salah satu Dzikir yang paling umum adalah La Ila<br />Ha Ila Allah yang artinya, tidak ada Tuhan selain Allah, atau tidak<br />kebenaran apa pun di luar Tuhan. A-U-M sendiri dalam bahasa Arab menjadi<br />Alif, Lam, Min. Di dalam bahasa Yahudi, Tuhan atau Kebenaran itu sendiri<br />tidak memiliki nama. Tetapi, jika tetap harus diungkapkan, maka ungkapan<br />yang tepat tentang Tuhan atau Kebenaran hanyalah suara yang diucapkan<br />dalam bentuk gabungan huruf Y-H-V.<br /><br />Dalam tradisi Kristen, menurut Jnaneshvara Bharati, salah satu mantra<br />yang bisa dipakai adalah Maranatha. Kata Maranatha disebut dalam surat<br />St. Paulus kepada umatnya di Korintus dan juga muncul di Kitab Wahyu<br />Injil. Maranatha berasal dari bahasa Aram (bahasa pergaulan bangsa<br />Yahudi pada masa Yesus) yang mempunyai dua arti sebagai berikut:<br />• mara – natha yang artinya "Tuhan datanglah";<br />• maran – atha yang artinya "Tuhan telah datang".<br /><br />Dalam cerita Hindu, ketika Ia Yang Tak Bernama, tetapi memiliki tak<br />terbatas Nama, sedang dalam tidur panjang, suara AUM yang berasal dari<br />dalam diri-Nya sendiri yang telah membangunkan-Nya. AUM menyebabkan<br />diri-Nya sadar akan Keberadaan-Nya sendiri. Pada saat ini, Ia pun berada<br />dalam keadaan Turiya, keadaan keempat yang tak terjelaskan.<br /><br />AUM ini yang menyebabkan seluruh alam semesta tercipta dan mulai<br />berekspansi. Mantra AUM dianggap sebagai mantra yang tertinggi dan<br />disebut sebagai Pranava, awal. Bahkan dalam salah satu Upanishad<br />(pelajaran dan pengamalan kebenaran), yaitu Mandukya Upanishad,<br />berbunyi: "AUM – kata ini adalah segalanya: masa lalu, masa<br />kini, masa depan, bahkan melampaui waktu. Semuanya adalah AUM".<br /><br />Mandukya (dalam bahasa sansekerta berarti katak) Upanishad adalah hasil<br />pengalaman seorang Resi yang belajar tentang rahasia Keberadaan-Nya dari<br />seekor katak. Mandukya Upanishad ini sudah berusia ribuan tahun. Seekor<br />katak mempunyai kemampuan lebih dibanding binatang lain, karena ia bisa<br />hidup dalam dua dunia, yaitu air dan darat. Ia dengan mudah dapat<br />berpindah antara kedua dunia tersebut. Kedua dunia ini oleh sang Resi<br />tersebut sebagai lambang dari dunia materi dan dunia spiritual.<br /><br />Masih di dalam Mandukya Upanishad disebutkan pula bahwa alam semesta ini<br />terdiri atas empat keadaan:<br />1. Keadaan jaga atau Jagarita: keadaan ketika seseorang bangun tidur dan<br />melakukan kegiatan sehari-hari. Ini adalah kesadaran materi,<br />Vaishvaanara. Pada keadaan ini manusia menggunakan panca indera dan<br />fisiknya untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Keadaan jaga adalah<br />setara dengan suara dari huruf "A" pada AUM.<br />2. Keadaan tidur dengan mimpi atau Svapna: keadaan ketika seseorang<br />sedang bermimpi dalam tidur. Di sini kesadaran yang berkuasa adalah<br />energi, tajas. Energi memiliki massa, tetapi tidak memiliki bobot<br />sehingga dapat dengan mudah berubah bentuk. Dalam mimpi seseorang bisa<br />mengalami apa pun yang ketika jaga tidak mungkin terjadi. Bahkan<br />seseorang bisa menciptakan apa pun secara instan dalam dunia mimpinya<br />itu. Pikiran, dalam hal ini alam bawah sadar, menjadi penguasa dari alam<br />mimpi ini. Keadaan bermimpi adalah setara dengan suara dari huruf<br />"U" pada AUM.<br />3. Keadaan tidur tanpa mimpi atau deep sleep (Susupti): keadaan ketika<br />seseorang tidur lelap tanpa mimpi sedikit pun. Pada saat itu yang<br />terjadi adalah kekosongan. Ketika kesadaran materi dan energi hilang,<br />pada saat itulah kesadaran atau prajna ini muncul. Kesadaran atau prajna<br />adalah sebab dari keadaan jaga dan tidur bermimpi. Kedua keadaan pertama<br />ada karena keadaan deep sleep ini. Keadaan tidur tanpa mimpi adalah<br />setara dengan suara dari huru "M" pada AUM.<br />4. Keadaan Turiya: keadaan yang tidak terjelaskan. Keadaan yang<br />melampaui semuanya, melampaui baik-buruk, melampui ilusi-realita,<br />melampaui krodh (amarah), melampaui kaam (nafsu), melampaui lobh<br />(keserakahan), dan melampaui moh (keinginan duniawi).<br />Resi jaman dahulu bukan saja ilmuwan praktis, tetapi juga seorang<br />psikolog ulung.<br /><br />Ketiga keadaan pertama di atas dalam psikologi sekarang dikenal sebagai:<br />Kesadaran jaga (consciousness); kesadaran alam bawah sadar (sub<br />consciousness); kesadaran supra (super consciousness). Sementara keadaan<br />keempat, kesadaran no-mind yang melampaui ketiga kesadaran sebelumnya<br />tidaklah dikenal oleh pemikiran Barat, tetapi sudah dikenal dalam<br />peradaban Timur. Keadaan keempat inilah yang disebut Pencerahan Buddha<br />atau Kesadaran Kristus.<br /><br />Hansberger, seorang ilmuwan Jerman setelah Perang Dunia Pertama,<br />menemukan bahwa kesadaran mempunyai kaitan erat dengan frekuensi<br />gelombang otak. Gelombang otak adalah frekuensi pancaran otak yang<br />direkam dengan electroencephalogram (EEG). Gelombang Beta mempunyai<br />frekuensi 14 sampai 28 siklus per detik. Ini adalah kesadaran jaga kita.<br />Ketika kita sedang tegang, kuatir, atau sibuk dengan kegiatan yang<br />menguras otak, maka Gelombang Beta yang mendominasi otak kita.<br /><br />Gelombang berikutnya adalah Gelombang Alpha dengan panjang gelombang 8<br />sampai 13 siklus per detik. Pada gelombang ini seseorang masih berada<br />dalam kesadaran jaga, tetapi dalam kondisi yang rileks, kreatif, bebas<br />dari kekhawatiran – atau sering disebut sebagai kondisi meditatif<br />ringan. Pada kondisi ini seseorang belum sampai pada keadaan tidur,<br />namun pikirannya sudah tidak lagi aktif. Kondisi ini adalah kondisi<br />netral di mana panca indera bekerja maksimal sehingga seseorang akan<br />menjadi sangat "awas".<br /><br />Banyak latihan-latihan beladiri yang memiliki unsur meditasinya<br />bertujuan agar orang tersebut mencapai Gelombang Alpha sehingga tubuh<br />dapat merespons dengan cepat. Contoh: Tai Chi, Aikido, dan Ba Gua Chuan<br />sering disebut moving zen, karena beberapa latihan-latihannya<br />menginduksi gelombang otak untuk mencapai Gelombang Alpha. Respons tubuh<br />dengan cara ini berbeda dibanding ketika hormon adrenalin seseorang<br />bekerja. Seseorang yang hormon adrenalinnya sedang bekerja, maka<br />tubuhnya juga akan merespons dengan cepat, tetapi pada saat itu hanya<br />kesadaran binatang (insting) yang terletak di batang otak yang aktif.<br />Kedua gelombang Beta dan Alpha adalah keadaan jagarita.<br /><br />Gelombang yang sedikit lebih panjang lagi adalah Gelombang Theta yang<br />mempunyai frekuensi dengan siklus 4-7 kali per detik. Inilah keadaan<br />Svapna. Umumnya kondisi jaga anak-anak berada pada frekuensi ini,<br />sementara orang-orang dewasa jarang yang berfrekuensi Theta pada kondisi<br />jaga. Pada orang-orang dewasa, kondisi ini sering muncul menjelang tidur<br />dan ketika sedang mengalami mimpi sehingga berhubungan langsung dengan<br />alam bawah sadar orang tersebut. Seseorang yang sedang dalam kondisi<br />meditatif secara mendalam, kreatifitas yang tinggi, dan reseptif<br />terhadap hal-hal paranormal sebenarnya juga sedang mengalami Gelombang<br />Theta. Tidak heran bila kita sering kali tidak bisa membedakan dengan<br />tepat keadaan seseorang yang sedang bermimpi dengan seseorang yang<br />sedang berhalusinasi. Pada saat bermimpi, seseorang mengalami REM (Rapid<br />Eye Movement) atau mata bergerak dengan cepat.<br /><br />Seseorang yang mengalami sleepwalking atau berjalan sambil tidur,<br />gelombang otaknya pun juga berada pada tingkat ini. Tetapi, ketika<br />bangun ia tidak ingat sama sekali apa yang telah dilakukannya, karena ia<br />sebenarnya berada dalam alam mimpi. Seseorang yang berada dalam alam<br />mimpi, umumnya ketika bangun tidur tidak ingat mimpi apa yang<br />dialaminya.<br /><br />Gelombang keempat adalah Gelombang Delta yang mempunyai frekuensi dengan<br />siklus 1 - 3 per detik. Gelombang ini muncul pada saat seseorang berada<br />dalam kondisi tidur tanpa mimpi (deep sleep) atau meditasi yang sangat<br />dalam. Inilah keadaan susupti ketika Prajna memegang kendali.<br /><br />Sampai saat ini, ilmuwan masih dapat memetakan hingga deep sleep.<br />Tetapi, ribuan tahun yang lalu para Resi sudah mengenal hingga tahap<br />berikutnya yang disebut Turiya. Pada saat itu, seseorang akan mempunyai<br />gelombang otak 0 siklus per detik. Akan sangat lama bagi para ilmuwan<br />masa kini untuk membuktikan frekuensi 0 siklus per detik. Mereka akan<br />menganggap seseorang yang berada pada kondisi itu telah mati secara<br />klinis. Tapi, bagi para Resi, seseorang yang mati secara klinis belumlah<br />mencapai kondisi Turiya. Bagaikan transmiter rusak, otak tidak<br />memancarkan frekuensi apa pun karena otak sudah tidak berfungsi. Tapi,<br />di lain pihak, penelitian pernah membuktikan bahwa seorang Yogi dapat<br />menurunkan frekuensi otaknya hingga hampir 0 siklus per detik. Setiap<br />beberapa menit atau jam, otak yang kelihatannya datar mengalami spike<br />atau lonjakan. Frekuensinya menjadi satu dibagi beberapa ratus siklus<br />per detik, tetapi tetap belum mencapai 0.<br /><br />Gelombang otak manusia hanyalah medium. Apa yang dipancarkan bersama<br />gelombang otak tersebut bisa berlainan. Jika tiga orang yang sedang<br />tidur bermimpi dan ketiganya berada pada gelombang yang sama, maka tidak<br />berarti ketiga orang tersebut bermimpi hal yang sama, meskipun<br />kadang-kadang hal tersebut bisa terjadi. Seperti modem internet pada<br />komputer yang menggunakan kabel telpon untuk mengirimkan sinyal-sinyal<br />berupa data-data komputer. Data-data yang dikirim melalui sinyal-sinyal<br />pada kabel telepen itu sesungguhnya dikonversikan ke dalam bentuk suara.<br />Demikian juga pikiran manusia menggunakan medium gelombang otak hingga<br />mampu dialami oleh seluruh bagian tubuh.<br /><br />Pada saat seseorang sedang tertidur dan mengalami mimpi buruk, dia akan<br />terbangun sambil berkeringat dingin serta jantung berdebar-debar. Apa<br />yang hanya dialami dalam alam mimpi (kesadaran kedua), secara fisik<br />dirasakan oleh tubuh dalam kesadaran jaga. Jadi, batas antara keempat<br />keadaan tersebut tidak sejelas yang dikira.<br /><br />Dalam alam mimpi seseorang hampir tidak bisa "berpikir". Bahkan<br />untuk menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi pun tidak bisa. Ketika ia<br />menyadari dirinya sedang bermimpi, maka sebetulnya saat itu ia sedang<br />tidak bermimpi. Svami Anand Krishna dalam ceramahnya pernah meyinggung<br />bahwa pernyataan "Saya sedang tidur" tidak mungkin terjadi.<br />Meskipun secara tata bahasa adalah benar, tetapi jika seseorang sedang<br />tidur, maka ia tidak akan tahu dirinya sedang tidur. Pengetahuan bahwa<br />dirinya tidur baru bisa disadari ketika orang tersebut sudah keluar dari<br />tidurnya.<br /><br />Kembali kepada soal vibrasi materi atau energi. Fisika Modern telah<br />membuktikan bahwa seluruh alam semesta ini sedang bervibrasi. Alam<br />semesta mempunyai getaran yang saling tumpang tindih dengan rentang<br />frekuensi yang tidak terbayangkan. Karena semua adalah vibrasi dengan<br />frekuensi tertentu, maka manipulasi elemen atau materi di alam semesta<br />ini pun bisa dilakukan dengan frekuensi tertentu pula. Salah satu metode<br />yang digunakan oleh para Resi adalah menggunakan simbol-simbol.<br />Simbol-simbol dengan kombinasi tertentu dapat menciptakan hasil yang<br />spesifik. Simbol-simbol ini kemudian dikumpulkan dan sekarang dikenal<br />sebagai "Bahasa Sansekerta", yang artinya "telah<br />disempurnakan".<br /><br />Bahasa Sansekerta adalah bahasa teknik karena dirancang khusus untuk<br />keperluan tertentu. Bahasa Sansekerta bukanlah bahasa percakapan<br />sehari-hari. Bahkan menurut penelitian ilmuwan NASA, Badan Penerbangan<br />Angkasa Amerika Serikat, Bahasa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa<br />yang bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa pemrograman<br />komputer.<br /><br />Sementara bahasa-bahasa lain membutuhkan parser (untuk memisahkan<br />sintaksis) agar dapat dimengerti komputer dan membutuhkan karakter<br />alfanumerik (angka dan tanda baca), Bahasa Sansekerta mampu melakukannya<br />dengan jelas tanpa keduanya. Tidak heran selama ribuan tahun Bahasa<br />Sansekerta dipakai sebagai bahasa tulisan dalam berbagai bidang profesi,<br />seperti matematika, hukum, filsafat, linguistik, astronomi, kedokteran,<br />sastra dan lain sebagainya.<br /><br />Kembali kepada AUM, setiap pengucapan A-U-M dengan intonasi dan nada<br />tertentu akan menghasilkan efek tertentu. Distorsi pada suara awal AUM<br />menciptakan perbedaan frekuensi yang disebut Dvhani atau pola frekuensi.<br />Perbedaan pola ini disebut Varna yang kemudian menjadi suku kata<br />Sansekerta. Kata "warna" dalam bahasa Indonesia juga berasal<br />dari Varna dari Bahasa Sansekerta, yang sebetulnya merujuk pada rentang<br />frekuensi yang beraneka ragam. Setiap warna memiliki rentang frekuensi<br />sendiri.<br /><br />Dalam dunia medis saat ini terapi warna sudah mulai diterima sebagai<br />terapi komplementer. Prinsip dasar dari terapi warna adalah agar setiap<br />organ atau anggota tubuh bekerja pada rentang frekuensi tertentu. Jika<br />organ tersebut frekuensi kerjanya berubah, organ tersebut akan mengalami<br />gangguan fungsi.<br /><br />Dalam terapi warna, setiap warna akan memberikan respons yang berbeda ke<br />syaraf-syaraf otak dan dari otak diteruskan ke organ-organ tertentu yang<br />juga beroperasi pada rentang frekuensi tertentu. Sebagai contoh,<br />seseorang yang mengalami gangguan pada ginjal dapat terbantu proses<br />pemulihannya jika ia melihat warna oranye. Warna ini akan merangsang<br />syaraf-syaraf di otak dan mengaktifkan hormon tertentu. Selain itu<br />impuls-impuls tersebut akan diteruskan ke ginjal dan membuat ginjal<br />kembali bekerja pada rentang frekuensinya sendiri.<br /><br />Bahasa Sansekerta sendiri dianggap sebagai bahasa tertua dan<br />terstruktur, karena sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan aksara<br />pembentuknya berasal dari perbedaan frekuensi. Contohnya adalah sebagai<br />berikut. "Aa" adalah aksara pertama dan "Ha" adalah aksara<br />terakhir.Ketika dua aksara tersebut digabung, maka hasilnya adalah<br />"Aham" yang artinya adalah Aku.<br /><br />Dalam bahasa Yunani, awal adalah alpha dan akhir adalah omega. Tradisi<br />Kristen mengatakan bahwa Tuhan adalah awal dan akhir. Alpha dan Omega.<br />Di tengahnya inilah manusia. Bandingkan dengan bahasa Sansekerta yang<br />juga mengatakan bahwa di antara Awal dan Akhir itulah "Sang Aku"<br />(Tuhan) berada.<br /><br />Contoh lain dari struktur kata pada Bahasa Sansekerta: Padartha yang<br />artinya adalah Materi, terdiri atas dua kata, Pada artinya Kata atau<br />Suara, serta Artha bermakna tujuan atau arti. Suara + Arti = Materi.<br />Dalam bahasa Fisika Kuantum, bisa diartikan sebagai: vibrasi suara yang<br />diucapkan dengan tujuan tertentu akan membentuk materi. Dan memang<br />materi inilah yang akan mencul. Setiap vibrasi adalah energi. Setiap<br />tujuan atau niat juga memiliki massa. Maka, yang terjadi adalah materi<br />yang memiliki energi dan massa.<br /><br />Dalam keadaan jaga, materi yang tercipta tidak akan terlihat. Tetapi,<br />setiap energi tidak pernah musnah. Apa pun yang pernah ada, akan tetap<br />ada dan hanya berubah bentuk. Bentuk dan komposisi bisa berubah-ubah<br />meski substansinya tidak.<br /><br />Dalam keadaan tidur bermimpi, energi (tajas) adalah dominannya. Pada<br />saat itu, pengertian Padartha akan lebih mudah dimengerti. Suara apa pun<br />yang muncul ditambah dengan niat tertentu akan menciptakan wujud<br />tertentu pula secara seketika. Setiap orang pasti mengalami hal ini<br />ketika ia sedang bermimpi.<br /><br />Satu-satunya perbedaan antara orang awam dan para Resi adalah Resi sadar<br />bahwa mereka sedang berada di alam mimpi. Tidak ada mimpi yang<br />sedemikian buruk atau sedemikian nikmat yang dapat mempengaruhi tubuh<br />jaga seorang Resi. Karena mereka menyadari bahwa mimpi ini pun adalah<br />proyeksi pikiran mereka sendiri. Maka dengan sangat mudah para Resi akan<br />dapat menghentikan atau mengubah mimpinya dengan seketika.<br /><br />Sementara itu, orang awam baru menyadari bahwa mereka sedang bermimpi<br />hanya ketika sudah bangun dari tidurnya. Orang awam akan terbawa oleh<br />mimpinya dan jika mimpinya sangat intens, efek pada tubuh jaga akan<br />terasa besar juga. Tubuh sedang beristirahat, jantung sedang berirama<br />dengan normal, tetapi jika seseorang bermimpi buruk – meskipun<br />mereka tidak ingat dengan mimpinya ketika bangun – maka jantungnya<br />akan berdebar sedemikian kencang seperti mau meledak, napas<br />tersengal-sengal, dan dada terasa sesak. Penelitian membuktikan bahwa<br />serangan jantung paling sering terjadi di pagi hari. Jika terasa tidak<br />masuk akal, ingatlah bahwa Fisika Modern memang sering "tidak masuk<br />akal", tetapi bisa dibuktikan.<br /><br />Bahasa Sansekerta diperkirakan telah berusia minimal antara 4000-7000<br />tahun dan menjadi dasar dari banyak bahasa-bahasa klasik di Eropa<br />seperti Yunani, Latin dan Romawi. Tidak mengherankan jika Bahasa<br />Sansekerta digunakan dalam kitab Veda (Pengetahuan) yang sering dianggap<br />sebagai kitab suci dari peradaban Hindu.<br /><br />Aksara-aksara yang digunakan dalam Bahasa Sansekerta disebut Devnagari<br />(bahasa atau tulisan para Dewa). Dewa atau Malaikat, sesungguhnya,<br />adalah elemen-elemen dasar pembentuk materi. Melalui Bahasa Sansekerta,<br />seseorang dapat berinteraksi langsung dengan elemen-elemen alam. Karena<br />seluruh aksara berasal dari variasi frekuensi, maka mantra-mantra<br />Sansekerta yang disuarakan dengan benar akan menciptakan vibrasi<br />tertentu dan mempengaruhi semua tingkat fisik, emosi, mental, energi,<br />dan spiritual. Bahkan, menilik teori Fisika Modern di atas, vibrasi<br />tertentu akan dapat menciptakan materi, meski untuk mewujudkannya<br />dibutuhkan energi yang luar biasa besar.<br /><br />Bahasa Sansekerta sendiri mengalami beberapa kali perubahan tata bahasa.<br />Tata bahasa disebut sebagai vyakarana, yang arti harafiahnya<br />"analisa yang dibedakan". Tata bahasa terakhir Sansekerta dibuat<br />oleh Panini pada 1300 SM (ada yang menyebut 500 SM) yang menjadi tata<br />bahasa terpendek, tetapi terlengkap di seluruh dunia. Panini menyebut<br />tata bahasa ini sebagai Ashtadhyayi. Dalam 4000 ayat-ayat pendeknya,<br />beliau menunjukkan bagaimana kerja Bahasa Sansekerta dan kombinasi yang<br />bisa muncul baik arti maupun efeknya secara filosofis.<br /><br />Ilmuwan NASA telah membuktikan bahwa Sansekerta adalah satu-satunya<br />bahasa yang dapat mengekspresikan setiap kondisi yang ada di alam<br />semesta dengan jelas. Dengan struktur bahasa yang sempurna, Bahasa<br />Sansekerta dapat dan telah digunakan sebagai Bahasa Kecerdasan Buatan,<br />Artificial Intelligence.<br /><br />Rigg Briggs, seorang peneliti NASA, menjelaskan bahwa struktur Panini<br />bisa digunakan untuk menciptakan bahasa tingkat tinggi yang efisien dan<br />sistematis tanpa perlu menggunakan karakter alfanumerik yang sekarang<br />dipakai dalam semua bahasa tingkat tinggi komputer. Bahasa tingkat<br />tinggi artinya, bahasa yang menyerupai bahasa manusia dan merupakan<br />jembatan instruksi manusia dengan mesin (komputer). Bahasa tingkat<br />tinggi ini berkebalikan dengan bahasa mesin (bahasa tingkat rendah) pada<br />komputer yang terdiri atas kombinasi biner: 0 dan 1 (open and close<br />positions).<br /><br />Penelitian-penelitian tentang bagaimana aturan-aturan Panini dapat<br />diterapkan dalam software sedang dilakukan di banyak tempat seperti<br />Akademi Penelitian Sansekerta dan Siddhaganga Mutt di Karnataka. Bahkan<br />dalam linguistik, aturan ini pun dapat diterapkan karena aturan Panini<br />juga melingkupi aktivitas otak dan cara kerja suara manusia. Contoh,<br />lebih mudah mengatakan jagat + naatha sebagai jagannaatha (dalam Bahasa<br />Sansekerta) atau abd-ul + rahman sebagai abd-ur-rahman (dari Bahasa<br />Semit) – keduanya mengikuti aturan fonetik Panini. Hal ini juga<br />berarti bahwa bahasa Semit pun berasal dari Sansekerta. Diperkirakan<br />sebagian besar bahasa-bahasa kuno di bumi seperti bahasa Persia, Yunani,<br />Teutonic, dan Celtic berasal dari Sansekerta.<br /><br />Setiap mekanisme tata bahasa dalam Bahasa Sansekerta sudah<br />disempurnakan. Setiap penjelasan tentang kondisi emosi serta berbagai<br />kondisi lainnya sudah baku dan tidak mengalami perubahan selama ribuan<br />tahun. Bahasa Sansekerta tidak mengalami penambahan kata baru karena<br />semuanya sudah ada, termasuk materi apa pun di muka bumi sudah ada<br />istilahnya. Jika para Resi sudah mengetahui tentang sistem ucapan<br />manusia yang canggih ini pada ribuan tahun yang lalu, maka para ilmuwan<br />Barat baru menyadarinya pada abad ini.<br /><br />Tetapi, bahasa peninggalan dari Sindhu tidak saja muncul di India dan<br />melebar ke Eropa. Di Indonesia peradaban yang mirip sudah ada sejak<br />ribuan tahun yang lalu. Bahasa Indonesia akarnya berasal dari Melayu dan<br />bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Tetapi, bahasa-bahasa daerah di<br />Indonesia banyak yang berasal dari bahasa Sansekerta. Contoh, varna di<br />Indonesia dikenal sebagai warna; Bhumi menjadi bumi; dev menjadi<br />dewa/dewi; jiiva menjadi jiwa, dan lain sebagainya.<br /><br />Bahasa Daerah Jawa tidak menggunakan huruf alfabet a-z, tetapi<br />menggunakan aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka yang masing-masing mempunyai arti<br />filsafatnya. Bahasa Jawa dan Bali menggunakan aksara yang sama meskipun<br />dengan pengucapan yang berbeda. Aksara-aksara ini mempunyai kemiripan<br />dengan aksara-aksara bahasa Telugu yang digunakan di India Selatan.<br /><br />Hal-hal seperti ini menunjukkan ketinggian suatu budaya di mana suatu<br />kata tidak terbentuk oleh sekedar alfabet, tetapi aksara dengan lafal<br />yang berirama, mempunyai vibrasi, dan arti tertentu. Satu pepatah bahasa<br />Jawa yang menggambarkan keadaan ini berbunyi: "Basa iku busananing<br />Bangsa", yang artinya budi pekerti seseorang atau suatu bangsa akan<br />terlihat melalui bahasa yang dituturkannya<br /><br />Bandingkan dengan alfabet Romawi yang kita pakai sekarang (huruf a<br />sampai z) di mana lafal serta penggunaannya tidak konsisten. Sayangnya,<br />kedalaman budaya lokal Indonesia telah dianggap kadaluarsa oleh sebagian<br />orang-orang Indonesia padahal dunia Barat justru mulai melakukan<br />penelitian mendalam terhadapnya.<br /><br />*) Tulisan ini diambil dari buku berjudul "Sains dan<br />Spiritualitas", terbitan PT One Earth Media, 2006, karya Roy B.<br />Efferin -- seorang yang menekuni dunia Sains, Spiritualitas, dan Aikido.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-71356465568599079442010-04-23T20:19:00.000-07:002010-04-23T20:20:09.825-07:00Benarkah Kalky Avatara dan Buddha Maittreya adalah Muhammad ?????Benarkah Kalky Avatara dan Buddha Maittreya adalah Muhammad ?????<br /><br />Situs-situs berbahasa Indonesia saat ini semakin padat dan bersemangat untuk memajang tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa :<br />• Kalky Avatara adalah Muhammad<br />• Buddha Maitreya adalah Muhammad.<br />• Baik itu Kalky Avatara maupun Buddha Maitreya adalah Muhammad<br />Klaim pertama berasal dari Prof. Pundit Vaid Parkash/Prof. Waid Barkash dan klaim kedua berasal dari KH. Jalaludin Rakhmat. Klaim yang ketiga saya ambil dari situs-situs Islam seperti: madinah-al-hikmah.net dan al-shia.com Bandingkan dengan ramalan itu sendiri:<br />• Kalky Avatara: Bantahan terhadap Prof. Pundit, Stephen Knapp, Definisi, dan Cuplikan Kalki Purana<br />• Buddha Maitreya: Berita Dharmayana Edisi No:28 Tahun 1999 dan Samaggi-phala<br />Tulisan ini diperuntukan untuk menguji apakah 2(dua) nama besar diatas benar-benar sepadan dengan tulisan mereka dan juga sebagai langkah koreksi terhadap penyesatan informasi yang dilakukan oleh kalangan penyiar Islam. Penyesatan informasi ini tidak saja bagi para pemeluk Hindu dan Buddha namun juga berdampak pada para pemeluk Islam sendiri dimana hanya memberikan eforia semu tanpa makna yang semakin menjauhkan mereka dari keinginan untuk menggali dan mengetahui yang sebenar-benarnya tentang Islam itu sendiri dan hanya merasa cukup atas apa yang dikatakan oleh Ulama/Ustad mereka. <br />Untuk itu tulisan ini saya bagi dalam beberapa bagian yaitu:<br />• Pengertian Avatar dalam Hindu,<br />• Pengertian Buddha,<br />• Kapan kemunculan Awatar Kalki, <br />• Kapan Kemunculan Buddha Maitreya, <br />• Apakah Kalki Avatara sama dengan Buddha Maitrya serta hidup pada satu jaman?<br />• Pondasi Dasar Hindu dan Buddha (KarmaPhala, Reinkarnasi, Konsep ketuhanan dan Nirwana)<br />• Uji material keabsahan atas klaim tersebut<br />• Kesimpulan<br />• Bahan2 yang berkaitan dengan tulisan ini.<br />Saya beri jaminan bahwa belum sampai artikel habis anda simak, andapun sudah dapat menilai apakah nama besar merupakan jaminan mutu atas kebenaran tulisan mereka dan tentu saja sekaligus dapat menyimpulkan mengenai valid atau tidaknya klaim yang dimuat pada artikel-artikel tersebut diatas. <br />Apakah Avatar itu?<br />Awatara atau Avatar (Sansekerta: अवतार, avatāra, baca: awatara) dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa ke dunia dengan mengambil suatu bentuk material, dalam tujuan menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan dan menegakkan dharma seperti yang dikatakan dalam Dalam Bhagawad Gita:<br />"Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge" (Bhagavad Gītā, 4.7-8)<br />manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna)<br />Jadi Ia adalah Tuhan yang Turun kedunia untuk menegakkan kebenaran dan menyelamatkan dunia dari kejahatan dari zaman ke zaman<br /><br />Apakah Buddha Itu?<br />Kata Buddha berasal dari kata Budh yang artinya bangun atau sadar. Buddha bukanlah nama seseorang namun gelar kesucian bagi mereka yang telah mencapai kesempurnaan. Jadi Buddha berarti orang yang telah sadar / bangun dari kegelapan bathin atau orang yang telah mencapai atau mendapatkan penerangan sempurna (Bodhi). Ia juga dikatakan yang menjadi guru manusia dan para dewa.<br />Seorang Buddha mempunyai 6 kekuatan gaib (Abhinna), yaitu memiliki kekuatan gaib, telinga dewa, penembus hati orang lain, ingatan pada kelahiran-kelahiran yang masa lalu, mata dewa, dan kemampuan untuk melenyapkan semua ikatan Abhinna pertama hingga kelima. disamping itu ia juga mempunyai 32 ciri manusia agung:<br />http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=182<br />Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika arama, dekat kota Savatthi. Di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu." "Ya, Bhante," jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:<br />"Para bhikkhu, seorang Manusia Agung (Maha Purisa) memiliki 32 tanda (lakkhana). Bagi Maha Purisa yang memiliki 32 lakkhana ini hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain. Jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka:<br />• ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), raja berdasarkan raja-dhamma, <br />• penguasa empat penjuru dunia, <br />• penakluk, pelindung rakyat, <br />• pemilik tujuh ratna. Tujuh ratna itu adalah: cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. <br />• Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. <br />• Namun ia akan menaklukkan muka bumi bukan dengan pedang tetapi dengan kebenaran. <br />Dengan memiliki ini, jika ia hidup berumah-tangga :<br />Ia akan menjadi raja cakkavati ... penakluk bukan dengan tombak atau pedang melainkan dengan kebenaran (dhamma), ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana…Ia tidak akan terganggu oleh kemauan jahat manusia... Ia berusia panjang, selama hidupnya tidak ada orang lain yang dapat membunuhnya ... telah terlahir sebagai manusia yang tak pernah marah, tanpa berkerut, begitu pula walaupun banyak kata-kata (jahat) telah ditujukan kepadanya ia tidak menjadi kejam, terhasut, gusar, agresif; tidak mempertunjukkan kemarahan, kebencian dan kejengkelan..Ia akan memiliki anak yang banyak, lebih dari seribu anak yang perkasa dan penakluk musuh-musuh ...Ia tidak akan kehilangan: milik dan kekayaan, berkaki dua atau berkaki empat, istri dan anak, ia akan sukses dalam semua hal ....telah terlahir sebagai manusia yang pantang membahayakan orang lain dengan tangan, batu, tongkat atau pedang…Ia tidak dapat diganggu oleh maksud jahat manusia atau lawannya.... sebagai manusia yang pantang melakukan mata pencaharian salah, hidup dengan mata pencaharian benar, tidak menipu dengan timbangan maupun ukuran, tidak memberi suap dan tidak korupsi, tidak curang, tulus, tidak melukai, tidak membunuh, tidak mengurung orang, tidak menodong dan tidak merampok.<br />Bilamana ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (pabbajja), maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha.<br />Para bhikkhu, apakah 32 Maha Purisa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain, jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), ... maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha; yaitu: <br />1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.<br />2. Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.<br />3. Tumit yang bagus (ayatapanhi).<br />4. Jari-jari panjang (digha-anguli)<br />5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).<br />6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).<br />7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).<br />8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)<br />9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.<br />10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavattha-guyho).<br />11. Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno)<br />12. Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit<br />13. Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.<br />14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.<br />15. Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).<br />16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.<br />17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).<br />18. Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).<br />19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.<br />20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).<br />21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).<br />22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).<br />23. Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).<br />24. Gigi-geligi rata (sama-danto).<br />25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).<br />26. Gigi putih bersih (susukka-datho).<br />27. Lidah panjang (pahuta-jivha).<br />28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.<br />29. Mata biru (abhinila netto).<br />30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).<br />31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.<br />32. Kepala bagaikan berserban (unhisasiso).<br />Kapan Kalki Avatara akan hadir dimuka Bumi ini?<br />"When the practices taught by the Vedas and the institutes of law shall nearly have ceased, and the close of the Kali age shall be nigh, a portion of that divine being who exists of his own spiritual nature in the character of Brahma, and who is the beginning and the end, and who comprehends all things, shall descend upon the earth. He will be born as Kalki in the family of an eminent brahmin of Sambhala village, endowed with the eight superhuman faculties. By his irresistible might he will destroy all the barbarians and thieves, and all whose minds are devoted to iniquity. He will then reestablish righteousness upon earth; and the minds of those who live at the end of the Kali age shall be awakened, and shall be as pellucid as crystal. The men who are thus changed by virtue of that peculiar time shall be as the seeds of human beings, and shall give birth to a race who shall follow the laws of the Krita age, the Age of Purity. As it is said, "When the sun and moon, and the luner asterism Tishya, and the planet Jupiter, are in one mansion, the Krita age shall return." (Vishnu Purana 4.24)<br />"Thereafter, at the conjunction of two yugas [Kali-yuga and Satya-yuga], the Lord of the creation will take His birth as the Kalki incarnation and become the son of Vishnuyasha. At this time the rulers of the earth will have degenerated into plunderers." (Bhag.1.3.25) <br />"Lord Kalki will appear in the home of the most eminent brahmana of Shambhala village, the great soul Vishnuyasha." (Bhag.12.2.18) <br />Dari kutipan diatas kita mengetahui bahwa Kalki Avatara itu akan hadir pada akhir jaman Kaliyuga dan Awal jaman Krta yuga/Satya Yuga. Sehingga pertanyaan berikutnya adalah kapan sih itu dalam perhitungan tahun masehi? <br />Permulaan jaman kali yuga adalah saat meninggalnya Krishna Avatara yaitu di tahun 3102 BC dan berapa panjangkah jaman kali yuga itu?<br />Dalam teks-teks hindu dikatakan bahwa panjang jaman kali yuga adalah antara 360.000 tahun (Brahmanda Purana 1.2.29.31-34) dan 432.000 tahun (Perhitungan yang didasari dari Vishnu Purana (Book One, Chapter Three), the Srimad-Bhagavatam (3.11.19), juga dengan Bhagavad-gita (8.17), Vayu Purana (Chapter 57) dan Shanti Parwa( 231))<br />Sehingga dapat ditarik perhitungan berakhirnya jaman kali yuga adalah dikisaran tahun 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi. Petunjuk ini juga menentukan kepastian turunnya Kalki Avatara kedunia.<br />Kapan Kemunculan Buddha Maitreya?<br />Dalam Sutra maitreya dikatakan bahwa Buddha maitreya akan hadir dimuka bumi ini setelah 56 koti laksa tahun, dalam bahasa Sangsekerta laksa = 10.000 dan Koti = 100.000, jadi Buddha Maitreya akan hadir setelah 56.000.000.000 tahun.<br />Petunjuk kedua adalah berdasarkan pada Digha Nikaya iii.7; Mahavamsa xxxxxxii. 73, 81; Chullavamsa xxxviii. 68; Milinda Panha 159; dan Atthasalini 415, yang menyatakan bahwa Buddha Maitreya akan hadir di dunia ketika umur hidup manusia saat itu mencapai 84.000 tahun dan Ajaran Buddha sudah tidak ada lagi di muka bumi<br />Benarkah kalky Avatar sama dengan Buddha Maitreya?<br />Pada The Mahabharata (Shanti Parva, 231.29-32), disebutkan bahwa Satu siklus Brahma (Krita/Satya-yuga, Treta-yuga, Dvapara-yuga, dan Kali-yuga) adalah 12.000 tahun Dewa atau setara dengan 4.320.000.000 tahun. Saat ini adalah baru permulaan jaman Kali Yuga di siklus terakhir Brahma. Perlu diketahui bahwa Buddha Maitreya dikatakan akan muncul di 56.000.000.000 tahun kemudian sejak jaman Buddha Gautama dan juga tentunya setelah kematian Krisna Avatar. <br />Dari keterangan diatas dapat dihitung bahwa Buddha Maitreya akan hadir didunia ini setelah 12 sampai 13 Silkus Brahma dan bukan di Siklus ini. sehingga jelas sudah bahwa Kalki Avtara adalah tidak sama dengan Buddha Maitreya. <br />Pondasi Dasar Agama Hindu dan Buddha<br />Karmaphala<br />Hindu:<br />Karmaphala atau karma pala adalah konsep dasar dalam ajaran-ajaran Hindu. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti perbuatan/aksi, dan phala berarti buah/hasil. Karmaphala berarti buah dari perbuatan yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil (baik atau buruk). <br />Karmaphala ini erat kaitannya dengan reinkarnasi, dimana hasil perbuatan manusia akan dipetik olehnya bisa pada saat ini juga, diwaktu yang akan dating pada kehidupannya saat ini maupun pada kehidupannya mendatang. Demikian pula keadaan saat ini merupakan buah dari hasil perbuatan masal lalu atau juga berasal dari kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia yang menentukan baik/buruk kehidupan yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi)<br />Buddha:<br />Kamma adalah kata bahasa Pali (dalam bahasa Sansekerta karma) yang berarti "perbuatan". Hal ini dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral), mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda :<br />"O, bhikkhu, kehendak untuk berbuat (bahasa Pali : Cetana) itulah yang Kami namakan Kamma. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan, perkataan atau pikiran."<br />Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb :<br />"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".<br />________________________________________<br />Reinkarnasi/Tumimballahir/Tumitis<br />Reinkarnasi (dari bahasa Latin untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula"[1]) atau t(um)itis, merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali ke bumi ini. Terdapat dua aliran utama yaitu mereka yang mempercayai bahwa manusia akan kembali kekal lahir kembali dan mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung (Nirvana) atau menyatu dengan Tuhan (moksha), contohnya ajaran Buddha dan Hindu.<br />Hindu:<br />Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksha).<br />Proses reinkarnasi<br />Pada saat jiwa lahir kembali, roh yang utama kekal namun raga kasarlah yang rusak, sehingga roh harus berpindah ke badan yang baru untuk menikmati hasil perbuatannya. Pada saat memasuki badan yang baru, roh yang utama membawa hasil perbuatan dari kehidupannya yang terdahulu, yang mengakibatkan baik-buruk nasibnya kelak. Roh dan jiwa yang lahir kembali tidak akan mengingat kehidupannya yang terdahulu agar tidak mengenang duka yang bertumpuk-tumpuk di kehidupan lampau. Sebelum mereka bereinkarnasi, biasanya jiwa pergi ke sorga atau ke neraka.<br />Dalam filsafat agama yang menganut faham reinkarnasi, neraka dan sorga adalah suatu tempat persinggahan sementara sebelum jiwa memasuki badan yang baru. Neraka merupakan suatu pengadilan agar jiwa lahir kembali ke badan yang sesuai dengan hasil perbuatannya dahulu. Dalam hal ini, manusia bisa bereinkarnasi menjadi makhluk berderajat rendah seperti hewan, dan sebaliknya hewan mampu bereinkarnasi menjadi manusia. Sidang neraka juga memutuskan apakah suatu jiwa harus lahir di badan yang cacat atau tidak.<br />Akhir proses reinkarnasi<br />Selama jiwa masih terikat pada hasil perbuatannya yang terdahulu, maka ia tidak akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yakni lepas dari siklus reinkarnasi. Maka, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi tersebut, roh yang utama melalui badan kasarnya berusaha melepaskan diri dari belenggu duniawi dan harus mengerti hakikat kehidupan yang sebenarnya. Jika tubuh terlepas dari belenggu duniawi dan jiwa sudah mengerti makna hidup yang sesungguhnya, maka perasaan tidak akan pernah duka dan jiwa akan lepas dari siklus kelahiran kembali. Dalam keadaan tersebut, jiwa menyatu dengan Tuhan (Moksha [2]).<br />Buddha:<br />Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran ditentukan oleh karma makhluk tersebut; bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiaannya, bila pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga segala sesuatu tergantung dari karma masing-masing.<br />Tumimbal Lahir adalah istilah yang dikenal dalam agama Buddha sehubungan dengan kelahiran kembali suatu mahluk hidup dalam alam kehidupan yang sama atau berbeda serta tidak membawa kesadaran akan kehidupan dari alam sebelumnya. Konsep ini berbeda dengan konsep reinkarnasi di mana reinkarnasi masih membawa kesadaran akan alam kehidupan dari alam sebelumnya.<br />Yang dimaksud dengan Tumimbal lahir adalah suatu proses kelahiran kembali jasmani dan batin yang lama mengalami pelapukan, kehancuran, dan kemudian muncul jasmani dan batin baru yang timbul akibat adanya kekuatan kamma (perbuatan). Jadi disini jasmani dan batin/”jiwa” tidak kekal. Konsep ini dianut oleh penganut Buddhisme sesuai dengan 3 prinsip dasar hidup dan kehidupan yaitu : Anatta, segala sesuatu adalah tanpa adanya “roh”/”jiwa”/batin yang kekal. Anicca, segala sesuatu yang terbentuk dari gabungan beberapa unsur adalah tidak kekal. Dukkha, segala sesuatu yang tidak kekal membawa penderitaan.<br />Sedangkan pada Reinkarnasi yaitu Jasmani mengalami kehancuran, tetapi “jiwa”/batin tidak mengalami kehancuran/perubahan. Kemudian “jiwa” “mencari” dan menempatkan jasmani yang baru<br />Reinkarnasi adalah suatu proses kelahiran kembali dimana batin/”jiwa” yang lama meninggalkan jasmani yang sudah lapuk dan mencari jasmani baru. Jika diumpamakan seperti kita mengganti baju, dimana tubuh kita adalah “jiwa/batin kita, dan baju sebagai jasmani kita. Setelah baju (jasmani) usang, maka diganti dengan yang baru. Jadi disini hanya batin/”jiwa” yang dikatakan kekal. Konsep Reinkarnasi ini di anut oleh agama Hindu seperti yang dijelaskan dalam salah satu kitab suci agama Hindu yaitu Bhagavad Gita. Dan Buddhisme menolak adanya batin/”jiwa” yang kekal<br />Konsep Ketuhanan<br />Hindu:<br />BhagavadGita(13:12-22) disebutkan:<br />Beliau memiliki tangan, kaki, mata, kepala, dan muka yang berada dimana-mana, dan Beliau memiliki telinga di segala penjuru. Ia berada dalam segala sesuatu dan meliputi alam semesta. Beliau sumber asli segala indria, namun tanpa memiliki indria. Beliau tidak terikat, walau Beliau memelihara semua makhluk. Beliau melampaui sifat-sifat alam, dan pada waktu yang sama Beliau adalah penguasa semua sifat alam material. Beliau berada di luar dan di dalam segala insan, tidak bergerak namun senantiasa bergerak, Beliau di luar daya pemahaman indria material. Beliau amat jauh, namun juga begitu dekat kepada semua makhluk. Walaupun Beliau terbagi di antara insani, namun Beliau tidak dapat dibagi. Beliau mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Beliau pemelihara segala makhluk, dan Beliau menciptakan sekaligus memusnahkan mereka. Beliau adalah sumber dari segala benda yang bercahaya. Baliau di luar kegelapan alam dan tidak terwujud. Beliau adalah pengetahuan dan tujuan pengetahuan. Beliau bersemayam di dalam hati sanubari segala makhluk<br />Bentuk penegasan sekaligus koreksi yang dilakukan dalam mengembalikan pemahaman yang benar dalam Veda adalah seperti yang dinyatakan dalam Bhagavad Gita dalam adhyaya IV sloka 11 dan adhyaya VII sloka 21 yang berbunyi sebagai berikut: <br />Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham, mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah<br />Yo-yo yam-yam tanum bhaktah sraddhayarcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham tam eva vidadhamy aham<br />Arti:<br />Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana - mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta<br />Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera<br />sa tayā śraddhayā yuktas tasyārādhanam īhate labhate ca tatah kaman mayaiva vihitān hi tān (Bhagavad Gītā, 7.22)<br />Arti:<br />Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.<br />ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitā te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam (Bhagavad Gītā, IX.23)<br />Arti:<br />Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna)<br />"Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku." (Bhagavad-gita 9.25)<br />Sloka-sloka diatas secara tegas telah menyatakan bahwa tidak penting jalan mana yang ditempuh untuk mencapai pencerahan atau mencapai Yang teragung, akan tetap diterima olehNya adapun jalan yang dimaksud adalah KarmaYoga, BhaktiYoga, JnanaYoga dan Raja Yoga.<br /><br />Buddha:<br />Konsep kebebasan dan ketuhanan dalam Buddha adalah mengikuti apa yang tercantum dalam Khuddaka-Nikaya dalam Sutta Pitaka Udana VIII.1-4:<br />O, bhikkhu, ada keadaan di mana tidk ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara; tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran, tidak ada dasar dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan presepsi dan tidak bukan presepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun dua dunia itu; tidak ada matahari atau rembulan. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpancang, tidak dapat digerakkan, tidak mempunyai penyangga. Inilah akhir dari penderitaan.<br />Yang tidak terpengaruh sulit untuk diketahui, Kebenaran tidak mudah dilihat; Nafsu keinginan akan ditembus oleh orang yang tahu, Tidak ada penghalang bagi orang yang melihat.<br />O. bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, yang mutlak; maka tiak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, oemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, yang mutlak; maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.<br />Bagi yang ditopang, ada ketidakstabilan, bagi yang tidak ditopang, tidak ada ketidak-stabilan, bila tidak ada ketidakstabilan ada ketenangan; bila ada ketenangan tidak ada sikap takluk; bila tidak ada sikap takluk tidak ada datang-dan-pergi; dan bila tidak ada atang-dan-pergi tidak ada kematian dan kemunculan; bila tidak ada kematian-dan-kemeunculan, tidak ada “di sini” atau “diluar sana” ataupun “di antara keduanya”. Inilah akhir dari penderitaan.<br />Buddha menyatakan bahwa tujuan dari pembebasan adalah Nibana dan wujud pencipta terwakili dengan kata sifat ketuhanan yang dituju yaitu, tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta dan mutlak. Tida dinyatakan oleh Buddha untuk dipuja. <br />Buddha menolak anggapan bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk tidak lain merupakan kehendak tuhan. Menurut Buddha, semua perbuatan dan semua yang dialami seseorang bukan merupakan kehendak tuhan, yang mengakibatkan seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. (Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61.) <br />Begitu juga dalam Devadaha Sutta, Majjhima Nikaya 101 yang mengatakan <br />Apabila, O para bhikkhu, makhluk-makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issaranimmanahetu), maka para petapa telanjang ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara), karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.<br />Kemudian dalam Bhuridatta Jataka, Jataka 543:<br />”Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap, Brahma adalah ketak-adilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru.”<br />________________________________________<br />Moksa/Nibana/Nirwana plus Surga dan Neraka<br />Moksa (Sansekerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi.<br />Sementara Surga dan Neraka adalah salah satu tempat dimana Ia menerima hasil dari perbuatannya selama hidupnya dahulu atau dikehidupan akan dating.<br />Dalam Buddhisme, nirvāṇa (dari bahasa Sansekerta -- Pali: Nibbāna -- bahasa Tionghoa: Nie4 Pan2 (涅槃)), secara harafiah: "kepunahan" atau "pemadaman", adalah kulminasi pencarian umat Buddha terhadap kebebasan.<br />Siddartha Gautama, sang Buddha, menejelaskan Buddhisme sebagai sebuah rakit yang, setelah mengapung di atas sungai, akan memperbolehkan sang penumpangnya untuk mencapai nirwana.<br />Hinduisme juga menggunakan nirwana sebagai sinonim untuk pemikiran mereka tentang moksha, dan nirvana dibicarakan dalam beberapa tulisan tantra Hindu serta Bhagawad Gita.<br />________________________________________<br />Uji Material Keabsahan Klaim Kalangan Islam <br />• Apakah Muhammad adalah Tuhan? Tidak, Muhammad adalah seorang utusan Tuhan. Sedangkan Kalki Avatara adalah Tuhan, dan Muhammad pun tidak mendekati definisi dan ciri2 Buddha. Perlu dicatat bahwa Buddha tidak pernah menganjurkan untuk Menyembah Tuhan.<br />• Apakah Muhammad Menyatakan Reinkarnasi(Punarbawa/Tumimbal Lahir)? Tidak<br />• Apakah Muhammad menyatakan ada hukum Karmaphala(Kamma)? Tidak<br />• Apakah Muhammad menyatakan ada Nirwana(nibbana) selain Surga dan Neraka? Tidak<br />• Apakah tahun kehidupan Muhammad berada di dekat tahun-tahun yang diramalkan akan hadirnya Kalki Avatara dan/atau Buddha Maitreya didunia? Tidak <br />o Kalkiy Avatara akan muncul didunia pada kisaran 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi dan Buddha Maitreya akan hadir di 56.000.000.000 tahun lagi. <br />o Kalky avatar lahir pada bulan Baisakha 12 hari setelah bulan penuh (purnama), berarti 12 hari setelah tanggal 14/15 yaitu tanggal 26/27 akhir bulan Baisakha. <br />o Sementara itu kepastian tanggal lahir Muhammad pun tidak diketahui saat dulu maupun sekarang. Pendapat para Ulama berbeda-beda dalam hal ini. Phillip K. Hitti berkata bahwa dia dilahirkan sekitar 571 AD (History of the Arabs, hal 111). Abdullah Yusuf Ali berkeras, "tahun yg selalu diberikan utk kelahiran sang Nabi adalah 570 AD, meski tanggalnya harus dikira-kira, jadi angkanya adalah antara 569 dan 571, kemungkinan batas paling ekstrim." (Quran, V.2, hal 1071).<br />o Walau tahun kelahirannya Muhamad misterius, Muslim tetap menetapkan bahwa dia lahir dijam2 awal pada hari Senin, hari ke-29 bulan Agustus, 570 AD (Lihat Ghulam Mustafa, Vishva Nabi, hal 40). – Sebuah perayaan yg mereka rayakan dg pawai riuh. Namun faktanya tetap: tahun kelahiran Muhamad tidak ditetapkan berdasarkan bukti2 sejarah yg dapat dipercaya. Perayaan kelahiran Muhammad, dengan begitu, ini tidak berdasarkan sumber2 kuat Islam namun hanya berdasarkan tradisi. <br />• Apakah Muhammad yang mengajarkan sendiri ajarannya? Tidak, ia diberitahukan melalui perantara yang bernama Jibril yang diyakini sebagai malaikat (mungkin dapat disamakan dengan Dewa). Buddha Maitreya tidak memerlukan perantara untuk mengajar, bahkan Buddha Maitreya adalah guru para Dewa. Sedangkan Kalki, adalah Pemilik para Dewa sehingga Dewapun tunduk dan patuh padaNya.<br />• Apakah Muhammad memiliki 6 Abbhina/kekuatan Gaib? Tidak. Para Buddha mempunyai 6 kekuatan Gaib, Kalki avatar digambarkan memiliki 8 kekuatan Gaib yang melekat padanya dan dapat digunakan kapanpun Ia mau.<br />• Apakah Muhammad menguasai penjuru dunia? Tidak, Sewaktu Muhammad hidup lingkup daerah kekuasaan yang berhasil ditaklukannya bahkan tidak sampai keluar dari Jazirah Arab<br />• Apakah Muhammad mempunyai banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh? Tidak, Semua anak laki-lakinya telah mati muda, Dari Khadijah (Qasim dan Abdullah) meninggal selagi bayi, dari Budaknya Maria al-Qibthiya (Ibrahim) meninggal saat usia 4 tahun. Yang tersisa hanya berasal dari putrinya Fatimah yang menikah dengan Ali (Hasan dan Husain) yang juga tewas sekeluarga dibantai pada masa Bani Umayah dan Bani Abbas. Menurut sumber yang masih harus diuji keabsahannya dikisahkan bahwa masih ada keturunan Muhammad yang selamat dan lari ke maroko.<br />• Apakah Muhammad mempunyai ciri2 32 Manussa Agung/Maha Purisa? Tidak<br />• Apakah Muhammad menaklukan tidak dengan pedang tapi dengan kebenaran? Tidak, ia berperang dengan menggunakan Pedang. Ini sangat jauh berbeda dengan Buddha dimana saat Beliau di cacimaki, diserang Gajah dan hendak dibunuh tetap dalam keadaan diam tidak menyerang dan hanya menyampaikan kebenaran melalui ucapanNya saja dan semua yang menyerangnya menjadi Pengikutnya. Sementara Kalki dikisahkan bersenjatakan Petir(Bajra) yang menyerupai Pedang yang dapat menghanguskan sebuah Kota (ini lebih menyerupai senjata masa depan daripada sebuah pedang jaman dulu)<br />• Apakah Muhammad mempunyai kuda putih sebagai tunggangannya setiap saat? Tidak, Ia tidak mempunyai tunggangan yang sama yang dipakainya setiap saat dan tidak pernah tercatat bahwa Muhammad mempunyai kuda berwarna putih sebagai tunggangannya.<br />• Apakah Buraq adalah Kuda putih? Tidak, Buraq adalah suatu mahluk menyerupai hewan berwarna putih berbadan lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari Bagal (MuslimBook 001, Number 0309, Buchari, Vol 5, Book 58, Number 227:) bermuka Manusia dan berekor merak (The Haj, Leon Uris's dan Gambar Buraq dari literatur abad 16). Buraq tidak ditunggangi Muhammad setiap saat namun hanya satu kali yang konon terjadi pada peristiwa Isra’ Mir’aj [AQ 17:1; Bukhari vol 9, buku 63 no.608; Tisdal, W., "Original Sources of Islam", hal. 78] pada tanggal 27 Rajab tahun ke-11 kerasulan Muhammad. Buraq tidak pernah disebut dalam Al Qur’an dan hanya muncul di Hadis sahih Muslim dan Buchari dan itupun tidak pernah disebutkan sebagai Kuda berwarna putih. Peristiwa Isra’ Miraj menyatakan:<br />o Muhammad pergi menaiki Buraq ( Buraq tidak pernah ada di dalam Qur’an dan hanya tercatat di hadist itupun tidak pernah dikatakan sebagai Kuda Putih).<br />o Saat Isra’ Mir’aj, Nabi berada dirumah seorang sepupunya (wanita) yang baru kehilangan suami(sampai tengah malam), ini tidak lazim menurut adat istiadat setempat, sementara Nabi belumlah diterima secara luas di Mekkah (2 tahun sebelum Hijrah dan hampir 1 tahun setelah ditinggal istri dan pamannya), <br />o Pada AQ 17:1 disebutkan Nabi mengunjungi Mesjid Aqsa yang justru baru dibangun setelah Nabi Meninggal oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66 H dan selesai tahun 73 H (56 tahun setelah Nabi Muhamad Wafat)<br />o Merupakan awal mula Shalat 5 waktu. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj awalnya diperintahkan 50 x shalat satu harinya dan Nabi berhasil menawar kepada Allah menjadi 5 x (jadi, sampai dengan 11 tahun masa ke rasulan tidak ada perintah Shalat)<br />• Apakah Muhammad tidak pernah Membunuh dan/atau anti pembunuhan? Tidak, Ia membunuh dan memerintahkan Pembunuhan dan pembantaian.<br />• Seorang Buddha setelah mencapai Buddha tidak akan menikah lagi untuk alasan Apapun, apakah Muhammad juga tidak menikah lagi setelah menjadi Rasul? Tidak, setelah menjadi Rasul, Paling tidak Muhammad beristri 15 orang, 2 (dua) diantaranya diceraikan. <br />• Apakah Istri Muhammad ada yang bernama Padma? Tidak, Selain dari Khaddijah, istri-istri Muhammad lainnya adalah Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah, Juwariyah, Zainab binti Jahsyi(Mantan istri anak angkat Muhammad-Zaid ibn Haritsah), Raihanah(Budak milik Muhammad), Syafiyyah, Maemunah, Maria Qibthiyyah(budak milik Hafshah), Arkian dan masih banyak lagi(Sumber:Biografi Rasullulah, Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, Penerbit Qisthi press, Januari 2006, hal.887: Seandainya Rasulullah s.a.w berkehendak untuk memiliki ribuan budak perempuan dan selir, tentu saja Rasulullah s.a.w. tidak akan mengurangi haknya untuk mengambil hal tersebut. Apalagi….)<br />• Apakah maksud dari arti kata Ayahanda Kalki (Vishnuyasha), Ayahhanda Buddha Maitreya (Subrahma) sama artinya dengan nama ayahanda Muhammad (Abdullah)? Tidak, Vishnuyasha berarti Pengikut Wisnu, Subrahma adalah Brahma yang baik sedangkan Abdulah berarti Pengikut Allah, <br />o Kata Allah pada jaman Pra-islam Allah berkonotasi dengan dewa bulan. Pada jaman sebelum islam orang Arab menyembah dewa(i). Di Mekah, “Allah” adalah dewa tertinggi bangsa Quraish, sukunya Nabi. Allah memiliki 3 puteri: Al Uzzah (Venus); Manah, dewi nasib dan Al Lat, dewi tumbuh2an. Mereka dianggap paling kuasa dan campur tangan mereka atas nama pemuja sangat penting. <br />o Pernyataan Albert Hourani: “Nama Islam bagi Tuhan adalah “Allah”, yang sudah dipakai utk dewa2 setempat "(bahkan dipakai orang Yahudi dan Kristen yg berbicara Arab--lihat A history Of Arab people by Albert Hourani, 1991, page-16, Belknap press of Harvard University, USA). <br />• Apakah Arti dari Kalky, Maitreya dan Muhammad sama? Tidak, Kalky= Abadi/ pejuang yang perkasa, Maitereya adalah nama Suku beliau dan nama sebelum menjadi Buddha adalah Ajita = pemenang, tidak tertaklukan (Buddha Gautama, Gautama adalah nama suku, nama sebelum menjadi Buddha adalah Sidharta=tercapai semua maksudnya), Sedangkan Nama asli Muhammad adalah Kothan Halabi...Aminah menyebut bayinya Kothan, tapi kakeknya mengubahnya menjadi Muhammad dikemudian hari (lihat Buku R.V.C. Bodley "The Messenger", hal 6). Arti Muhammad adalah yang terpuji namun apakah arti Kothan?<br />• Apakah Ayahanda Muhammad kepala suku, atau keluarga kaya atau keluarga terpandang? Tidak, <br />o Muhammad bukanlah orang kaya, bukan anak kepala suku dan bukan dari keluarga terpandang, ia lahir di Bakka (Quran 3:96) dan kemudian dikenal sebagai Mekah. Suku Quraish adalah penghuni aslinya, mengingat fakta bahwa suku merekalah yg memiliki kontrol atas pengawasan dan ritual religius dari rumah Tuhan tsb. <br />o Anggota2 dari suku Quraish terdiri dari tiga kelompok. Satu adalah kelompok pendeta, yg mengontrol rumah Tuhan dan mendapatkan pemasukan dari para peziarah. Kelompok kedua terdiri dari sejumlah kecil orang Quraish yg melakukan perdagangan. Kelompok ketiga adalah yg paling besar, dan terdiri dari mereka yg menopang hidupnya dg menyediakan air dan pelayanan2 lain bagi para peziarah. <br />o Pekerjaan ini tidak menjamin pemasukan yg tetap bagi mereka; ketika mereka menerima peziarah dalam jumlah yg banyak, mereka mendapat pemasukan yg besar, tapi ketika jumlah peziarah kecil pendapatan merekapun kecil. Orang2 ini spt pekerja zaman kita sekarang; mereka dibayar kalau ada pekerjaan. Lebih dari 1400 tahun yg lalu, tinggal di Mekah seorang laki2 bernama Abdullah. Dia termasuk kelompok ketiga dari kaum Quraish. Istrinya bernama Aminah. Karena dia tidak mempunyai pendapatan yg tetap, keuangan rumah tangganya selalu kempas kempis. Seringkali keduanya harus tidur tanpa makan. Kemiskinan yg terus menerus akhirnya sampai pada puncaknya, mereka sering bertengkar dan bertengkar mengenai kondisi keuangan mereka dan juga mengenai masa depan mereka.<br />o Kalki adalah orang terpandang begitu pula dengan Maitreya, tidak pernah seorang Avatar dan Buddha lahir dikeluarga tidak perpandang.<br />• Detail lebih lanjutnya ada pada satu artikel bagus yang menjawab dengan tegas dan lugas kekeliruan-kekeliruan yang dipaksakan untuk mengatakan bahwa Muhammad adalah Kalky Avatara mohon klik ini<br />________________________________________<br />Kesimpulan<br />Berdasarkan hasil dari uji material klaim diatas, didapatkan kesimpulan bahwa:<br />• Tidak ada seorang yang bernama Profesor Pundit Vaid Parksah di Universitas Allahabad<br />• Kemunculan Kalky Avatara dan Buddha Maitreya tidak berada dijaman Muhammad bahkan tidak juga untuk beberapa ratus tahun kedepan. <br />• Kalki Avatara tidak sama dengan Buddha Maitreya dan juga jelas bahwa kemunculan mereka tidak pada kisaran Jaman yang sama.<br />• Terdapat perbedaan Pondasi dasar yang sangat besar antara Ajaran Islam dibandingkan dengan Ajaran Hindu dan Buddha.<br />• Uji klaim tersebut juga membuktikan bahwa nama-nama besar dan situs-situs tersebut ternyata 0 (nol) besar sehingga sangat jelas terlihat bahwa hal ini merupakan propaganda pembodohan dan sebuah metoda Syiar yang bernilai rendah.<br />________________________________________dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-82887180734889333042010-04-23T20:17:00.004-07:002012-07-19T01:52:16.051-07:00dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-84930209328472681192010-04-23T20:17:00.003-07:002012-07-19T01:51:57.340-07:00Missing Years of JesusSumber: Stevent Knap<br />
Karya : Suryanto, M.pd (dengan sedikit editing dari saya) dan pernah<br />
dimuat dalam newsletter narayana smrti<br />
<br />
<br />
Pernahkah Anda mendengar istilah "Missing Years" dalam teologi<br />
kekristenan? Mungkin belum! Bahkan, pengalaman saya, para bruder dan<br />
suster pun ada yang belum mengetahuinya. Apalagi umat awam, barangkali<br />
secara sengaja tidak diinformasikan mengenai hal itu.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "missing years" itu? Ya, itu<br />
memang terminologi dalam bahasa Inggris yang berarti "tahun-tahun yang<br />
hilang". Tahun-tahun yang masih menyisakan teka-teki besar bagi<br />
sebagian umat Katholik dan Kristen yang kritis. Mengapa demikian?<br />
<br />
Orang yang mempelajari Injil dengan seksama, pasti akan dapat<br />
mengetahui riwayat hidup Yesus Kristus. Mereka tahu : kapan, dimana,<br />
dan bagaimana kisah kelahiran Yesus. Para pembaca Injil juga tahu,<br />
bagaimana dan pada usia berapa Yesus meninggal di salib, lalu<br />
"bangkit" kembali. Namun kalau mereka jeli, mereka juga akan<br />
mendapatkan fakta berikut ini. Bahwa Injil menceritakan kelahiran dan<br />
kegiatan Yesus sampai dengan Yesus berusia 12 tahun. Bahwa Yesus<br />
terlahirkan oleh Bunda Maria, bahwa Yesus secara ajaib menyelamatkan<br />
orang-orang yang percaya pada-Nya.<br />
<br />
Setelah itu, tiba-tiba Injil menceritakan kembali kehidupan Yesus pada<br />
waktu Beliau sudah berusia 30 tahun. Saat itu, Yesus menerima baptis<br />
dari Yohanes Pembaptis di sungai Jordan. Sejak itu Injil kembali<br />
menceritakan secara runtut kehidupan Yesus. Kegiatan Beliau<br />
mengajarkan, menyembuhkan orang-orang sakit, berkhotbah di atas bukit,<br />
sampai dengan Yesus di salib. Juga masih dilengkapi dengan kesaksian<br />
para murid yang bertemu kembali dengan Yesus, setelah Yesus meninggal<br />
disalib, tetapi secara ajaib "bangkit" kembali.<br />
<br />
Dengan demikian, terdapat 18 tahun "missing years". Tidak ada sepatah<br />
katapun dalam Injil yang bercerita apa yang terjadi pada diri Yesus<br />
sejak berusia 13 tahun hingga akhirnya tiba-tiba berada di Sungai<br />
Jordan. Inilah yang disebut sebagai "tahun-tahun" yang hilang. Tentu<br />
kita akan bertanya-tanya, mengapa hal itu terjadi? Apa yang<br />
sesungguhnya di alami oleh Yesus?<br />
<br />
Saya pernah mencoba mempertanyakan hal ini kepada beberapa orang<br />
Katholik dan Kristen. Anehnya, banyak di antara mereka yang bahkan<br />
"baru dengar" istilah itu, justru setelah saya mempertanyakannya. Ada<br />
juga yang mengetahui hal itu, lalu mencoba menjelaskan sebagai<br />
berikut.<br />
<br />
"Mas, Injil itu berisi pengkabaran tentang kasih Allah, bukan biografi<br />
hidup Yesus. Jadi, yang diuraikan di dalamnya adalah ajaran-ajaran<br />
keselamatan, bukan kronologi hidup Yesus. Hanya kejadian-kejadian<br />
ajaib yang dilakukan oleh Yesus saja yang dicatat dan dilukiskan dalam<br />
Injil. Itu yang lebih penting. Jangan menuntut bahwa seluruh kehidupan<br />
Yesus harus tercatat di dalam Injil. Bukan itu tujuan Injil." jawab<br />
seorang pria, yang kebetulan adalah seorang bruder yang sedang<br />
mendapat tugas belajar. Ia tampak yakin dan percaya diri menyampaikan<br />
jawaban itu, sambil jujur mengatakan bahwa penjelasan itu dia peroleh<br />
dari salah seorang pastornya di gereja.<br />
<br />
Sekilas, jawaban itu memang mengena. Tapi, saya sampaikan lagi<br />
pertanyaan kritis :<br />
<br />
"Oke, Mas. Trimakasih jawabannya. Tapi, cobalah renungkan. Apakah<br />
benar, Yesus yang kelahirannya saja ajaib (terlahir dari seorang<br />
perawan), sampai usia 12 tahun juga masih melakukan<br />
keajaiban-keajaiban, eh…selama 18 tahun berikutnya sama sekali tidak<br />
lagi melakukannya? Masak sih…keajaiban itu terhenti selama 18 tahun?<br />
Kenapa, apa alasannya? Bukankah setelah itu, Yesus kembali melakukan<br />
hal-hal ajaib sampai puncaknya 'bangkit' kembali dari kematiannya di<br />
tiang salib??" Mahasiswa itu terdiam, merasakan adanya kebenaran dalam<br />
pertanyaan saya.<br />
<br />
Coba bandingkan, lanjut saya, dengan Hadist dalam Islam, yang berisi<br />
uraian sangat detil tentang pemikiran, ucapan, dan perilaku Nabi<br />
Muhammad. Bagi seorang tokoh pilihan Tuhan (nabi) sekaliber Yesus,<br />
tidakkah 18 tahun merupakan selang waktu yang terlalu panjang untuk<br />
tidak berbuat sesuatu apapun yang pantas untuk dicatat dalam Injil?<br />
<br />
Karena semuanya terdiam mendengar pertanyaan saya, akhirnya dengan<br />
berat hati saya bertanya lagi : "Pernahkah Anda dengar bahwa<br />
sebenarnya Yesus pergi ke India belajar bhakti yoga??"<br />
<br />
<br />
YESUS KE INDIA??<br />
<br />
<br />
<br />
Kontroversi tentang "missing years" Yesus bukanlah hal yang baru.<br />
Sejak tahun 1890-an hingga saat ini, telah banyak buku yang terbit<br />
membahas apa yang sesungguhnya dilakukan oleh Yesus selama 18 tahun<br />
yang tidak diceritakan dalam Injil tersebut. Ada sarjana yang<br />
mengkajinya dari sisi teologi, ada pula yang murni membahasnya<br />
berdasarkan temuan-temuan arkeologi. Misteri tentang kehidupan Yesus<br />
tersebut mulai mencuat ketika pada tahun 1870-an, seorang wartawan<br />
Rusia bernama Nicolas Notovitch melakukan perjalanan wisata ke<br />
negara-negara Asia Selatan. Akhirnya pada tahun 1887 Notovich tiba di<br />
India. Ketika mengunjungi sebuah wilayah bernama Leh, di dekat sungai<br />
Wakha, ia memutuskan untuk mengunjungi dua vihara Budha yang ada di<br />
daerah itu. Di vihara itu, Notovitch bertemu dengan seorang Lama yang<br />
berkata kepadanya bahwa : "We also respect the one whom you recognize<br />
as Son of the one God. The spirit of Buddha was indeed incarnate in<br />
the sacred person of Issa [Jesus], who without aid of fire or sword,<br />
spread knowledge of our great and true religion throughout the world.<br />
Issa is a great prophet, one of the first after twenty-two Buddhas.<br />
His name and acts are recorded in our writings." Terjemahan:<br />
<br />
"Kami juga menaruh hormat kepada Beliau yang Anda kenal sebagai Putra<br />
Tuhan. Jiwa Budha sugguh-sungguh menjelma dalam diri orang suci Issa<br />
(Yesus) yang tanpa bantuan api ataupun pedang, menyebarluaskan agama<br />
kami yang agung dan sejati ke seluruh dunia. Issa adalah seorang nabi<br />
besar, merupakan yang pertama setelah dua puluh dua Budha. Nama dan<br />
perilaku Beliau tercatat dalam tulisan-tulisan kami".<br />
<br />
Mendengar hal itu, Notovitch sangat terkejut. Bagaimana mungkin Lama<br />
ini menyebut tentang seorang suci bernama Issa, yang dikenal sebagai<br />
Yesus oleh orang-orang Kristen? Akhirnya, Notovitch diberitahu bahwa<br />
ada sebuah dokumen kuno berbahasa Pali yang menceritakan kisah Yesus<br />
selama di India yang tersimpan di salah satu vihara Hemis di Lhasa,<br />
Tibet. Ketika sedang mengendarai kuda menuju vihara tersebut,<br />
Notovitch mengalami kecelakaan dari atas punggung kudanya hingga patah<br />
kaki. Ia mendapat perawatan dari para Lama di vihara Hemis itu selama<br />
beberapa waktu. Akhirnya para Lama di sana bersedia menunjukkan<br />
dokumen yang dimaksud. Dengan bantuan seorang penterjemah, Notovitch<br />
berhasil mengcopy naskah itu, dan membawanya ke Rusia.<br />
<br />
Notovich kemudian berusaha menunjukkan temuannya kepada beberapa<br />
cardinal, yang sudah barang tentu menolak untuk menerbitkan dan<br />
menyebarluaskan hal yang menghebohkan itu.<br />
<br />
Notovich kemudian menerbitkan sendiri sebuah buku yang berjudul The<br />
Unknown Life of Jesus Christ", yang berisi uraian lengkap tentang apa<br />
yang dilakukan oleh Yesus selama berada di India. Dalam naskah itu<br />
disebutkan bagaimana Yesus muda meninggalkan rumah orang tuanya secara<br />
diam-diam di Yerusalem, lalu menuju daerah Sindh. Di sana, ia belajar<br />
pengetahuan spiritual dari seorang guru lalu saat berumur 14 tahun, ia<br />
menyeberang ke India.<br />
<br />
Bila kita cermati ajaran-ajaran Yesus, dan kita bandingkan dengan<br />
ajaran-ajaran Hindu, khususnya ajaran Waisnawa dengan penekanan pada<br />
aspek Bhakti Yoga, akan dapat kita temukan persamaan-persamaannya.<br />
Misalnya, dalam salah satu dari Sepuluh Perintah, Yesus mengajarkan<br />
agar seseorang mencintai Tuhan dengan segenap hati dan jiwanya,<br />
melebihi cinta terhadap segala sesuatu. Ajaran bhakti yoga juga<br />
menekankan cinta bhakti sebagai jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.<br />
Persamaan ini dapat kita pahami, mengingat dalam perjalanannya ke<br />
India, Yesus pernah tinggal dan belajar dari para brahmana di wilayah<br />
Jagannath Puri, di Propinsi Orisa dan juga di kota Benares. Di<br />
Jagannath Puri, terdapat mandir/kuil Jagannath yang tersohor diseluruh<br />
India yang di dalamnya dilakukan pemujaan terhadap murti Sri Krisha,<br />
Balarama dan Subhadra secara besar-besaran.<br />
<br />
Dalam dokumen berbahasa Pali yang tersimpan di vihara Hemis itu,<br />
diceritakan bahwa : "Para brahmana mengajari Isa untuk membaca dan<br />
mempelajari Weda, cara menyembuhkan penyakit melalui doa, cara<br />
mengajarkan dan menjelaskan kitab suci, cara mengusir roh jahat yang<br />
merasuki tubuh manusia, dll. Isa menghabiskan waktunya selama 6 tahun<br />
di Jagannath, Rajegriha, Benares, dan kota-kota suci lainnya. Semua<br />
menyayangi Isa, karena ia hidup berbaur dengan para vaisya dansudra<br />
dan mengajari mereka kitab suci. Namun golongan brahmana dan ksatria<br />
di kota itu yang telah merosot moralnya mengatakan bahwa Tuhan tidak<br />
mengijinkan para vaisya dan sudra untuk mendengarkan ajaran Weda.<br />
Karena itulah para brahmana itu meminta Isa untuk meninggalkan<br />
golongan yang dianggap rendah itu, dan mengajak Isa untuk memuja Tuhan<br />
para brahmana saja.<br />
<br />
Namun Issa tidak mengindahkan para brahmana itu, ia tetap datang<br />
kepada para sudra, dan mengajak mereka menentang para brahmana dan<br />
ksatria yang menyimpang dari ajaran Weda itu. Yesus mengatakan bahwa :<br />
'Pada Hari Pengadilan nanti, para waisya dan sudra akan diampuni<br />
dosanya karena kebodohan mereka. Tetapi, Tuhan akan menghukum mereka<br />
yang terlalu sombong dengan hak-hak yang dimilikinya (brahmana).<br />
<br />
"The Vaisyas and the Soudras were struck with admiration, and demanded<br />
of Issa how they should pray to secure their happiness. 'Do not<br />
worship idols, for they do not hear you; do not listen to the Vedas,<br />
where the truth is perverted; do not believe yourself first in all<br />
things, and do not humiliate your neighbor. Help the poor, assist the<br />
weak, harm no one, do not covet what you have not and what you see in<br />
the possession of others.'"<br />
<br />
Artinya : "Para vaisya dan sudra mengagumi ajaran-ajaran mulia itu dan<br />
bertanya kepada Isa bagaimana seharusnya mereka berdoa untuk<br />
memperoleh kebahagiaan. Isa menjawab "Jangan memuja berhala, karena<br />
berhala tidak bisa mendengar; jangan mendengarkan ajaran Weda, karena<br />
kebenarannya telah diputar balik; jangan mempercayai dirimu sendiri<br />
dalam segala hal; jangan menghina tetanggamu. Bantulah orang miskin,<br />
tolonglah orang yang lemah, jangan menyakiti orang lain, jangan iri<br />
terhadap milik orang lain yang tidak engkau miliki."<br />
<br />
Demikianlah, pada akhirnya Yesus dipaksa untuk meninggalkan kota<br />
Jagannat Puri oleh para brahmana yang marah karena Yesus (Isa)<br />
mengajarkan ajaran agama kepada kasta yang lebih rendah. Oposisi dari<br />
para brahmana kasta itu begitu kuatnya, hingga akhirnya Yesus harus<br />
kembali pulang ke tanah kelajirannya, saat ia berusia 29 tahun. Di<br />
sana, Ia kemudian memulai kegiatannya mengajarkan, dan sejak itulah<br />
Injil mulai kembali mencatat kehidupan dan kegiatan pengajaran Yesus.<br />
<br />
Sejak penerbitan buku oleh Notovitch itu, banyak orang-orang penting<br />
yang datang langsung ke Vihara Hemis itu, dan berhasil melihat secara<br />
langsung dokumen yang menghebohkan itu. Mereka kemudian menerbitkan<br />
buku dengan tema serupa antara lain : Jesus died in Kashmir (Andreas<br />
Faber-Kaiser, London, 1977) Jesus in Rome (Robert Graves & Joshua<br />
Podro, London, 1957); The Myth of the Cross (AlHaj A.D Ajijola,<br />
Lahore, Pakistan, 1975) dan banyak buku lainnya. Buku-buku itu<br />
menyajikan bukti-bukti bahwa sesungguhnya Yesus tidak meninggal di<br />
tiang salib lalu 'bangkit' kembali. Yesus pergi ke India tersebut<br />
menjadi perdebatan yang tidak habis-habisnya. Sampai akhirnya pada<br />
tahun 1978, diselenggarakanlah "First International Conference on the<br />
Deliverance of Jesus Christ from the Cross" (Konferensi Dunia Pertama<br />
tentang Pembebasan Kristus dari Tiang Salib) yang diselenggarakan pada<br />
tanggal 2 s/d 4 Juni 1978 bertempat di Commonwealth Institute<br />
Kensington High Street, London, Inggeris. Berdasarkan bukti dalam<br />
Injil maupun penelitian arkeologi dan laboratorium - para pembicara<br />
menyatakan bahwa Yesus memang tidak meninggal ketika di salib. Banyak<br />
bukti yang menunjukkan bahwa setelah peristiwa "kebangkitan Yesus"<br />
itu, sesungguhnya Yesus pergi ke Kashmir sampai akhirnya meninggal<br />
dunia di sana.<br />
<br />
Selain naskah berbahasa Pali di atas, para sarjana semakin yakin<br />
dengan kebenaran bahwa Yesus pernah datang ke India setelah mereka<br />
membaca ramalan tentang Issa dalam kitab Bhavisya Purana. Bhavisya<br />
Purana, menurut para ahli disusun pada sekitar tahun 115 M oleh Rsi<br />
Suta. Dalam kitab Bhavisya Purana itu, dalam bagian Pratisarga Parva,<br />
Khanda 3, ayat 16-33 disebutkan tentang pertemuan antara Maharaja<br />
Shalivahana dengan Issa di Srinagar, India. Selengkapnya, uraian<br />
tersebut adalah sebagai berikut : "Shalivahan, cucu Vikrama Jit<br />
akhirnya mengambil alih pemerintahan. Beliau mengalahkan gerombolan<br />
penyerang dari Cina, Parthian, Scythians dan Bactrians. Raja<br />
Shalivahan membangun tembok pembatas antara para Arya dengan para<br />
mleccha (non-Hindu), dan memerintahkan orang-orang mleccha itu untuk<br />
berdiamdi pinggiran wilayah India.<br />
<br />
Suatu hari, raja Shalivahana, pemimpin kaum Sakhya, pergi ke Himalaya.<br />
Di sana, di wilayah bernama Hun (= Ladakh, bagian dari kerajaan<br />
Kushan) raja yang perkasa itu bertemu seseorang yang duduk di atas<br />
sebuah bukit, yang tampak sangat saleh. Kulitnya cerah, dan mengenakan<br />
pakaian putih-putih. Raja Shalivahan bertanya kepada orang suci itu,<br />
dan yang ditanya menjawab : "Saya dikenal sebagai Anak Tuhan , lahir<br />
dari seorang perawan, aku adalah pemimpin orang-orang yang tidak<br />
percaya kepada Tuhan, berusaha keras mencari kebenaran sejati."<br />
<br />
Sang Raja bertanya lagi : "Apa agama Anda?" Orang itu menjawab :<br />
"Wahai Raja, saya berasal dari negeri asing, dimana tidak ada lagi<br />
kebenaran di sana dan kejahatan merajalela. Di tanah orang-orang yang<br />
tidak beriman, aku muncul sebagai Al-Masih. Namun raksasa Ishamasi<br />
menjelmakan dirinya dalam bentuk orang-orang biadab yang mengerikan;<br />
saya dibuang oleh orang-orang biadab itu.... Wahai Raja, dengarlah<br />
olehmu, agama yang aku bawa kepada orang-orang yang tidak percaya itu<br />
: setelah menyucikan hati dan pembersihan badan yang tidak suci, dan<br />
setelah mencari perlindungan dalam doa kepada Naigama, manusia akan<br />
berdoa kepada Dia Yang Kekal. Melalui jalan keadilan, kebenaran,<br />
meditasi, dan penyatuan jiwa, manusia akan menemukan jalan untuk<br />
mencapai Isa ditengah-tengah cahaya. Tuhan, seteguh matahari, pada<br />
akhirnya akan menyatukan seluruh jiwa yang mengembara dalam diri<br />
Beliau. Wahai Raja, dengan demikian, Ishamasi akan dihancurkan, dan<br />
wujud Isa yang penuh kebahagiaan, pemberi kebahagiaan, akan bersemayam<br />
selamanya di dalam hati; dan saya disebut Masehi (Imam Mahdi) ..."<br />
<br />
Perhatikan bahwa dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri<br />
dengan sebutan Issa. Sebutan itu pulalah yang digunakan dalam naskah<br />
berbahasa Pali yang tersimpan dalam vihara Buddha yang ditemukan oleh<br />
Nicolas Notovitch itu. Juga perlu dicatat, bahwa dalam Al-Quran, nama<br />
Yesus lebih dikenal dengan sebutan Nabi Issa.<br />
<br />
Hal yang mengagumkan dari uraian di atas adalah bahwa Jesus disebut<br />
dengan nama Isa, yaitu sama dengan penyebutan nabi itu dalam Al-Quran.<br />
Namun, Bhavisya Purana ditulis jauh beratus-ratus tahun sebelum<br />
Al-Quran diwahyukan. Bahkan, ciri-ciri agama Islam dan kemunculan Nabi<br />
Muhammad juga telah diramalkan dalam Bhavisya Purana ini. Kami telah<br />
membahas mengenai ramalan Nabi Muhammad itu dalam buletin ini edisi<br />
sebelumnya.<br />
<br />
Terlepas dari kontroversi itu, ada hal yang perlu kita catat sebagai<br />
penganut Weda. Bahwa Weda adalah sebuah buku pengetahuan spiritual<br />
tertua di dunia, yang paling komprehensif dan lengkap. Bukti adanya<br />
ramalan Yesus, Sang Buddha, dan Nabi Muhammad, serta ciri-ciri ajaran<br />
mereka dalam kitab Bhavisya Purana, Bhagavata Purana, dan lain-lain<br />
menunjukkan bahwa ajaran Weda bersifat universal. Ajaran Weda tidak<br />
dimaksudkan hanya untuk golongan tertentu, sebagaimana yang sering<br />
terjadi dalam kitab-kitab yang lebih muda usianya.<br />
<br />
Ajaran-ajaran Weda adalah Sanatana Dharma yang kekal, yang selalu<br />
relevan sepanjang jaman. Dan setiap kali terjadi penyimpangan terhadap<br />
dharma tersebut, Tuhan akan mengirimkan utusan-Nya atau bahkan<br />
menjelma sendiri (ber-avatar) untuk memperbaiki<br />
penyimpangan-penyimpangan tersebut. Dalam terminologi Weda,<br />
kepribadian Yesus, Nabi Muhammad, dan Sang Buddha disebut sebagai<br />
Sakhtyavesya Avatara. Artinya, beliau-beliau adalah manusia yang<br />
diberi kekuasaan dan kemampuan khusus (empowered) oleh Tuhan untuk<br />
melakukan misi-misi rohani tertentu di bumi ini. Dalam menyampaikan<br />
ajaran-ajarannya, utusan-utusan Tuhan itu akan menyampaikan amanat<br />
rohani Tuhan dengan mempertimbangkan latar belakang moral umat yang<br />
diajarinya. Seberapa mendalam ajaran yang disampaikan, akan sangat<br />
tergantung pada sejauhmana umat mau menerima dan mampu memahami<br />
ajaran-ajaran itu. Sebagai contoh, ketika mengajarkan kepada para<br />
vaisya dan sudra di Jagannath Puri, India, Yesus mengajarkan agar<br />
mereka tidak memuja berhala, tidak mendengar dan menerima ajaran Weda,<br />
karena kebenarannya telah diputarbalikkan. Latar belakang larangan itu<br />
adalah ulah para brahmana kasta pada masa itu yang menyimpangkan<br />
ajaran-ajaran Weda untuk kepentingan mereka sendiri.<br />
<br />
Padahal pemujaan kepada Krishna di Kuil Jagannath Puri itu bukanlah<br />
pemujaan berhala. Ia adalah salah satu bentuk sembahyang kepada arca<br />
atau murti Tuhan yang dibenarkan menurut Weda. Salah satu tradisi<br />
pemujaan itu adalah adanya Ratha Yatra Festival, dimana setiap tahun<br />
pada sekitar bulan Juli arca-arca Jagannath, Baladev dan Subhadra<br />
diarak dijalan-jalan di kota Jagannath Puri dengan menggunakan kereta<br />
berukuran besar, dan orang-orang Hindu mengikuti festival itu dengan<br />
penuh semangat. Saat ini, perayaan Ratha Yatra seperti itu telah<br />
dirayakan secara besar-besaran di kota-kota besar di dunia, seperti<br />
New York, Sidney, Montreal, London, dll setelah diperkenal ke dunia<br />
Barat oleh A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada pada tahun 1960-an.<br />
Sejak tahun-tahun itu, jutaan orang Barat yang tadinya adalah pemuja<br />
Kristus, setelah mendalami ajaran Bhagavad-gita, beralih menjadi<br />
pemuja Sri Krishna, penyabda Bhagavad-gita. Mengapa demikian? Karena<br />
banyak pertanyaan mendasar mengenai Tuhan dan sifat-sifat-Nya, yang<br />
tidak mereka temukan jawabannya secara memuaskan dalam Injil dan kitab<br />
lainnya.<br />
<br />
Satu hal yang perlu dicatat adalah fakta bahwa Yesus mengajarkan di<br />
Yerusalem selama tiga setengah tahun. Beliau mengajarkan dasar-dasar<br />
moralitas dalam bentuk Sepuluh Perintah, diantaranya : jangan memuja<br />
berhala, jangan membunuh, jangan berjinah, jangan mencuri, jangan<br />
menginginkan milik orang lain. Namun, baru sejauh itu Yesus<br />
menyampaikan ajaran Beliau, umat saat itu sudah menentangnya dengan<br />
keras. Bahkan Yesus akhirnya harus menerima fitnah, dan dihukum salib.<br />
Bisakah Anda membayangkan, bagaimana mentalitas dan moralitas orang<br />
orang yang harus dihadapi oleh Yesus pada waktu itu? Oleh karena itu,<br />
kita dapat memahami mengapa banyak konsep-konsep ajaran dalam Weda<br />
yang tidak terdapat dalam Injil. Atman, karma, reinkarnasi dan moksa,<br />
yang merupakan konsep-konsep yang sangat jelas diuraikan dalam Weda,<br />
tidak ditemukan secara explisit dalam kitab suci lainnya. Mengapa??<br />
Dalam Injil, Yesus sendiri memberikan jawabannya :<br />
<br />
"I have many things to say unto you, but your ears cannot bear them<br />
yet" Artinya "Sesungguhnya banyak hal yang hendak Aku sampaikan<br />
kepadamu, tetapi telingamu belum mampu mendengarnya "(Johannes 16.12).<br />
Berkaitan dengan itu, Yesus juga menyatakan : "If you do not believe<br />
when I tell you of material things, how you will believe when I tell<br />
you of spiritual things? (Kalau kalian bahkan tidak percaya ketika Aku<br />
mengatakan hal-hal duniawi, bagaimana mungkin kalian akan mempercayai<br />
hal-hal spiritual yang Aku sampaikan?") (Johannes 3.12) . Bagaimana<br />
Yesus akan menyampaikan pengetahuan spiritual yang lebih tinggi, kalau<br />
baru mengajarkan dasar-dasar moralitas saja sudah dihukum salib?<br />
Sedangkan dalam Bhagavad-gita (7.2) Sri Krishna bersabda : "Sekarang<br />
Aku akan menyatakan pengetahuan ini kepadamu secara keseluruhan, baik<br />
yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat. Dengan menguasai<br />
pengetahuan ini, tidak akan ada hal lain lagi yang belum engkau<br />
ketahui."<br />
<br />
Dan jutaan orang di dunia membuktikan hal itu. Dan dalam Bhagavad-gita<br />
(14.4) Sri Krishna menyatakan bahwa "Aku adalah ayah semua makhluk<br />
hidup". Jadi ketika Yesus berdoa "Bapa kami yang di surga, ...<br />
dimuliakanlah nama-Mu..." siapa yang bisa menyangkal bahwa Kristus<br />
sedang berdoa kepada ayah-Nya, Sri Krishna?<br />
<br />
Banggalah menjadi Hindu! Mari bersama kami mempelajari dan mengamalkan<br />
ajaran Weda!dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-13113503260903153002010-04-23T20:17:00.001-07:002010-04-23T20:17:49.499-07:00Sains Vedik, Sintesis Sains, dan Agama Renungan Nyepi dan Saraswati : Oleh Raka SanteriSains Vedik, Sintesis Sains, dan Agama<br />Renungan Nyepi dan Saraswati : Oleh Raka Santeri <br />PRESENTASI Meera Nanda yang diterjemahkan dan ditulis sebagai artikel berjudul Sains Vedik dan Nasionalisme Hindu: Gugatan terhadap Upaya Sintesis Agama dan Sains (Kompas, 7/3/2003), amat menarik untuk dibahas lebih lanjut. Lebih-lebih saat umat Hindu memasuki tahun baru Saka 1925 (Hari Raya Nyepi) 2 April, dan Hari Ilmu Pengetahun (Saraswati) tanggal 5 April 2003. <br />Dalam artikel itu Meera Nanda menyimpulkan dua hal, yaitu "bahaya sains Vedik", dan, lebih umum, "bahaya upaya rekonsiliasi sains dan agama yang terlalu terburu-buru". Menurut dia, "Di balik topeng sains Vedik, ada upaya habis-habisan melawan Pencerahan dan Reformasi di India saat ini. Anti-Pencerahan ini menyalakan chauvinisme Hindu yang tak hanya menyebabkan bencana besar bagi agama minoritas, tetapi juga berbahaya bagi mayoritas Hindu. Sebabnya di balik topeng otentisitas budaya, cara pikir magis dan takhayul dipromosikan sebagai sains. Selama cara pikir ini bertahan di masyarakat India, mereka akan tetap tertawan oleh nabi-nabi palsu. <br />Dialog antara agama dan sains telah lama diwacanakan dan semakin intensif dengan berkembangnya pemahaman holistik terhadap seluruh aspek kehidupan. Pemisahan kaku antara sains sebagai "ruang publik" dan agama sebagai "ruang privat", semakin mencair. Seperti pesan Paus yang dikutip Louis Leahy (1997): "Sains dapat memurnikan agama dari kekeliruan dan takhayul; agama dapat memurnikan sains dari pemujaan dan kemutlakan palsu. Keduanya dapat menarik satu sama lain kepada suatu dunia lebih luas, dunia di mana keduanya dapat berkembang." <br />Maka kecenderungan mengasosiasikan ajaran agama ke wilayah sains atau sebaliknya, bisa saja menjadi kecenderungan umum di kalangan penghayat agama. Namun, mencocok-cocokkan, mengadakan rekonsiliasi antara ajaran agama dengan ilmu pengetahuan (sains), tidaklah tepat. Kaum kreasionis yang segera kehilangan pijakannya setelah muncul teori evolusi Darwin (Encyclopedia Americana, 1995), merupakan contoh. Meskipun teori penciptaan Hindu mungkin tampak lebih rasional, tetapi tetap harus ada batas tegas antara agama dan sains. <br />Pandangan postmodern memang membantu pendekatan agama dengan sains. Sebutlah misalnya pengalaman Fritjof Capra yang dia tulis dalam kata pengantar bukunya Tao of Physics. Ketika dia sedang duduk di tepi samudera memperhatikan ombak bergulung-gulung, dia sekonyong-konyong tersadar akan segenap lingkungannya yang terikat dalam sebuah tarian kosmis raksasa. "Sebagai fisikawan, saya mengetahui bahwa pasir, batuan, air, dan udara di sekitar saya tercipta dari molekul dan atom yang bergetar dan bahwa molekul dan atom terdiri dari partikel yang saling berinteraksi satu sama lain dengan cara mencipta dan menghancurkan partikel lain. Saya juga memahami atmosfer Bumi terus menerus dibombardir guyuran "sinar kosmis", partikel berenergi tinggi yang mengalami tumbukan berkali-kali ketika menembus udara", tulis dia. Dari riset fisika energi tinggi, Capra sangat mengakrabi gejala alam itu. Tetapi, ketika itu dia merasakan sesuatu yang istimewa. "Saya "menyaksikan" guyuran air terjun energi turun dari angkasa terluar yang di dalamnya partikel terbentuk dan hancur dalam getaran ritmis; saya "menyaksikan" atom dari elemen itu dan atom dari tubuh saya sendiri turut serta dalam tarian kosmis energi ini. Saya merasakan iramanya dan "mendengarkan" suaranya, dan pada saat itu saya memahami ini adalah Tarian Shiva, Dewa Para Penari yang dipuja puji penganut agama Hindu." <br />Jika Capra yang sering dikelompokkan ke dalam tradisi fisika berwawasan holistik dalam istilah "postmodernisme" mengasosiasikan "tarian" kosmis itu sebagai tarian Shiva, tidaklah berarti filosofi "penciptaan dan pemusnahan" yang terkandung dalam tarian Shiva sama persis dengan terbentuk dan hancurnya partikel-partikel dalam alam semesta. Filsafat yang terkandung dalam tarian Shiva itu harus mendorong umat Hindu lebih menguasai ilmu pengetahuan dengan metode dan sistem ilmu pengetahuan itu sendiri. Bukan sebaliknya berpuas diri dalam pandangan sempit, sambil mengatakan bahwa temuan fisika itu telah diramalkan sebelumnya dalam Veda. <br />PENDAPAT yang mendudukkan agama di atas sains memang dapat menjadi bahaya bagi kesadaran masyarakat, jika dilakukan berlebihan dan terburu-buru. Apalagi dengan dukungan alat kekuasaan pemerintahan yang sah, seperti yang konon dilakukan partai berkuasa Bharatiya Janata Party (BJP) dengan pengukuhan Hidutva atau ke-Hinduan-nya. Sebaliknya pandangan sains yang memonopoli kebenaran seolah-olah menjadi miliknya sendiri, juga tidak kurang bahayanya. <br />Namun, benarkah di balik topeng sains Vedik itu ada upaya habis-habisan melawan Pencerahan dan Reformasi? Mungkihkah bangsa (India) yang berabad-abad telah membangun tradisi spiritual dan keilmuannya, jatuh tanpa daya ke dalam genggaman chauvinisme yang menentang seluruh kemuliaan inti ajaran agama Hindu sendiri? <br />Sepanjang yang dapat saya baca dan hayati, tradisi beragama di India dan tradisi agama Hindu umumnya, tidaklah mengarah kepada "Anti-Pencerahan" dan pandangan chauvinistik. Malah dari sudut pandang filosofis mungkin Hindulah satu-satunya agama yang paling toleran dengan perubahan dan pencerahan. Meera Nanda sendiri mengemukakan, "Dialog antara iman dan akal, antara idealisme dan <br />naturalisme, bukanlah hal baru dalam agama Hindu". Veda juga sangat menganjurkan pencerahan, karena "Pencerahan merupakan jalan menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa" dan yang dimaksud dengan pencerahan di sini bukan hanya pencerahan rohani, tetapi juga "Pencerahan (yang) diperoleh melalui intelek" (Titib, 1996). <br />Kerinduan pada pencerahan itu pula yang menyebabkan sistem filsafat Hindu tidak seluruhnya mengakui otoritas Veda, tetapi ada juga sebagian yang tidak mengakuinya. Ucapan Upanisad yang terkenal adalah: "Follow that advice of mine which is good and helpful for your progress, and neglect even my own advice which is not" (Tigunait, 1953). Dalam latar belakang seperti itulah Siddhartha Gautama muncul dan segera dapat diterima masyarakat Hindu pada abad ke-6 SM. Meskipun lahir dan meninggal sebagai Hindu, ajarannya kemudian dikukuhkan dan berkembang menjadi agama Buddha, agama yang pernah menjadi koreksi total bagi Hindu. <br />Contoh lain terdapat dalam pelaksanaan Veda itu sendiri. Veda artinya pengetahuan. Kitab suci Hindu ini dilaksanakan dengan beragam pilihan <br />berjenjang melalui empat tingkatan, yaitu: Samhita, tingkat pengucapan mantra-mantra; Brahmana, tingkat pelengkapan mantra-mantra dengan upacara; Aranyaka, tingkat pengendalian pikiran yang mengarah kepada pencapaian Brahman (Tuhan); dan Upanisad, yaitu tingkat pencerahan diri secara penuh mencapai kelepasan (Moksha). Sari-sari Upanisad yang dikenal sebagai puncak pengetahuan tentang Veda, disebut pula dengan nama Vedanta, atau bagian akhir (kesimpulan) Veda. <br />Ada pendapat mengatakan agama Hindu sulit dipelajari, tetapi sangat mudah dilaksanakan. Itulah manifestasi kebhinnekaan dalam melaksanakan ajaran agama menurut Hindu, meskipun mungkin bagi pemeluk non-Hindu tampak agak aneh. Tigunait menyebut apa yang dikenal sebagai "agama" oleh masyarakat Barat, di India hanyalah berarti sekumpulan aturan sosial yang meliputi etika, tradisi, <br />dan ritual. Kehidupan yang menyangkut dunia luar (keluarga, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan) diatur agama. Sementara kehidupan menyangkut "dunia dalam" dipelajari dan dibimbing melalui filsafat yang sepenuhnya bersifat universal. "Tidak ada tembok pemisah antara filsafat dan agama, karena keduanya jalin menjalin". <br />Berdasarkan penjelasan itu, dapat disimpulkan agama Hindu memang mengandung unsur pengetahuan, ilmu, dan filsafat, tetapi mensintesiskan agama dengan sains tetaplah tidak tepat. <br />Raka Santeri Wartawan, tinggal di Denpasar <br />Source : Kompasdharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-68069832422151952202010-04-23T20:15:00.000-07:002010-04-23T20:16:49.209-07:00Jesus Predicted in the Vedic Literature? By Stephen KnappJesus Predicted in the Vedic Literature?<br />By Stephen Knapp <br /> <br /> Every once in a while someone writes in to ask me what I know about Jesus being mentioned in the Vedic literature, specifically the Bhavishya Purana. So I've decided to make the information that I know available to everyone. <br /> Dr. Vedavyas, a research scholar with a doctorate in Sanskrit, discusses some important prophecies from the Bhavishya Purana, which he says dates back to 3000 B.C. He states that one prophecy describes the future appearance of Isha putra, the son (putra) of God (Isha)(Jesus Christ), born of an unmarried woman named Kumari (Mary) Garbha Sambhava. He would visit India at the age of thirteen and go to the Himalayan Mountains and do tapas or penance to acquire spiritual maturity under the guidance of rishis and siddha-yogis before going back to Palestine to preach to his people. So, if Jesus was trained by the sages of India, this would explain why he was able to perform various miracles (siddhas). It also explains why there are so many philosophical similarities between early Christianity and Hinduism.<br /> Dr. Vedavyas goes on to say that the Bhavishya Purana describes how Jesus would visit Varanasi and other Hindu and Buddhist holy places. This is also corroborated by the manuscript on the life of Isha (or Issa), discovered by Mr. Notovich in 1886 at the Hemis monastery in Ladakh, India as well as by the Hebrew inscriptions found in Srinagar, Kashmir at the Roza bal, the tomb of Yuz Asaf [Isha or Issa]. The Bhavishya Purana also predicted how Jesus would meet Emperor Shalivahana who established the Shalivahana or “Saka” era. Dr. Vedavyas describes this in his Telegu book, Veerabrahmendra Yogipai Parishodhana.<br /> However, I should also point out that this prophecy of Jesus in the Bhavishya Purana is found in no other Puranas. Furthermore, not everyone gives the Bhavishya Purana pure confidence. It is known that as many as 200 pages from this text had become lost or misplaced, and various interpolations are likely to have occurred in this text while India was under the British administration. So, we should be somewhat cautious about accepting this on face value. <br /> The description that is taken to be of Jesus is found in verses 17-32 in the 19th chapter of the Chaturyuga Khanda Dvitiyadhyayah of the Bhavishya Purana. Nonetheless, to get a clearer understanding, here is what the verses say: <br />Texts 17 - 21<br />vikramaditya-pautrasca<br />pitr-rajyam grhitavan<br />jitva sakanduradharsams<br />cina-taittiridesajan<br />bahlikankamarupasca<br />romajankhurajanchhatan<br />tesam kosan-grhitva ca<br />danda-yogyanakarayat<br />sthapita tena maryada<br />mleccharyanam prthak-prthak<br />sindhusthanam iti jneyam<br />rastramaryasya cottamam<br />mlecchasthanam param sindhoh<br />krtam tena mahatmana<br />ekada tu sakadiso<br />himatungam samayayau<br /> “Ruling over the Aryans was a king called Shalivahana, the grandson of Vikramaditya, who occupied the throne of his father. He defeated the Shakas who were very difficult to subdue, the Cinas [Chinese], and the people from Tittiri and Bahikaus who could assume any form at will. He also defeated the people from Rome and the descendants of Khuru, who were deceitful and wicked. He punished them severely and took their wealth. Shalivahana thus established the boundaries dividing the separate countries of the mlecchas [low classes] and the Aryans. In this way Sindusthan came to be known as the greatest country. That personality appointed the abode of the mlecchas beyond the Sindhu River and to the west.”<br />Text 22<br />ekadaa tu shakadhisho<br />himatungari samaayayau<br />hunadeshasya madhye vai<br />giristhan purusam shubhano<br />dadarsha balaram raajaa<br /> Once upon a time the subduer of the Sakas went towards Himatunga and in the middle of the Huna country (Hunadesh - the area near Manasa Sarovara or Kailash mountain in Western Tibet), the powerful king saw an auspicious man who was living on a mountain. The man’s complexion was golden and his clothes were white.<br />Text 23<br />ko bharam iti tam praaha<br />su hovacha mudanvitah<br />iishaa purtagm maam viddhi<br />kumaarigarbha sambhavam<br /> “The king asked, ‘Who are you sir?’ ‘You should know that I am Isha Putra, the Son of God’, he replied blissfully, and ‘am born of a virgin.’”<br />Text 24<br />mleccha dharmasya vaktaram<br />satyavata paraayanam<br />iti srutva nrpa praaha<br />dharmah ko bhavato matah<br /> “‘I am the expounder of the religion of the mlecchas and I strictly adhere to the Absolute Truth.’ Hearing this the king enquired, ‘What are the religious principles according to your opinion?’<br />Texts 25 - 26<br />shruto vaaca mahaaraaja<br />praapte satyasya samkshaye<br />nirmaaryaade mlechadeshe<br />masiiho 'ham samagatah<br />iishaamasii ca dasyuunaa<br />praadurbhuutaa bhayankarii<br />taamaham mlecchataah praapya<br />masiihatva mupaagatah<br /> “Hearing this questions of Shalivahana, Isha putra said, ‘O king, when the destruction of the truth occurred, I, Masiha the prophet, came to this country of degraded people where there are no rules and regulations. Finding that fearful irreligious condition of the barbarians spreading from Mleccha-Desha, I have taken to prophethood’.”<br />Texts 27 - 29<br />mlecchasa sthaapito dharmo<br />mayaa tacchrnu bhuupate<br />maanasam nirmalam krtva<br />malam dehe subhaasbham<br /><br />naiganam apamasthaya<br />japeta nirmalam param<br />nyayena satyavacasaa<br />manasyai kena manavah<br /><br />dhyayena pujayedisham<br />suurya-mandala-samsthitam<br />acaloyam prabhuh sakshat-<br />athaa suuryacalah sada<br /> “Please hear, Oh king, which religious principles I have established among the mlecchas. The living entity is subject to good and bad contaminations. The mind should be purified by taking recourse of proper conduct and performance of japa [meditation on the chanting of the holy names of God]. By chanting the holy names one attains the highest purity. Just as the immovable sun attracts, from all directions, the elements of all living beings, the Lord of the Surya Mandala [solar planet], who is fixed and all-attractive, and attracts the hearts of all living creatures. Thus by following rules, speaking truthful words, by mental harmony and by meditation, Oh descendant of Manu, one should worship that immovable Lord’.”<br />Text 30<br />isha muurtirt-dradi praptaa<br />nityashuddha sivamkari<br />ishamasihah iti ca<br />mama nama pratishthitam<br /> “Having placed the eternally pure and auspicious form of the Supreme Lord in my heart, O protector of the earth planet, I preached these principles through the mlecchas’ own faith and thus my name became ‘isha-masiha’ (Jesus the Messiah).”<br />Text 31<br />iti shrutra sa bhuupale<br />natraa tam mlecchapujaam<br />sthaapayaamaasa tam tutra<br />mlecchasthaane hi daarune<br /> “After hearing these words and paying obeisances to that person who is worshiped by the wicked, the king humbly requested him to stay there in the dreadful land of mlecchas.”<br />Text 32<br />svaraajyam praaptavaan raajaa<br />hayamedhan ciikirat<br />raajyam kriitvaa sa shashthyabdam<br />svarga lokamu paayayau<br /> “King Shalivahana, after leaving his kingdom performed an asvamedha yajna and after ruling for sixty years, went to heaven. Now please hear what happened when the king went to (the heavenly region of) svargaloka.”<br /> Thus ends the second chapter entitled, “The Age of Shalivahana” of the story of Kali Yuga of the Chaturyuga Khanda also called Pratisarga-parva of the wonderful Bhavishya Maha Purana.<br /><br /> As we can read here, this relates that the grandson of Bikrama Jit, Shalivahana, was the ruler of the Kushans. Some estimate that he ruled from 39 to 50 A.D. It is also said that he vanquished the attackers from China, Parthia, Scythia, and the Bactrians. After establishing a border between the Aryans and the mlecchas, he ordered all the mlecchas to leave India. Once when Shalivahana went to the Himalayas he reached the land of the Hun, or Ladakh, and saw a man who was fair and dressed in white, looking very saintly. The powerful king asked who he was. The man replied that he was called a son of God, born of a virgin, a teacher of the nonbelievers, and was earnestly searching for the truth.<br /> The king asked his religion. The man replied that he came from a foreign country where there was no truth, only unlimited evil. He had appeared as the Messiah but the terrible demon Ihamasi [illusion] of the barbarians appeared and he had ended up in her realm.<br /> The man explained to the king that his religion was to purify the consciousness and impure body, after which, seeking guidance in the Naigama [a scripture], man could pray to the Supreme. By acting in truth and justice and engaging in meditation and spiritual unity, man will return to Isa, the Supreme Being. God will one day unite with all wandering spiritual beings, and Ihamasi [the evil of illusion] will be destroyed. Then man will be absorbed in the ecstatic image of Isa who exists in the heart and is the source of happiness. The man then told the king, “I am called Isa-Masih [Jesus the Messiah].” After the king heard the man speak, the king sent the teacher of the faithless back to his land of nonbelievers.<br /> Another thing Dr. Vedavyas says is that there is evidence that it was not Jesus Christ whom they crucified on the cross but his double. The last words, “Oh Lord, why have you forsaken me?” refers to Jesus having left him on the cross after Jesus went to the “promised land” of Kashmir. Of course, there are other theories on this. Among other scholars, some say Jesus did not die on the cross but was crucified, suffered and was later revived. Others also say his ascent into heaven was actually his journey up to the heavenly land of Kashmir, where he eventually died and was buried in Srinagar at the Roza bal, the presently known grave of Yuz Asaf, a name known to be that of Jesus.<br /> Dr. Vedavyas goes on to say that the coming of Lord Kalki, as described in the Bhavishya as well as many other Puranas, is the avatara equivalent to the second coming of Christ as described in the Bible. Lord Kalki will be the next great world leader many years from now and will establish a world government and bring back the Vedic culture in a new Satya-yuga, a new kingdom of God. However, before this will happen, Dr. Vedavyas says the Bhavishya Purana describes a great tribulation and global disaster. It has been suggested that when this may happen, or when the events that will begin to trigger the event, could be sometime after the year 2000 A.D. Some people also say that there will be a planetary effect of great magnitude striking the earth at that time which may cause widespread earthquakes or tidal waves, or even what may become a shifting of the north and south poles. The fact is, there has been an increase in earthquakes, and on December 26, 2004 the planet felt the impact of a mighty tsunami that greatly affected the people of the region of Indonesia and East India. This could only be a sign of what more may come. Such things have also been described in Nostradamus’s predictions. However, we know these things have happened before many years ago. So what may or may not continue to happen remains to be seen.<br /> The Bhavishya Purana also relates the likelihood of a great war of wars which could change the entire map of the world, at least politically, and possibly even geographically if nuclear weapons are used. This has been further corroborated by other psychics and astrologers.<br /> Aside from all of this, the Bhavishya Purana also contains quotes relating to various personalities, such as Adam, Noah, Allah, Shankaracarya, Jayadev, Kabir, Nanak, Aurangzeb, Shivaji, and on up to the rule of Queen Victavati, meaning Queen Victoria. It even describes how the British will build factories in Calcutta. Most of these quotations are rather short with little elaboration, thus leaving the reader with few details to further the confirmation of what is described. An example of one such quote is that which describes the appearance of Mohammed, which is merely two lines with few details.<br />SPECIAL NOTE: <br /> One point we must clearly understand, is that if we do accept that Jesus was predicted in the Bhavishya Purana and traveled to India, and if Jesus did study under the Vedic brahmanas and priests before returning to his homeland to preach, which some evidence indicates, then I’m sure it would come as a shock to most Christians that Jesus was an initiate of the Vedic wisdom of India. Thus, he naturally based much of his own teachings on Vedic knowledge, as anyone who is familiar with Eastern philosophy can see. This would also explain why there are so many similarities between early Christianity and the Dharmic wisdom, much of which seems to have been lost from the Christian fold through the ages. <br /> It is obvious that Christianity is but a modified form of Sanatana-dharma. Yet, since Jesus spoke in parables on many occasions, the connection with Vedic knowledge and the deeper meaning of his teachings are not always made clear. In fact, there have been numerous diversions and misunderstandings made because of this, as shown by the hundreds of sects that have developed within the Christian community. So, essentially, this would also mean that you cannot comprehend the deepest aspects of Jesus’ teachings without understanding Vedic scripture or the philosophy of Sanatana-dharma, since those are really the roots of Christianity and the basis of the teachings of Jesus. Therefore, it makes sense that we all look into, study and learn this Vedic knowledge and follow its principles for a higher degree and more complete form of spirituality that we can add to our lives, for this is the foundation of most of the spiritual knowledge that has spread throughout the world into its many forms that we find today. <br /><br />WAS JESUS REALLY PREDICTED IN THE BHAVISHYA PURANA?<br /> Though some people have become convinced that Jesus went to India, or is predicted in the Vedic literature, there is also another view to this. With the help of the research done by B. V. Giri Swami, based near Mysore, India, he relates that a closer look at the prediction of Jesus found in the Bhavishya Purana strongly suggests foul play or interpolation on the part of Christian missionaries in India during the late 18th century.<br /> The Bhavishya Purana is considered to be one of the major 18 Puranas of the Vedic canon. As the name suggests, it mainly deals with future events (bhaviysati). The Bhavishya Purana is also mentioned in the ancient text of the Apastambha-dharma-sutras, so it is to be taken as an original Puranic literature dating from the time of Srila Vyasadeva, who is said to be its original author.<br /> However, there are presently four known editions of the Bhavishya Purana, each having different predictions from the other, but suspiciously having one consistent prediction - that of Jesus. One edition contains five chapters, one contains four, another contains three and yet another contains only two. Additionally, the contents in all four editions differ in various degrees - some having extra verses and some having less. Due to these circumstances, it is difficult to ascertain which of the four is the original text of the Bhavishya Purana, if indeed an original text still exists, but suspiciously, as mentioned, all four editions do mention Jesus.<br /> The Venkateswar Steam Press edition of the Bhavishya Purana printed in Bombay in 1829 (and reprinted by Nag Publishers in 2003) is probably the most complete version available, containing all the main features of the four manuscripts. Since none of the four editions of the Bhavishya Purana predate British Rule in India, this further suggests a discrepancy. The fact is that the British tried to monopolize the publishing of all Sanskrit literature during the British Raj. They bought or confiscated any Sanskrit literature they could locate. And that is why you practically cannot find any Vedic literature that is published before 200 years ago. It is further known that they liked to publish their own translations, as if India could not produce its own Sanskrit scholars to translate the Sanskrit themselves. Plus, they would also try to interpolate various verses here and there to have the reader draw a different conclusion of the personality or traits of the characters described in the texts. Most were quite noble, but by slipping in verses that said certain persons had less than admirable qualities, or that questionable practices were used, it would change the reader’s disposition and attitude toward the Vedic culture, even if they were Indian born followers of it. <br /> Therefore, the consistent prophecy of Jesus in all four editions of the Bhavishya Purana, in spite of the differences in the editions found, seems to indicate an interpolation regarding the so-called meeting of Maharaja Shalivahana and Jesus. This is found in the 19th chapter of the Pratisarga-parva. However, as B. V. Giri Swami relates, in examining this section, certain flaws can be found which betray its dubious origins.<br /> For example, at the very outset of this description of Jesus meeting Shalivahana, this section is fraught with historical inaccuracies. Shalivahana was the king of Ujjain (in modern day Madhya Pradesh), and while it is not surprising that Shalivahana traveled to the Himalayas, the enemies that he supposedly vanquished in battle before he went should be looked into more thoroughly. Historical research tells us that the only invading force that Shalivahana actually subdued were the Sakas, who entered India from the north-west regions. But as for his defeating the Cinas (Chinese), Bahlikas (Bactrians), Kamarupas (Assamese), Romas (Romans) and the Khurus (Khorasans, or Persians), there is no historical evidence that validates Shalivahana doing this, nor is their any historical proof of the Romans and the Chinese ever invading India at that time. The Bactrians (Greeks) came earlier during the Gupta Period and the Persians (Moguls) came later. The people of Assam were simply a small hill-tribe during this period of Indian history [conquering which would not have warranted a mention in Vedic verse].<br /> Later, the king asks Jesus “Who are you?” and Jesus answers that he was born of a virgin. However, the Christian idea that Jesus was born of a virgin is based on the following verse found in the Christian version of the Old Testament in the Book of Isaiah: “Behold, a virgin has conceived and bears a son and she will call his name Immanuel.” But the original Hebrew text of the Book of Isaiah does not mention anything about a virgin. The original text being: hinneh ha-almah harah ve-yeldeth ben ve-karath shem-o immanuel, “Behold, the young woman has conceived - and bears a son and calls his name Immanuel.” (Isaiah 7.14)<br /> The Hebrew word for virgin is betulah yet it appears nowhere in this verse of Isaiah. The word used is almah which simply means “a young woman”. Isaiah only uses almah once. However, the word betulah is used five times throughout the Book of Isaiah, so Isaiah obviously made a distinction between these two words.<br /> After Jesus has introduced himself to Shalivahana, he explains that he is teaching religion in the distant land of the mlecchas and tells the king what those teachings are, in which he says: “Please hear from me, O King, about the religion that I have established amongst the mlecchas. The mind should be purified by taking recourse of proper conduct, since we are subject to auspicious and inauspicious contaminations - by following the scriptures and concentrating on japa (meditation on the repetition of God’s names) one will attain the highest level of purity; by speaking true words and by mental harmony, and by meditation and worship, O descendant of Manu. Just as the immovable sun attracts from all directions the elements of all living beings, the Lord of the Surya-mandala (sun globe) is fixed and all-attractive, and attracts the hearts of all living creatures.” (19:27-29) <br /> However, nowhere in the Gospels do we find in the ministry of Jesus the above teachings to his followers, unless they had been removed from the Gospels and somehow preserved in the Bhavishya Purana. Furthermore, in this passage, Jesus is advocating the worship of the sun-god (again, something that is absent in his instructions to the apostles). Japa, meditation, the negation of both good and bad karma, are all concepts that are familiar to eastern religions such as Hinduism and Buddhism, but not to the Abrahamic religions of the west, unless Jesus had already been trained by Vedic brahmanas and Buddhist priests at that time. In such a case, the Bhavishya Purana may have preserved some of the concepts of the teachings of Jesus that were never included in the Gospels, or were later deleted from them because of manipulating politics. <br /> Considering the above anomalies and the fact that no edition of the Bhavishya Purana can be found prior to the British period in India, we can deduce that the Bhavishya Purana may have been tampered with by the Christian missionaries who added the chapter on Jesus. Their motive would be obvious -- to make the personality of Jesus acceptable to the Hindus in order to convert them to Christianity.<br /> In 1784, the famous Indologist Sir William Jones wrote the following letter to Sir Warren Hastings, Governor General of India, confirming our suspicions that this was indeed part of their program:<br /> “As to the general extension [spreading] of our pure faith [Christianity] in Hindoostan [India] there are at present many sad obstacles to it... We may assure ourselves, that Hindoos will never be converted by any mission from the church of Rome, or from any other church; and the only human mode, perhaps, of causing so great a revolution, will be to translate into Sanscrit... such chapters of the Prophets, particularly of ISAIAH, as are indisputably evangelical, together with one of the gospels, and a plain prefatory discourse, containing full evidence of the very distant ages, in which the predictions themselves, and the history of the Divine Person (Jesus) is predicted, were severally made public and then quietly to disperse the work among the well-educated natives.” (Asiatic Researches Vol. 1. Published 1979, pages 234-235. First published 1788).<br /> What better way to translate into Sanskrit whatever they could of predictions of the Christian prophets and then disperse them among the well-educated natives than to slip such translations into some of the Vedic texts themselves? Plus, we often see that Christians, especially in India, tell Hindus that since Jesus is supposed to be predicted in the Vedic texts, then they should accept Jesus as their ultimate savior. But the Vedic texts are much more open and inclusive than that and also describe so many more avataras and incarnations of Lord Vishnu. So why shouldn’t the Christians also accept Lord Vishnu or Krishna as the Supreme Person, or at least aspects of the Supreme Being? After all, it was proclaimed that Jesus was the son of God. And who is the Father? So Vishnu or Krishna must have been the Supreme Father as the Bhagavad-gita and other Vedic texts clearly state. And if Jesus did go to India, then he was familiar with this concept, which he thus expressed in his own teachings in his homeland. This is not going against the Biblical tenants. After all, the Bible does not exactly describe who is the Supreme Person, but only gives Him a name, such as Yahweh, etc. The Vedic texts, however, give God innumerable names and describes much more about Him, such as His character, personality, pastimes, and so on. <br /> Swami B.V. Giri concludes that it may also be noted that throughout the Pratisarga-parva of the Bhavishya Purana we find the stories of Adam and Eve (Adhama and Havyavati), Noah (Nyuha), Moses (Musa), and other Biblical characters. These he also considers to be likely additions by zealous Christians. The Bhavishya Purana may well be a genuine Vedic scripture prophesying future events, but from the above analysis we may want to reconsider how likely it is that the Jesus episode of the Bhavishya Purana is an authentic Vedic revelation.<br />[This article available at: www.stephen-knapp.com]dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-35479705159070202032010-04-23T20:10:00.000-07:002010-04-23T20:15:12.365-07:007 keajaiban Pulau Dewata7 KEAJAIBAN ALAM DI BALI<br /><br />Gunung dan Danau batur <br />________________________________________<br />Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terletak di barat laut Gunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur yang merupakan Danau terbesar di Bali. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu [1].<br /><br />Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.<br /><br />Sungai Ayung <br />________________________________________<br /> <br /><br />Sungai yang menakjubkan, dengan panoramanya yang indah.<br /><br />Terumbu karang Pantai Tulamben <br />________________________________________<br />Area Tulamben desa Kubu, adalah Tempat yang sangat menarik di Pulau Bali, terutama bagi mereka yang mencintai olahraga selam. Secara geografis administratif, Tulamben terletak di kabupaten Karang Asem, dan berjarak sekitar 100 km dari kota Denpasar yang biasa ditempuh dalam waktu 3 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda 4.<br /><br />Di Tulamben sendiri, Diving site yang sangat terkenal adalah Bangkai Kapal Cargo atau Shipwreck USS Liberty yang tenggelam 30 meter saja dari bibir pantai berbatu desa Tulamben. Kedalaman bangkai kapal (Ship Wreck) ini dimulai dari kedalaman 5 - 35 meter.<br /><br />Bangkai kapal ini dihuni oleh ribuan jenis satwa laut dari ikan, udang, siput laut (nudibranch), kepiting, dan beraneka ragam coral. Bahkan beberapa hewan besar seperti Hiu, Whale Shark, dan Sunfish / Mola mola kerap dijumpai di daerah ini. Hal ini sangat disukai oleh fotografer bawah air dari mancanegara. Mau motret wide angle atau macro, semuanya tersedia di Tulamben.<br /><br />Selain shipwreck liberty, berjalan ke arah timur sejauh 100m sudah dapat ditemukan dive site Drop off yang memiliki kontur jurang bawah air (wall) dengan vizibility yang cukup baik.<br /><br />Bila pasir di Tulamben bay ini berwarna hitam berbatu, namun uniknya hanya terpaut 150 meter ke sebelah timur dari drop off sudah dijumpai dive site dengan pasir berwarna putih. Site ini antara lain allamanda dan batu kelebit. Untuk menyelam diareal ini biasanya kita menggunakan perahu tradisional bali yang sering disebut "JUKUNG". <br /><br />Gunung Agung <br />________________________________________<br />Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem - Bali.<br /><br />Gunung Agung adalah gunung berapi tipe [[stratovolcano]], gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang terkadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.<br /><br />Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan.<br /><br />Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa, dan juga masyarakat mempercayai bahwa digunung ini terdapat istana dewata. Oleh karena itu, masyarakat bali menjadikan tempat ini sebagai tempat kramat yang disucikan. <br /> <br />Air Terjun Gitgit <br />________________________________________<br />Air Terjun ini merupakan air terjun terbesar dan tertinggi di Bali, terletak di Desa Gitgit Kecamatan Sukasada. Dari Kota Singaraja berjarak 11 km ke arah selatan menuju Desa Pancasari dan Bedugul. Air terjun yang berketinggian ± 35 meter ini sangat asri dan memiliki panorama yang indah dan berada di lingkungan yang berhawa sejuk.Turun dengan jalan kaki setelah melewati tempat Parkir Gitgit, beberapa pemuda lokal yang diorganisir oleh desa adat setempat menawarkan jasa mengantar para wisatawan menuju wisata air terjun yang indah ini. Disamping suara deburan air terjun dan kicauan burung, hamparan sawah, perkebunan cengkeh dan kopi / begitu pula tumbuhan bambu sepanjang jalan menuju air terjun menyuguhkan suasana damai dan alami.<br /><br />Terasering Jatiluwih <br />________________________________________<br /><br />Teraserin Jati Luwih ini terletak di tabanan, menyajikan pemandangan suasana persawahan yang sangat menakjubka<br /><br />Taman Nasional bali Barat <br />________________________________________<br />Taman Nasional Bali Barat terletak di bagian barat dari pulau Bali di Indonesia. Taman nasional ini mempunyai luas 77,000 hektar, yang kira-kira meliputi 10% dari luas daratan pulau Bali.<br /><br />Taman Nasional Bali Barat terdiri dari berbagai habitat hutan dan savanah. Di tengah-tengah taman ini didominasi oleh sisa-sisa empat gunung berapi dari jaman Pleistocene, dengan gunung Patas sebagai titik tertinggi di tempat ini.<br /><br />Sekitar 160 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi di taman nasional ini. Hewan-hewan seperti Banteng, Rusa, lutung, kalong dan aneka burung. Taman Nasional Bali Barat merupakan tempat terakhir untuk menemukan satu-satunya endemik Bali yang hampir punah, Jalak Bali di habitat aslinya.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-11212388867995700032010-04-22T06:29:00.001-07:002010-04-22T06:30:00.435-07:00TAITTIRIYA UPANISHADTAITTIRIYA UPANISHAD<br /><br />Vinneka Tunggal Eka <br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> OM<br /><br /> Semoga Mitra memberkahi kami dengan shanti,<br /><br /> Semoga Varuna memberkahi kami dengan shanti,<br /><br /> Semoga Aryama memberkahi kami dengan shanti,<br /><br /> Semoga Indra dan Brihaspati memberkahi kami dengan shanti,<br /><br /> Semoga Vishnu yang maha hadir memberkahi kami dengan shanti,<br /><br /> Puja-puji kami haturkan kepada Hang Brahman,<br /><br /> Puja-puji kepadaMu, Dikau sumber dari segala kekuatan.<br /><br /> <br /><br /> Dikau adalah Hyang Brahman nan hakiki. Aku akan berwacana tentangMu.<br /><br /> Dikau kan kunyatakan sebagai yang murni di dalam jalan pikiranku<br /><br /> Dikau kan kunyatakan sebagai yang murni melalui bibirku. Ini.<br /><br /> <br /><br /> Semoga kebenaran melindungiku, semoga kebenaran melindungi guruku,<br /><br /> Semoga kebenaran melindungi kita berdua. Semoga cahaya Sang Brahman bersinar di dalam diri kami berdua.<br /><br /> <br /><br /> Dikau adalah Hyang Brahman, yang manunggal dengan aksara OM, yang hadir di dalam semua shastra-shastra suci . . . aksara yang maha kuasa, ibu dari semua jenis swara.<br /><br /> SudiKah Dikau meneguhkan diriku ini dengan kebijaksanaan nan murni.<br /><br /> Bolehkah aku, wahai Tuhan, menyadari akan Keabadian. Semoga ragaku tegar dan utuh; semoga lidahku terasa manis; semoga telingaku hanya mendengar puja-puji bagimu semata.<br /><br /> Aksara OM adalah sebenar-benarnya gambaran semata-mata. Melalui aksara ini Dikau dapat dicapai. Dikau berada jauh dari jangkauan intelek (budhi). Semoga aku tidak melupakan sesuatu apapun yang kupelajari di berbagai kitab-kitab suci.<br /><br /> <br /><br /> Dikau adalah sumber dari seluruh bentuk-bentuk kebahagiaan dan kekayaan.<br /><br /> Sudilah bertamu (datang) kepadaku ibarat sang dewi kemakmuran dan mengkaruniakan berkahMu.<br /><br /> <br /><br /> Semoga para pencari kebenaran mengerumuniku,<br /><br /> Semoga mereka datang dari arah manapun juga, agar dapat kuajarkan kepada mereka mengenai hakekat akan AksaraMu.<br /><br /> <br /><br /> Semoga aku berbentuk kebesaran diantara insan-manusia.<br /><br /> Semoga aku lebih “kaya “ dari “yang terkaya”<br /><br /> Semoga aku mampu memasukiMu, wahai Tuhan; semoga Dikau menghadirkan DiriMu kepadaku. Suci bersih aku jadinya oleh sentuhanMu, wahai Tuhan yang bermanifestasi dalam bentuk beraneka-ragam.<br /><br /> <br /><br /> Dikau adalah tempat berlindung bagi mereka yang menyerahkan diri mereka kepadaMu. Perlihatkanlah Diri-Mu kepadaku. Jadikanlah diriku ini milikMu. Aku mempasrahkan diriku di bawah perlindunganMu.<br /><br /> <br /><br /> Dikau adalah Tuhan, Yang Maha Abadi, Bercahaya senantiasa dari DiriMu Sendiri secara gilang-gemilang (keemas-emasan), di dalam teratai yang terletak di dalam hati sanubari setiap insan. Di dalam sanubari ini Dikau menampakkan DiriMu bagi mereka yang mencariMu.<br /><br /> <br /><br /> Barangsiapa menyatu denganMu akan berubah ibarat seorang raja yang menguasai dirinya sendiri. Ia akan berubah menjadi pemimpin dari kata-katanya dan berbagai indriyasnya sendiri. Ia akan menjadi pemimpin di atas budhinya sendiri (yang menguasai budhinya sendiri).<br /><br /> <br /><br /> Dikaulah Hyang Brahman, yang berwujud, ibarat ether; Yang Jati Dirinya adalah Kebenaran. Dikau adalah shanti yang sempurna dan keabadian, intisari kehidupan yang membahagiakan jalan pikiran. Bolehlah aku memujaMu?<br /><br /> <br /><br /> OM adalah Hyang Brahman. OM adalah semuanya. Barang siapa bermeditasi ke OM akan mencapai Hyang Brahman.<br /><br /> <br /><br /> Setelah mencapai Hyang Brahman, seorang resi suci menyatakan :<br /><br /> <br /><br /> “Aku adalah kehidupan. Keagunganku ini ibarat puncak sebuah gunung. Aku terkukuhkan di dalam kemurnian Hyang Brahman.<br /><br /> Aku telah mencapai tingkat kebebebasan Hyang Jati Diri. Aku adalah Hyang Brahman, bercahaya sendiri; kekayaan yang teramat terang-benderang. Aku terliput oleh kebijaksanaan.<br /><br /> Aku adalah kebijaksanaan; Aku adalah Keabadian, yang tak terbinasakan.”<br /><br /> <br /><br /> OM Shanti-Shanti-Shanti.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-53510517748989444952010-04-22T06:19:00.001-07:002010-04-22T06:29:08.689-07:00Kisah Jaya Prana dan Layon Sari, Desa Kalianget, Seririt, BaliDua orang suami istri bertempat tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia bersamaan. Tinggalan seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana. Oleh karena orang yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia puan memberanikan dirimengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin, rajapun amat kasih sayang kepadanya.<br />Kini I Jayaprana baru berusia duabelas tahun. Ia sangat ganteng paras muka tampan dan senyumnya pun sangat manis menarik.<br /><br />Beberapa tahun kemudian.<br />Pada suatu hari raja menitahkan I Jayaprana, supaya memilih seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau gadis gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda, dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksan oleh raja akhirnya I Jayaprana menurutinya. Ia pun melancong ke pasar yang ada di depan istana hendak melihat-lihat gadis yang lalu lalang pergi ke pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita. Gadis itu bernama Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar.<br />Melihat gadis yang elok itu, I Jayaprana sangat terpikat hatinya dan pandangan matanya terus membuntuti lenggang gadis itu ke pasar, sebaliknya Ni Layonsari pun sangat hancur hatinya baru memandang pemuda ganteng yang sedang duduk-duduk di depan istana. Setelah gadis itu menyelinap di balik orang-orang yang ada di dalam pasar, maka I Jayaprana cepat-cepat kembali ke istana hendak melapor kehadapan Sri Baginda Raja. Laporan I Jayaprana diterima oleh baginda dan kemudian raja menulis sepucuk surat.<br />I Jayaprana dititahkan membawa sepucuk surat ke rumahnya Jero Bendesa. Tiada diceritakan di tengah jalan, maka I Jayaprana tiba di rumahnya Jero Bendesa. Ia menyerahkan surat yang dibawanya itu kepada Jero Bendesa dengan hormatnya. Jero Bendesa menerima terus langsung dibacanya dalam hati. Jero Bendesa sangat setuju apabila putrinya yaitu Ni Layonsari dikawinkan dengan I Jayaprana. Setelah ia menyampaikan isi hatinya “setuju” kepada I Jayaprana, lalu I Jayaprana memohon diri pulang kembali.<br />Di istana Raja sedang mengadakan sidang di pendopo. Tiba-tiba datanglah I Jayaprana menghadap pesanan Jero Bendesa kehadapan Sri Baginda Raja. Kemudian Raja mengumumkan pada sidang yang isinya antara lain: Bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, raja akan membuat upacara perkawinannya I Jayaprana dengan Ni Layonsari. Dari itu raja memerintahkan kepada segenap perbekel, supaya mulai mendirikan bangunan-bangunan rumah, balai-balai selengkapnya untuk I Jayaprana.<br />Menjelang hari perkawinannya semua bangunan-bangunan sudah selesai dikerjakan dengan secara gotong royong semuanya serba indah. Kini tiba hari upacara perkawinan I Jayaprana diiringi oleh masyarakat desanya, pergi ke rumahnya Jero Bendesa, hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara selengkapnya. Sri Baginda Raja sedang duduk di atas singgasana dihadap oleh para pegawai raja dan para perbekel baginda. Kemudian datanglah rombongan I Jayaprana di depan istana. Kedua mempelai itu harus turun dari atas joli, terus langsung menyembah kehadapan Sri Baginda Raja dengan hormatnya melihat wajah Ni Layonsari, raja pun membisu tak dapat bersabda.<br />Setelah senja kedua mempelai itu lalu memohon diri akan kembal ke rumahnya meninggalkan sidang di paseban. Sepeninggal mereka itu, Sri Baginda lalu bersabda kepada para perbekel semuanya untuk meminta pertimbangan caranya memperdayakan I Jayaprana supaya ia mati. Istrinya yaitu Ni Layonsari supaya masuk ke istana dijadikan permaisuri baginda. Dikatakan apabila Ni Layonsari tidak dapat diperistri maka baginda akan mangkat karena kesedihan.<br />Mendengar sabda itu salah seorang perbekel lalu tampak ke depan hendak mengetengahkan pertimbangan, yang isinya antara lain: agar Sri Paduka Raja menitahkan I Jayaprana bersama rombongan pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki perahu yang hancur dan orang-orang Bajo menembak binatang yang ada di kawasan pengulan. Demikian isi pertimbangan salah seorang perbekel yang bernama I Saunggaling, yang telah disepakati oleh Sang Raja. Sekarang tersebutlah I Jayaprana yang sangat brebahagia hidupnya bersama istrinya. Tetapi baru tujuh hari lamanya mereka berbulan madu, datanglah seorang utusan raja ke rumahnya, yang maksudnya memanggil I Jayaprana supaya menghadap ke paseban. I Jayaprana segera pergi ke paseban menghadap Sri P aduka Raja bersama perbekel sekalian. Di paseban mereka dititahkan supaya besok pagi-pagi ke Celuk Terima untuk menyelidiki adanya perahu kandas dan kekacauan-kekacauan lainnya. Setelah senja, sidang pun bubar. I Jayaprana pulang kembali ia disambut oleh istrinya yang sangat dicintainya itu. I Jayaprana menerangkan hasil-hasil rapat di paseban kepada istrinya.<br />Hari sudah malam Ni Layonsari bermimpi, rumahnya dihanyutkan banjir besar, ia pun bangkit dari tempat tidurnya seraya menerangkan isi impiannya yang sangat mengerikan itu kepada I Jayaprana. Ia meminta agar keberangkatannya besok dibatalkan berdasarkan alamat-alamat impiannya. Tetapi I Jayaprana tidak berani menolak perintah raja. Dikatakan bahwa kematian itu terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa. Pagi-pagi I Jayaprana bersama rombongan berangkat ke Celuk Terima, meninggalkan Ni Layonsari di rumahnya dalam kesedihan. Dalam perjalanan rombongan itu, I Jayaprana sering kali mendapat alamat yang buruk-buruk. Akhirnya mereka tiba di hutan Celuk Terima. I Jayaprana sudah meras dirinya akan dibinasakan kemudian I Saunggaling berkata kepada I Jayaprana sambil menyerahkan sepucuk surat. I Jayaprana menerima surat itu terus langsung dibaca dalam hati isinya:<br />“ Hai engkau Jayaprana<br />Manusia tiada berguna<br />Berjalan berjalanlah engkau<br />Akulah menyuruh membunuh kau<br /><br />Dosamu sangat besar<br />Kau melampaui tingkah raja<br />Istrimu sungguh milik orang besar<br />Kuambil kujadikan istri raja<br /><br />Serahkanlah jiwamu sekarang<br />Jangan engkau melawan<br />Layonsari jangan kau kenang<br />Kuperistri hingga akhir jaman.”<br /><br />Demikianlah isi surat Sri Baginda Raja kepada I Jayaprana. Setelah I Jayaprana membaca surat itu lalu ia pun menangis tersedu-sedu sambil meratap. “Yah, oleh karena sudah dari titah baginda, hamba tiada menolak. Sungguh semula baginda menanam dan memelihara hambat tetapi kini baginda ingin mencabutnya, yah silakan. Hamba rela dibunuh demi kepentingan baginda, meski pun hamba tiada berdosa. Demikian ratapnya I Jayaprana seraya mencucurkan air mata. Selanjutnya I Jayaprana meminta kepada I Saunggaling supaya segera bersiap-siap menikamnya. Setelah I Saunggaling mempermaklumkan kepada I Jayaprana bahwa ia menuruti apa yang dititahkan oleh raja dengan hati yang berat dan sedih ia menancapkan kerisnya pada lambung kirinya I Jayaprana. Darah menyembur harum semerbak baunya bersamaan dengan alamat yang aneh-aneh di angkasa dan di bumi seperti: gempa bumi, angin topan, hujan bunga, teja membangun dan sebagainya.<br />Setelah mayat I Jayaprana itu dikubur, maka seluruh perbekel kembali pulang dengan perasaan sangat sedih. Di tengah jalan mereka sering mendapat bahaya maut. Diantara perbekel itu banyak yang mati. Ada yang mati karena diterkam harimau, ada juga dipagut ular. Berita tentang terbunuhnya I Jayaprana itu telah didengar oleh istrinya yaitu Ni Layonsari. Dari itu ia segera menghunus keris dan menikan dirinya. Demikianlah isi singkat cerita dua orang muda mudi itu yang baru saja berbulan madu atas cinta murninya akan tetapi mendapat halangan dari seorang raja dan akhirnya bersama-sama meninggal dunia.<br /><br />sumber: http://baliohbali.blogspot.com<br /><br />nb.<br />sampai saat ini kisah cinta Jayaprana dan Layonsari membekas pada masyarakat Bali pada umumnya. banyak kisah-kisah tari dan drama yang mengisahkan kisah cinta mereka. dan peninggalan dua sejoli ini masih terawat dengan baik, yaitu kuburan yang dipercaya milik Jayaprana dan Layonsari.<br />Peninggalan Kuburan Jayaprana dan Layonsari ini terletak di kawasan hutan belukar Teluk Terima, Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak, ± 67 km sebelah barat Kota Singaraja.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-60163392292518452092010-04-22T06:19:00.000-07:002010-04-22T06:27:04.449-07:00Kisah Jaya Prana dan Layon Sari, Desa Kalianget, Seririt, BaliDua orang suami istri bertempat tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia bersamaan. Tinggalan seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana. Oleh karena orang yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia puan memberanikan dirimengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin, rajapun amat kasih sayang kepadanya.<br />Kini I Jayaprana baru berusia duabelas tahun. Ia sangat ganteng paras muka tampan dan senyumnya pun sangat manis menarik.<br /><br />Beberapa tahun kemudian.<br />Pada suatu hari raja menitahkan I Jayaprana, supaya memilih seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau gadis gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda, dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksan oleh raja akhirnya I Jayaprana menurutinya. Ia pun melancong ke pasar yang ada di depan istana hendak melihat-lihat gadis yang lalu lalang pergi ke pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita. Gadis itu bernama Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar.<br />Melihat gadis yang elok itu, I Jayaprana sangat terpikat hatinya dan pandangan matanya terus membuntuti lenggang gadis itu ke pasar, sebaliknya Ni Layonsari pun sangat hancur hatinya baru memandang pemuda ganteng yang sedang duduk-duduk di depan istana. Setelah gadis itu menyelinap di balik orang-orang yang ada di dalam pasar, maka I Jayaprana cepat-cepat kembali ke istana hendak melapor kehadapan Sri Baginda Raja. Laporan I Jayaprana diterima oleh baginda dan kemudian raja menulis sepucuk surat.<br />I Jayaprana dititahkan membawa sepucuk surat ke rumahnya Jero Bendesa. Tiada diceritakan di tengah jalan, maka I Jayaprana tiba di rumahnya Jero Bendesa. Ia menyerahkan surat yang dibawanya itu kepada Jero Bendesa dengan hormatnya. Jero Bendesa menerima terus langsung dibacanya dalam hati. Jero Bendesa sangat setuju apabila putrinya yaitu Ni Layonsari dikawinkan dengan I Jayaprana. Setelah ia menyampaikan isi hatinya “setuju” kepada I Jayaprana, lalu I Jayaprana memohon diri pulang kembali.<br />Di istana Raja sedang mengadakan sidang di pendopo. Tiba-tiba datanglah I Jayaprana menghadap pesanan Jero Bendesa kehadapan Sri Baginda Raja. Kemudian Raja mengumumkan pada sidang yang isinya antara lain: Bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, raja akan membuat upacara perkawinannya I Jayaprana dengan Ni Layonsari. Dari itu raja memerintahkan kepada segenap perbekel, supaya mulai mendirikan bangunan-bangunan rumah, balai-balai selengkapnya untuk I Jayaprana.<br />Menjelang hari perkawinannya semua bangunan-bangunan sudah selesai dikerjakan dengan secara gotong royong semuanya serba indah. Kini tiba hari upacara perkawinan I Jayaprana diiringi oleh masyarakat desanya, pergi ke rumahnya Jero Bendesa, hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara selengkapnya. Sri Baginda Raja sedang duduk di atas singgasana dihadap oleh para pegawai raja dan para perbekel baginda. Kemudian datanglah rombongan I Jayaprana di depan istana. Kedua mempelai itu harus turun dari atas joli, terus langsung menyembah kehadapan Sri Baginda Raja dengan hormatnya melihat wajah Ni Layonsari, raja pun membisu tak dapat bersabda.<br />Setelah senja kedua mempelai itu lalu memohon diri akan kembal ke rumahnya meninggalkan sidang di paseban. Sepeninggal mereka itu, Sri Baginda lalu bersabda kepada para perbekel semuanya untuk meminta pertimbangan caranya memperdayakan I Jayaprana supaya ia mati. Istrinya yaitu Ni Layonsari supaya masuk ke istana dijadikan permaisuri baginda. Dikatakan apabila Ni Layonsari tidak dapat diperistri maka baginda akan mangkat karena kesedihan.<br />Mendengar sabda itu salah seorang perbekel lalu tampak ke depan hendak mengetengahkan pertimbangan, yang isinya antara lain: agar Sri Paduka Raja menitahkan I Jayaprana bersama rombongan pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki perahu yang hancur dan orang-orang Bajo menembak binatang yang ada di kawasan pengulan. Demikian isi pertimbangan salah seorang perbekel yang bernama I Saunggaling, yang telah disepakati oleh Sang Raja. Sekarang tersebutlah I Jayaprana yang sangat brebahagia hidupnya bersama istrinya. Tetapi baru tujuh hari lamanya mereka berbulan madu, datanglah seorang utusan raja ke rumahnya, yang maksudnya memanggil I Jayaprana supaya menghadap ke paseban. I Jayaprana segera pergi ke paseban menghadap Sri P aduka Raja bersama perbekel sekalian. Di paseban mereka dititahkan supaya besok pagi-pagi ke Celuk Terima untuk menyelidiki adanya perahu kandas dan kekacauan-kekacauan lainnya. Setelah senja, sidang pun bubar. I Jayaprana pulang kembali ia disambut oleh istrinya yang sangat dicintainya itu. I Jayaprana menerangkan hasil-hasil rapat di paseban kepada istrinya.<br />Hari sudah malam Ni Layonsari bermimpi, rumahnya dihanyutkan banjir besar, ia pun bangkit dari tempat tidurnya seraya menerangkan isi impiannya yang sangat mengerikan itu kepada I Jayaprana. Ia meminta agar keberangkatannya besok dibatalkan berdasarkan alamat-alamat impiannya. Tetapi I Jayaprana tidak berani menolak perintah raja. Dikatakan bahwa kematian itu terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa. Pagi-pagi I Jayaprana bersama rombongan berangkat ke Celuk Terima, meninggalkan Ni Layonsari di rumahnya dalam kesedihan. Dalam perjalanan rombongan itu, I Jayaprana sering kali mendapat alamat yang buruk-buruk. Akhirnya mereka tiba di hutan Celuk Terima. I Jayaprana sudah meras dirinya akan dibinasakan kemudian I Saunggaling berkata kepada I Jayaprana sambil menyerahkan sepucuk surat. I Jayaprana menerima surat itu terus langsung dibaca dalam hati isinya:<br />“ Hai engkau Jayaprana<br />Manusia tiada berguna<br />Berjalan berjalanlah engkau<br />Akulah menyuruh membunuh kau<br /><br />Dosamu sangat besar<br />Kau melampaui tingkah raja<br />Istrimu sungguh milik orang besar<br />Kuambil kujadikan istri raja<br /><br />Serahkanlah jiwamu sekarang<br />Jangan engkau melawan<br />Layonsari jangan kau kenang<br />Kuperistri hingga akhir jaman.”<br /><br />Demikianlah isi surat Sri Baginda Raja kepada I Jayaprana. Setelah I Jayaprana membaca surat itu lalu ia pun menangis tersedu-sedu sambil meratap. “Yah, oleh karena sudah dari titah baginda, hamba tiada menolak. Sungguh semula baginda menanam dan memelihara hambat tetapi kini baginda ingin mencabutnya, yah silakan. Hamba rela dibunuh demi kepentingan baginda, meski pun hamba tiada berdosa. Demikian ratapnya I Jayaprana seraya mencucurkan air mata. Selanjutnya I Jayaprana meminta kepada I Saunggaling supaya segera bersiap-siap menikamnya. Setelah I Saunggaling mempermaklumkan kepada I Jayaprana bahwa ia menuruti apa yang dititahkan oleh raja dengan hati yang berat dan sedih ia menancapkan kerisnya pada lambung kirinya I Jayaprana. Darah menyembur harum semerbak baunya bersamaan dengan alamat yang aneh-aneh di angkasa dan di bumi seperti: gempa bumi, angin topan, hujan bunga, teja membangun dan sebagainya.<br />Setelah mayat I Jayaprana itu dikubur, maka seluruh perbekel kembali pulang dengan perasaan sangat sedih. Di tengah jalan mereka sering mendapat bahaya maut. Diantara perbekel itu banyak yang mati. Ada yang mati karena diterkam harimau, ada juga dipagut ular. Berita tentang terbunuhnya I Jayaprana itu telah didengar oleh istrinya yaitu Ni Layonsari. Dari itu ia segera menghunus keris dan menikan dirinya. Demikianlah isi singkat cerita dua orang muda mudi itu yang baru saja berbulan madu atas cinta murninya akan tetapi mendapat halangan dari seorang raja dan akhirnya bersama-sama meninggal dunia.<br /><br />sumber: http://baliohbali.blogspot.com<br /><br />nb.<br />sampai saat ini kisah cinta Jayaprana dan Layonsari membekas pada masyarakat Bali pada umumnya. banyak kisah-kisah tari dan drama yang mengisahkan kisah cinta mereka. dan peninggalan dua sejoli ini masih terawat dengan baik, yaitu kuburan yang dipercaya milik Jayaprana dan Layonsari.<br />Peninggalan Kuburan Jayaprana dan Layonsari ini terletak di kawasan hutan belukar Teluk Terima, Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak, ± 67 km sebelah barat Kota Singaraja.dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-17169540403372403912010-04-21T22:49:00.000-07:002010-04-21T23:25:50.180-07:00Selayang Pandang Desa kalianget, Seririt<ol><li> <div style="text-align: center;"><span style="font-size: 14pt;"> DESA KALIANGET</span></div> <div style="text-align: center;"><br /><span style="font-size: 12pt;"> </span></div> </li><li><span style="font-size: 12pt;">1. Nama Desa :Desa Kalianget</span><ol><li><span style="font-size: 12pt;"> Sejarah Singkat Desa Kalianget</span></li></ol></li></ol> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"> Desa Kalianget adalah salah satu desa di Kecamatan Seririt yang merupakan desa peninggalan sejarah, yang dulunya sebuah daerah yang sangat tandus, di pinggiran pantai tumbuh semak- semak, hutan belukar yang sangat lebat di sekitarnya banyak tumbuh pepohonan yang menyebarkan bau harum tat kala berbunga, seperti pohon pandan harum, pohon pudak dan beberapa pepohonan lainnya.</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Karna pohon- pohon tersebut saat berbunga menyebarkan bau yang harum, dan di sampingnya tumbuh pepohonan yang besar dengan semak belukar yang lebat maka daerah itu dinamai Alas Harum. Keharuman daerah itu yang menghiasi sekitarnya mempunyai kesan dan ciri khas tersendiri, namun di satu sisi pepohonan yang besar-besar, semak belukar yang lebat merupakan pemandangan yang memberi pesan angker, memang benar daerah itu adalah daerah yang sangat angker, pepohonan dan semak belukar yang lebat menjadi tempat para dedemit, jin,peri, dan mahluk gaib lainnya yang senatiasa mengganggu ketentraman penduduk yang tingal di sekitarnya,para penduduk selalu dihantui rasa ketakutan keangkeran dan kerusuhan yang dilakukan para demit itu akhirnya didengar oleh Raja penguasa Bali yakni Ida Dalem Anom Pamayun di Gelgel . sebagai duta Raja untuk menetralisir keadan diplosok-plosok daerah bali maka di pilihlah Ida Idewa Kaleran Mayun dan berkat pusaka kayohana yang Beliau bawa maka dengan mudah beliau mengalhkan para perusuh yang menggangu daerah Culik (Karangasem), daerah Songan Kintamani (Bangli) dan daerah Alas harum. Beliau berhasil menata daerah Alas harum dan sekitarnya yang pada mulanya sangat tandus, menjadi sebuah keadaan yang tanahnya subur, walau menanggung resiko yang sangat berta maka sejak itu kerajaan yang baru di bangun di namai Kalianget daan beliau yang menjadi Prabu Kalianget. Kedatang Beliau di Alas harum ini yang berkembang menjadi kerajaan Kalianget adalah sekitar Tahun 1622 Masehi ( Caka 1544)</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Kemegahan kerajaan Kalianget ini sebagai sebuah Kerajaan kecil di belahan Bali Utara bagian Barat cukup lama. Sampai pada akhirnya kerajaan kalianget itu runtuh tanpa ada yang meneruskan, sehingga bisa di katakan Kerajaan Kaliangat diibaratkan seumur jagung, tanpa ada generasi sebagai penerus tahta Kerajaan. Kehancuran Kerajaan kalianget adalah sebagai akibat dan sebagai hukuman atas keberanian Raja menentang Sabda Ida Bhatara Batukaru dengan jalan menancapkan keris Pusaka Ki Baan Kau untuk mendapatkan mata air guna mengaliri sungai mendaum. Perjuangan Raja adalah bagaikan Dewa Wisnu yang selalu berusaha mensejahterakan rakyatnya, walaupun disatu sisi berakibat fatal bagi kerajaan dan Raja sendiri. Kepergian Raja bersama isteri dan putra-putranya meninggalkan kerajaan yang sudah hancur menuju daerah Tabanan, oleh Raja Gianyar beliau di berikan tempat di sebelah selatan Kerajaan yakni di Manik Selaka (Tabanan). Di tempat inilah putra-putra Beliau melangsungkan Upara perkawinan sampai pada akhirnya Beliau ( Raja Kalianget ) Ida Idewa Kaleran Mayun Sakti wafat di Manik Selaka Tabanan. Dari sinilah putra-putra dan pretisentana Raja mengabdikan diri di Puri Mengwi, oleh Raja Mengwi di buatkan Puri di Kukuh yang di beri nama Puri Bantan Wani ( Puri yang sangat disegani musuh ), ada yang kamasan Tabanan, oleh Raja Mengwi Ida Idewa Kaleran Mayun Sakti ( putra Ida Idewa Kaleran Mayun yang menetap di Puri Batan Wani) adalah cucu dari Raja Kalianget di berikan penghargaan atas jasa-jasanya dengan membuatkan Puri di Sangsi ( Puri Sangsi ), akhirnya pertisentana atau warih Ida Prabu Kalianget menyebar di seluruh Bali bagian Timur, Selatan, Barat, yang merupakan ikatan persaudaraan keluarga Dalem.</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Bukti sejarah yang beliau ( Raja Kalianget ) tinggalkan yang dapat di kenang oleh masyarakat desa Kalianget atau dareah sekitarnya sampai sekarang :</span></p> <ol style="padding-left: 30px;"><li><span style="font-size: 12pt;">Diberikannya nama Kalianget yang sampai sekarang menjadi nama desa yaitu desa Kalianget.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Di galinya sungai Mendaum yang sampai sekarang mengairi persawahan di 2 kecamatan, yaitu kecamatan Seririt dan Kecamatan Banjar.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Dibangunnya tempat-tempat pemujaan ( Pura ) yang sampai sekaranng masih berdiri kokoh serta namanya yang abdi sepanjang masa, diantaranya :</span><ol><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Alas harum.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Dalem Dasar.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Prabu.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Aswa Mapwe ( Pura Jaran Guyang ).</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Taman Batur.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Taman Berawah.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Pura Manik Galih.</span></li></ol></li></ol> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Oleh masyrakat Kalianget untuk menghormati jasa-jasa Ida Sang Prabu pada saat beliau mengangkat I Nyoman Jaya Prana sebagai putra angkat, mak dibangunlah Pura pada tahu 1949 untuk menstanakan Ida Bhatara Sakti ( Jaya Prana ), Dewa Ayu Layon Sari, Ida Sang Prabu Kalinget, Paman Patih Saung Galing, dan Dewa Nyoman Arya Utama, pura tersebut di beri nama “ Pura Anyar”.</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Saksi bisu lainnya yang cukup memberikan jawaban sebagai bukti sejarah yang nyata adalah benda berupa lesung milik Dewa Ayu Layon Sari, keris Pusaka Ida Sang Prabu Kalianget masih di simpan atau di sumgsung oleh warih Ida Sang Prabu di Puri Sangsi Singapadu, dan benda-benda lainnya. Adapun nama Kalianget adlah sebuah nama warisan Raja Kalianget dapat di beri pengertian sebagai berikut :</span></p> <ol style="padding-left: 30px;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Kalianget berasal dari kata Kali dan Anget, kali berarti sungai( Tukad ) Anget berarti panas nama ini diberikan karena aliran air panas ( Yeh Panas ) yang ada diwilayah desa Banjar mengaliri daerah ini, sehingga daerah ini bi beri nama Kalianget.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Kalianget berasal dari kata Kali dan Anget, Kali berrti waktu,Anget berarti menakutkan ( tenget ) karena beberapa tempat sekitar daerh ini cukup angker sehinga sering menakutkan penduduk sekitar.</span></li></ol> <p style="padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan nama tukad Mandaum dapat diberikan pengertian sebagai berikut :</span></p> <ol style="padding-left: 30px;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Mandaum bersal dari kata Manda yang berarti Dangkal ( deken ), Aum/ Aub berarti lebat penuh dengan semak belukar ( bet ) nama ini bi berikan karena aliran sungai yang tlah di buat oleh Raja bersama rakyat lama tidak berair, akibatnya di kana kirinya tumbuh semak belukar yang rimbun, pada aliran sungai terdapat sampah dan lelongsoran tanah sehingga menjadi dangkal.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Mandaung yang berasal dari kata manda yang artinya keluar atau muncul ( metu ), aung adalah mesatria Raja, Mendaum berarti atau di artikan baru muncul atau di perlihatkan kesaktian Raja, yaitu dengan menikamkan keris pusaka Ki Baan Kau di kaki gunung Watu Karu barulah muncul mata air yang mengaliri saluran air yang telah di gali sebelumnya, sejak saat itu sungai tersebut di beri nama sungai “ Mendaum”. </span></li></ol> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Demikian sekilas tentang asal mula atau sejarah singkat desa kalianget yang sekarang menjadi sebuah desa yang merupakan batas paling timur dari wilayah kecamatan Seririt kabupaten Buleleng.</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">2. </span><span style="font-size: 12pt;">Visi dan Misi </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> - Visi</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Visi adalah suatu gambaran yang di inginkan tentang keadaan masa depan yang di inginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi desa kalianget ini di lakukan dengan pendekatan parti sipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di desa seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, Lembaga masyrakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di kecamatan seririt mempunyai titik berat sector pertanian. Maka berdasarkan pertimbangan di atas visi desa kalianget adalah :</span></p> <p style="text-align: center; padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;"><strong><em>MENGAJAK SELURUH MASYARAKAT DESA KALIANGET UNTUK BERTEKAD” HIDUP DALAM PERSATUAN DAN KESATUAN UNTUK MENUJU KETENTRAMAN DAN KE DAMAIAN GUNA MENCAPAI KEMAJUAN TARAF HIDUP MASYARAKAT”</em></strong></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> - MISI</span></p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Selain penyusunan visi juga tlah ditetepkan misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus di laksanakan oleh desa agar tercapainya Visi desa tersebut . visi berada di atas Misi. Pernyataan Visi kemudian di jabarkan ke dalam Misi agar dapat di operasionlkan atau di kerjakan. Sebagaimana penyusunan Visi Misi pun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan pertisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan desa kalianget sebagai man proses yang dilakukan maka Misi desa kalianget adalah:</span></p> <ul><li><span style="font-size: 12pt;"> a. Membangun sarana dan prasarana desa yang fungsinya :</span></li></ul> <p><span style="font-size: 12pt;"> Menyentuh kepentingan masyarakat sesuai potensi yang ada serta kemampuan masyarakat.</span></p> <ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"> b. Membangkitkan semangat masyarakat untuk berusaha bekerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal serta mendorong untuk bisa mencetak sumber daya yang berkualitas guna mencapai kemajuan .</span></li></ul> <ol><li><span style="font-size: 12pt;">3. Luas wilayah Desa Kalianget :</span></li><li><span style="font-size: 12pt;"> Desa kalianget memiliki luas wilayah :339 Ha, dengan pemanfaatan wilayah sebagai berikut: </span></li></ol> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">a. perkebunan : 21,5 Ha</span></p> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">b pertanian :173 Ha</span></p> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">c tegalan :63 Ha</span></p> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">d perumahan :75 Ha</span></p> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">e kuburan :2 Ha</span></p> <p style="padding-left: 60px;"><span style="font-size: 12pt;">f lainnya :4,5 Ha</span></p> <ol><li><span style="font-size: 12pt;">4. Letak dan batas-batas kalianget .</span><ol><li><span style="font-size: 12pt;"> Letak</span></li></ol><span style="font-size: 12pt;"> Desa Kalianget terletak pada ujung timur dari pada wilayah kecamatan yang berbatas langsung </span><span style="font-size: 12pt;">dengan wilayah kecamatan banjar.</span></li></ol> <ol><li><span style="font-size: 12pt;"> Batas-batas desa kalianget :</span></li></ol> <p style="padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;">Utara : Laut Bali</span></p> <p style="padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;">Timur : Sungai mendaum</span></p> <p style="padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;">Selatan : Desa Rangdu</span></p> <p style="padding-left: 30px;"><span style="font-size: 12pt;">Barat : Desa joanyar/Desa tangguwisia</span></p> <ol><li> <ol><li> <ol><li><span style="font-size: 12pt;">5. Jarak pemerintahan Desa </span><br /><span style="font-size: 12pt;"> Kecamatan :2 Km</span><br /><span style="font-size: 12pt;"> Kabupaten :18 Km</span><br /><span style="font-size: 12pt;"> Provensi :100 Km</span></li></ol> <p><span style="font-size: 12pt;">C. Kepengurusan LPM Desa Kalianget</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> Ketua : Nyoman Arya Bagiada</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> Sekretaris : Putu Puspita</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> Bendahara : Made Wijana</span></p> <p align="center"><span style="font-size: 12pt;">Bidang-Bidang:</span></p> <ol><li><span style="font-size: 12pt;">Agama : 1. Made Astawa</span></li></ol> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Jro Nyoman Pasek</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Putu Wage Sariada</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">2. Keamanan,Ketertiban, Ketentraman : 1. Gusti Putu Sudarwita</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Putu Sukrata</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Made Ardika</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">3. Pendidikan dan Penerangan :1. Komang Suastika</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Made Sedana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Putu Ariawan</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">4. Lingkungan Hidup :1. Made Sarjana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Ketut Supada</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Made Suatmaya</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 4. Putu Aria</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">5. Pembangunan, Perek & Koprasi : 1. Komang Suarcana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Gede Sulitra</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Made Adnyana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">6. Kesehatan, Kependudukan & KB : 1. Ketut Sarjana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Nyoman Teken</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Putu Arnawa</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">7. Pemuda dan Olahraga : 1. Gede Dodik</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Made Wijana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Ketut Suradnyana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">8. Kesejahtraan Sosial : 1. Ida Putu Perwita</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Nyoman Jusana</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Putu Agus Wira KP.</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> </span></p> <p><span style="font-size: 12pt;">9. PKK : 1. Nyoman Sinta</span></p> <p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Putu Anggreni</span></p> <ol><li> <ol><li> <span style="font-size: 12pt;">Struktur Kepengurusan Pos Yandu Desa Kalianget.</span></li><li><span style="font-size: 12pt;"> Struktur Kepengurusan Pos Yandu ‘ MAWAR ‘ Banjar Dinas Dawan.</span></li></ol></li><p><span style="font-size: 12pt;"> Penanggung Jawab : Kelian Banjar Dinas Dawan.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Ketua :Ny. Kari Suastika.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Sekretaris :Ny. Suratmini Gelgel.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Bendahara :Ny. Supadmika Widiana.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pendaftaran :Ny. Budiartini Susiama.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penimbangan :Ny. Karoni Puspita.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pencatatan :Ny. Sucini Tanco.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penyuluhan :Ny. Rina Kathrina Funai.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pelayanan Kesehatan :Ny. Suartatik dodik.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Anggota : 1. Ny. Erlina Bujana.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Ny. Tetik Robi Rohadi</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Ny. Arini Warsana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 4. Ny. Suryaningsih Yasa Subakti</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">2. Struktur Kepengurusan Pos Yandu “ ANGGREK” Banjar Dinas Padma Sari</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penanggung Jawab : Kelian Banjar Dinas Padma Sari</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Ketua : Ny. Hendrayani Yasa</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Sekretaris : Ny. Sariadnyana Mantra</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Bendahara : Ny. Armini Kartika</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pendaftaran : Ny. Suartini Mudita</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penimbangan : Ny. Ny. Armini Kartika</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pencatatan : Ny. Ayu Susriani darwata</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penyuluhan : Ny. Sriadnyana Mantra</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pelayanan kesehatan : Ny. Maria Katharina Funai Terima</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Anggota : 1. Ny.Raini Sutadarma</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Ny.Raini Redita</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">3. Struktur Kepengurusan Pos Yandu “CEMPAKA” Banjar Dinas Kelodan.</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penanggung Jawab : Kelian Banjar Dinas Kelodan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Ketua : Ny. Martini Parta Jaya</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Sekretaris : Ny. Taman Mudana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Bendahara : Ny. Sila Atmani Pasti Adita</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pendaftaran : Ny. Taman Mudana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penimbangan : Ny. Ayu Rusmiati Suardana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pencatatan : Ny. Sumiari John Endrawan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penyuluhan : Ny. Ermiati Witana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pelayanan kesehatan : Ny. Maria Katharina Funai terima</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">Anggota : Ny. Nariati Tambun</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">4. Stuktur Kepengurusan Pos Yandu “ JEPUN” banjar Dinas Alas Harum</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penanggung Kawab : Kelian Banjar Dinas Alas Harum</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Ketua : Ny. Suwetri Jayadi</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Sekretaris : Ny. Suardani Tanco W</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Bendahara : Ny. Budiani Seneng</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pendaftaran : Ny. Suwetri Jayadi</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penimbangan : Ny. Sariani Mustika</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pencatatan : Ny. Budiani Tanco W</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Penyuluhan : Ny. Nriasih Arnawa</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Pelayanan Kesehatan : Ny. Katharina Funai terima</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Anggota : Ny. Budiani Tanco W</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">7. Jumlah an Nama Banjar Dinas</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Desa Kalianget terbagi menjadi 4 (empat) wilayah Banjar Dinas yaitu :</span></p><li><span style="font-size: 12pt;"> Banjar Dinas Padma Sari dengan Kelian Banjar Dinasnya : Made Yaswa Astawa</span></li><li><span style="font-size: 12pt;"> Banjar Dinas Kelodan dengan Kelian Banjar Dinasnya : Kadek Parta Jaya</span></li><li><span style="font-size: 12pt;"> Banjar Dinas Dawan dengan Kelian Banjar Dinasnya : Putu Suastika</span></li><li><span style="font-size: 12pt;"> Banjar Dinas Alas Harum dengan Kelian Banjar Dinasnya : Nyoman Jayadi</span><ol><p><span style="font-size: 12pt;"> Desa Kalianget adalah sebagian besar merupakan Areal pertanian yang terbagi menjadi 5 wilayah subak :</span></p></ol></li><p><span style="font-size: 12pt;">8. Desa Kalianget memiliki jumlah penduduk sebanyak : 3.300 Jiwa, yang terdiri dari :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Laki-laki : 1.629 Jiwa</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Perempuan : 1.671 Jiwa</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - KK : 917 KK</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">9. Mata Pencaharian Penduduk :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Petani : 333 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Buruh Tani : 250 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Nelayan : 40 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - PNS : 62 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - TNI/POLRI : 59 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Pensiunan : 18 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Buruh : 517 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Pedagang : 83 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - lainnya : 173 orang</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">10. Organisasi Yang ada Di Desa Kalianget :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> a. Subak</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Subak Celebung Dauh Tukad, dengan Kelian Subak :Jro Mangku Made Rauh</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Subak Penggaringgan, dengan Kelian Subak : Jro Mangku Gede Made Bawa</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Subak Umedesa, dengan Kelian Subak : Made Astina</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Subak Kaligenit, dengan Kelian Subak : Ketut Mangku</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Subak Banyuriris, dengan Kelian Subak :Putu Sara</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">b. Truna-Truni :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> Desa Kalianget memiliki organisasi Truna-truni :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Truna-truni Kencana Widya Sari, Br. Dinas Padma Sari</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Truna-truni Loka Cita, Br. Dinas Alas Harum</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Truna-truni Wijaya Kusuma, Br. Dinas Dawan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - Truna-truni Yohana Loka Cita, Br. Dinas Kelodan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">11. Potensi yang dikembangkan seperti :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">- Pertanian : Padi, Anggur dll</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">- Peternakan : Sapi,Babi, Kambing,Jenis Unggas dll</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">- Kerajinan : Tenun Tradisional, Tenun ATBM, Ukir, meubel, Anyaman, Menjahit dll</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">12. Sarana Pendidikan yang dimiliki :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - PAUD/ Pendidikan Usia Dini 3 (tiga) unit : Tunas Harum, Dawan Ceria, kasih Ibu</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - TK, berjumlah 1 (satu) unit, dengan nama : TK Kerti Sentana</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> - SD, berjumlah 3 (tiga) unit, SD.1, SD.2, dan SD.3 Kalianget</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 13. Sarana Kesehatan :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">- Pos Yandu ada 4 (empat) Kelompok, dengan nama :</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 1. Pos Yandu Mawar : di Banjuar Dinas Dawan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 2. Pos Yandu Anggrek : di Banjar Dinas Padma Sari</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 3. Pos Yandu Cempaka : di Banjar Dinas Kelodan</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 4. Pos YanduJepun : di Banjar Dinas Alas Harum</span></p><p><span style="font-size: 12pt;">- POLINDES / POSKESDES : 1 (satu) unit</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> 14. Sarana dan Prasarana Media Informasi</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> a. Jumlah Komputer yang dimiliki desa : 3 (tiga) unit</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> b. Jumlah Penduduk yang memiliki TV : 2.535 buah</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> c. Jumlah Penduduk yang memiliki Radio : 2.145 buah</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> d. Jumlah Penduduk yang memiliki Telepon/HP : 3.201 buah</span></p><p><span style="font-size: 12pt;"> e. Jumlah Penduduk yang mempunyaii Komputer : 25 buah</span></p></ol></li></ol></li></ol>dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8802269385576298394.post-57846628753408388122010-04-21T22:28:00.001-07:002012-07-19T02:14:38.022-07:00VERIFIKASI SAINTIFIK PENGETAHUAN WEDA<div class="entry">
<b><span style="font-size: 1.2em;"> </span></b><br />
<div align="center">
<b>VERIFIKASI SAINTIFIK PENGETAHUAN WEDA</b></div>
<b> </b><br />
<span style="font-size: 1.2em;"> </span><br />
<div align="center">
<sup>1</sup></div>
<b> </b><br />
<div align="center">
<b>(Scientific Verification of Vedic Knowledge)</b></div>
<b></b> <br />
<div align="center">
Dr. Made Wardhana</div>
<b><i><span style="font-size: 0.8em;"> </span></i></b><br />
<div align="right">
<b><i>om ajnana-timirandhasya jnananjana-salakayacaksur unmilitam yena tasmai sri-gurave namah</i></b></div>
<b><i> </i></b><br />
<b><i><b><span style="font-size: 1.2em;"> </span></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>PENDAHULUAN</b></i></b></div>
<b><i><b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Berbicara tentang weda, semua orang akan memahami yang artinya pengetahuan, pada awalnya pengetahuan disampaikan langsung dari sumber yang aslinya yaitu Personalitas Tuhan sebagai Adiguru (Omni-scince), yang maha mengetahui dan kemudian diteruskan kepada personalitas-personalitas agung yang dikuasakan. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan sejati yang bersifat kekal, karena bersumber dari Personalitas Tertinggi dan yang kekal. Perkembengan berikutnya karena keterikatan manusia dengan duniawi, serta perputaran yuga dari Satya yuga sampai Kali yuga, manusia lebih mengutamakan pengetahuan duniawi dengan dalih untuk kesejahteraan umat manusia. Sains modern yang dihasilkan dari olah pikir manusia dengan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan baru. Sesuai dengan sastra ada dua jenis pengetahuan : pengetahuan modern yang bersifat relatif (pengetahuan yang diterima diperguruan tinggi) dan pengetahuan sejati yang bersifat absolut. Dalam upanisad dinyatakan : "<i>tasmai sa hovaca : dve vidye vediavye iti ha sma yad brahmavido vadanti, para vaivapara ca"<b> </b> dua macam pengetahuan hendaknya dimengerti yaitu pengetahuan yang lebih tinggi dan yang lebih rendah (Mundaka upanisad I.1.4). Jelas disebutkan pengetahuan yang lebih tinggi (<i>paravidya</i>) yaitu pengetahuan tentang Brahman, kebenaran mutlak dan <i>aparavidya</i> pengetahuan duniawi yang bersifat relatif. Para ilmuwan umumnya kurang memahami aspek <i>paravidya,</i> dan lebih terbuai dengan <i>aparavidya.</i> Sebagai contoh, biologi adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang kehidupan, banyak kajian tentang bentuk-bentuk jasad(spesies), anatomi-fisiologi, perilakunya dan lainnya yang semuanya masih bersifat kajian material, belum menyentuh tentang sumber atau tenaga rohani yang menyebabkan sesuatu disebut mahluk hidup, yaitu keberadaan sang roh atau tenaga rohani Tuhan(<i>para-prakrti</i>). Tanpa adanya partikel rohani (roh) ini, mahluk hidur tidak akan berkembang. </i>-</b></i></b></div>
<a name='more'></a><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Untuk mendapatkan pengetahuan modern, manusia mempergunakan indria-indrianya dengan melakukan upaya pengamatan secara langsung (empiris) maupun dengan cara analisis, namun karena indria manusia sangat tidak sempurna maka pengetahuan yang dihasilkanya pun kurang sempurna. Dalam <i>Manu Samhita </i>12.105 dinyatakan bahwa : "<i>pratyaksas-canumananca sastranca vividhagamam trayam suviditam karyam dharma-suddhim-abhisata"<b> </b>Jika seseorang ingin mengerti tentang realitas, hendaknya memperhatikan tiga cara(pramana) yaitu; <i>pratyaksa</i> dengan<b> </b>melihat langsung, <i>anumana</i> dengan analisis dan berdasarkan <i>sastra</i> (<i>sabdha</i>) yaitu dengan mendengar langsung dari otoritasnya’. Dibandingkan dengan pratyaksa dan anumana pranama, <i>sabda</i> jauh lebih baik asalkan dari sumber yang benar dan dapat dipercaya, karena akan memperoleh pengetahuan yang asli, seperti halnya untuk mengetahui siapa ayah kita, maka sang ibulah yang punya otoritas sehingga kita percaya penuh apa yang dikatakan ibu dan tidak perlu lagi membuktikan dengan tes DNA. Demikian juga pengetahuan weda hendaknya diterima melalui otoritas, dengan demikian akan mendapatkan pengetahuan yang utuh. Perlu dipahami bahwa ajaran weda bukanlah suatu mistisism, kayalan atau hanya konsep, namun suatu pengetahuan yang mempunyai ketepatan, kebenaran tinggi. Pengetahuan weda pertama kali disabdakan kepada Dewa Brahma pada awal penciptaan, itu berarti peradaban weda telah ada, jauh sebelum disabdakan Bhagavadgita sekitar 5000 tahun yang lalu, namun sampai saat ini masih ada yang menganggap sebagai misteri, dan banyak kalangan hanyalah sekedar karya sastra biasa. </i>– ’</b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Dalam tulisan singkat ini penulis ingin menguraikan secara singkat antara kedua sains tersebut yang meliputi bukti ilmiah peradaban weda serta aspek ilmiah dari ajaran weda itu sendiri seperti ; penciptaan alam semesta, reinkarnasi, keragaman spesies, hubungan karma-penyakit dan lainnya.</b></i></b></div>
<div align="justify">
</div>
<span style="font-size: 0.6em;"> </span><br />
<div align="justify">
<b><i><b>1). Dipresentasikan dalam Forum Diskusi "Sains dan Agama" diselenggarakan oleh Peshraman Raja Vidya, </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Minggu, 30 Oktober 2005, di Aula Institut Hindu Dharma Negeri, Denpasar.</b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>2). Ketua Yayasan Institut Bhaktivedanta Indonesia, dan pengikut Sampradaya Vaisnava. </b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><b>BUKTI ILMIAH PERADABAN WEDA</b></b></i></b></div>
<b><i><b><b></b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan fosil-fosil maupun artefak- alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan bahwa peradaban manusia modern telah ada sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun yang lalu. Bukti-bukti tersebut diungkapkan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan juga penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun. Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti <i>; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution : A Vedic alternative to Darwin’s Theory</i>, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan fosil, artefak- peninggalan berupa kendi, alas kaki, alat masak dan sebagainya yang telah berusia ratusan juta tahun bahkan miliaran tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah. Dari buku-buku tersebut juga ditemukan adanya manipulasi beberapa arkeolog dengan mengubah dimensi waktunya, hal ini bertujuan untuk mendukung teori evolusi Darwin, karena kenyataannya teori evolusi masih sangat lemah. Bukti ilmiah sudah dengan jelas menyatakan bahwa peradaban weda telah ada miliaran tahun. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya perupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. Setiap kali kongres para arkeolog dunia selalu menyampaikan bukti-bukti baru tentang peradaban Barthavarsa purba. Dibawah ini ditampilkan sekelumit dari bukti ilmiah tersebut.</b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><b>Perang Bharatayuda</b></b></i></b></div>
<b><i><b><b></b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin mementukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah. Dari berbagai estimasi maka dibuatlah suatu usulan peristiwa-peristiwa sebagai berikut : </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Sri Krishna tiba di Hastinapura diprakirakan sekitar 28 September 3067 SM </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Bhishma pulang ke dunaia rohani sekitar January 17 Januari 3066 SM</b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Balarama melakukan perjalanan suci di sungai Saraswati pada bulan Pushya 1 Nov. 1, 3067 SM </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Balarama kembali dari perjalanan tersebut pada bulan Sravana 12 Dec. 12, 3067 SM </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Gatotkaca terbunuh pada 2 Desember 3067 SM</b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Dan banyak lagi penanggalan peristiwa-peristiwa penting sudah di kalkulasi.</b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><b>Kota kuno Dvaraka</b></b></i></b></div>
<b><i><b><b></b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan "marine archaeology" dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.</b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><b>Jembatan Alengka</b></b></i></b></div>
<b><i><b><b></b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya jembatan mistrius yang menghubungkan antara India dan Sri Langka sepanjang 30 Km, tampak pula jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1 750 000 tahun angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga. Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.</b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><b>Sungai Sarasvati</b></b></i></b></div>
<b><i><b><b></b> </b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b>Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Rig Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air diwilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra. </b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b>Sebenarnya masih banyak bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan peradaban weda tersebut, sehingga Satya yuga, Tretha yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga dengan durasi sekitar 4 320 000 tahun merupakan suatu sejarah peradaban manusia modern yang memegang teguh perinsip dharma.</b></i></b></div>
<b><i><b><b> </b></b></i></b><br />
<b><i><b><b>KEBENARAN AJARAN WEDA </b></b></i></b><br />
<b><i><b><b>Turunnya Avatara Telah Terdaftar</b></b></i></b><br />
<b><i><b><b><i>tatah kalau sampravritte sammohaya sura-dvisham buddho namnanjana-sutah kikateshu bhavishyati</i>"<i> – </i>Kemudian, pada awal Kali yuga Tuhan akan muncul sebagai Sang Buddha, putra Anjana di propinsi Gaya, dengan maksud mengelabui orang yang iri kepada orang yang setia dan percaya kepada Tuhan (Srimad Bhagavatam 1.3.24)</b><i> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata abhyutthanam adharmasya tadatmanam srjamy aham</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Dalam Bhavisya purana (sejarah masa datang) III.2.23 menyatakan "….<i>ko bhavaanithi tham praaha sahovaacha mudaanwitha eshaputhram cha maam vidhi kumaaree garbha sambahavam aham eesa maseeha nama" -</i> ".. Aku akan lahir sebagai Isa Mahesa/ Esa putra<i>, </i>anak Tuhan dari ibu yang perawan….." Sekitar tiga ribu tahun setelah purana itu ditulis ternyata benar telah muncul Nabi Isa (Yesus) sebagai anak Tuhan yang lahir dari Ibu perawan. Masih dalam purana yang sama III.3.3, dengan jelas dinyatakan "…didaerah meleccha akan muncul guru kerohanian bernama Mahamada…."</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>meleccha merujuk suatu masyarakat dengan peradaban yang sangat merosot dan jauh dari weda, Mahamada akan muncul dengan membawa agama baru. Demikian Nabi Muhamad telah diramalkan dalam purana. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Pada zaman Kali, tahun 1489 (sekitar 500 tahun yang lalu) Personalitas Tuhan kembali menunjukkan kemurahanNya dengan kembali turun ke bumi sebagai seorang brahmana yang masih muda yang bernama Sri Caitanya Mahaprabhu, seperti di ungkapkan dalam Garuda-Purana : <i>kalina dakya mananam paritranaya tanu-bhrtam janma prathama sandhyayam karisyami dvijatisu -</i>Pada awal dari Kali-yuga, Aku akan datang sebagai brahmana yang akan menyelamatkan roh-roh yang jatuh sebagai akibat pengaruh jelek dari Kali-yuga. Masih dalam purana yang sama dinyatakan<i> "aham purno bhavisyami yuga-sandhyau visesatah mayapure navadvipe bhavisyami sachi sutah –</i> Aku akan lahir sebagai putra Sachi di Navadvip- Mayapur. Banyak lagi purana yang menyebutkan avatara Beliau di zaman Kali. Ternyata itu adalah suatu realitas ciri-ciri yang disebutkan dalam sastra yang ditulis 5000 tahun yang lalu ternyata benar adanya. Tuhan ber-inkarnasi sebagai brahmana belia yang mengajarkan metode untuk memutus rantai kelahiran –kematian (reinkarnasi) pada Kali-yuga ini dengan cara mengucapkan nama suci Tuhan, ajaran tersebut diteruskan kepada murid-murid Beliau, demikian seterusnya melalui rangkaian garis perguruan weda (parampara), sampai saat ini parampara tersebut masih eksis.</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Dengan beberapa bukti sastra tersebut jelas kebenarannya purana tersebut tak terbantahkan lagi, karena yang menyusun purana, Srila Vyasadeva adalah roh yang agung yang telah mencapai kesempurnaan, mengetahui masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (trikala jna). Dari beliaulah sampai saat ini kita semua mendapatkan pengetahuan sejati. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Masih banyak sekali peristiwa yang terjadi yang telah ditulis 5000 tahun yang lalu, dan telah menjadi kenyataan seperti munculnya Sankaracarya, Nabi Musa, Ratu Victoria dan sebagainya. Dari bukti-bukti tersebut diatas jelas bahwa apa yang tercantum dalam purana-purana telah meramalkan peristiwa-peristiwa penting lainnya termasuk jadwal Tuhan akan turun lagi atau mengutus roh-roh yang agung untuk turun dengan misi tertentu. Bhagavadgita merupakan sabdha suci dari Personalitas Tertinggi menjelang Kali-yuga, sebagai sumber pengetahuan rohani (<i>paravidya</i>), sudah jelas dimana disabdakan, kapan disabdakan, berapa lama disabdakan, siapa saja yang mendengar sabda tersebut. Peristiwa tersebut ditulis kembali oleh Srila Vyasadeva.</i></b></i></b></div>
<b><i><b><i><b> </b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b>Kosmologi : Penciptaan dan Sistem Planetarium</b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b></b> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>Kapan alam semesta diciptakan, berapa umur alam semesta dan siapa mahluk hidup yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan. Para ilmuwan sampai saat ini belum menemukan jawaban atas pertanyaan diatas. Proses penciptaan alam semesta, oleh para ilmuwan masih sangat percaya dengan teori ‘Big Bang’ sebagai awal penciptaan alam semesta. Kaum materialis yakin bahwa alam semesta adalah kekal selamanya (tidak diciptakan). Didapatkan bukti dari teori Big Bang bahwa alam semesta berawal dari ledakan besar yang kemudian terjadi tebaran planet-planet akibat turunnya suhu secara drastis, sayangnya para ilmuwan belum bisa menjawab mengapa hasil ledakkannya bergerak demikian teratur dan siapakah yang ada dibalik ledakan besar tersebut ?. Para ilmuwan tidak memahami kehendak dibalik penciptaan yang demikian rumit, terlalu sulit bila dikatakan hanya sebagai peristiwa kebetulan saja, dan tidak dapat memahami rancangan agung Sang Pencipta (Tuhan), karena tidak memahami tenaga rohani dan tenaga material Beliau dari sumber sastra. Model ‘Big Bang’ sampai saat ini menjadi misteri.</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Dalam Bhagavata Purana skanda 3 telah disebutkan proses penciptaan secara lengkap dimulai dari ekspansi Personalitas Tuhan sebagai Maha-visnu (Karanadakasayi Visnu) yang berbaring di lautan karana. Dari badan Mahavisnu diciptakan planet-planet duniawi berupa miliaran gelembung-gelembung dari tubuh Beliau, jadi telah dinyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat, sedang para ilmuwan modern baru dapat membuktikan dunia ini bulat sekitar abad 14. Lautan karana (penyebab) berada di luar angkasa material dan dalam alam semesta ciptaanNya mengapung miliaran balon-balon alam semesta. Semua alam semesta ini keluar dari pori-pori kulit Maha-Visnu pada saat Beliau menghembuskan nafas. Di luar lautan karana ini terbentang angkasa rohani dari <i>Brahmajyoti</i> yang luasnya tak terbatas. Miliaran alam semesta tersebut tersusun demikian rapinya, dengan tenaga materialNya(apara-prakrti) planet-planet tersebut bergerak dengan garis edar yang sudah diatur. Dalam Rig Veda dinyatakan "<i>suryaha jagat guru gurutvaakarshan</i>" – "Matahari adalah sebagai guru, matahari sebagai pusat dari planet." Jelas dimaksud adalah perputaran yang heliosentris. Para ilmuwan modern baru membuktikan perputaran planet secara heliosentris sejak abad 15 oleh Galileo, sebelumnya adalah geosentris. Berikutnya Personalitas Tuhan berekspansi ke masing-masing alam semesta dalam wujud Garbhodakasayi Visnu berbaring di lautan Garbhodaka, dari pusarNya tumbuh bunga padma, dari bunga padma inilah muncul kehidupan pertama yaitu Dewa Brahma yang ada pada setiap alam semesta, Dewa Brahma akan melanjutkan ciptaan-ciptaan lainnya karenanya Dewa Brahma disebut sebagai pencipta kedua. Dalam setiap alam semesta terdapat Dewa Brahma yang berbeda yang bertugas penciptaan lebih lanjut di alam semesta tertentu. Dewa Brahma dikuasakan untuk menciptakan seluruh spesies dan berbagai susunan planet di alam semesta. Dari Dewa Brahma tercipta Parajapati, Rsi-rsi agung dan manu leluhur manusia; Swayambhu serta beraneka jenis mahluk yang lebih rendah. Jumlah seluruh spesies kehidupan adalah sekitar 4 800 000 spesies. Selanjutnya Tuhan berekspansi menjadi Kriodakasayi Visnu yang akan berada dalam setiap mahluk hidup ciptaanNya sebagai Paramatma. Itulah secara singkat proses penciptaan alam semesta ini, semua yang terjadi atas kehendak dari "<i>The Grand Designer</i>", bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Dalam purana dinyatakan bahwa 1 hari Dewa Brahma (1 kalpa) adalah 1000 x putaran 4 yuga (1728000 + 1296000 + 864000 + 432000) = 4320 X 106 tahun. Total usia alam semesta adalah 100 kali umur Dewa Brahma atau sekitar 311 triliun 40 miliar tahun. Namun demikian planet Dewa Brahma (satya loka) sebagai planet tertinggi, namun bersifat halus dan jauh lebih tinggi kwalitasnya dibandingkan dengan planet bumi. Satya-loka masih berada dalam angkasa material, sehingga Dewa Brahma tetap dipengaruhi oleh hukum-hukum alam yaitu hukum kelahiran dan kematian. Para ilmuwan saat ini sedang mencari kapan alam semesta diciptakan, dan berapa umur alam semesta, dan siapa mahluk penghuni pertama alam semesta ini. Purana telah menjawabnya.</i></b></i></b></div>
<b><i><b><i><b> </b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b>Keragaman Spesies</b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b></b> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>Teori evolusi yang menyatakan bahwa nenek moyang kita adalah berasal dari kera, seolah-olah telah menjadi kebenaran di seluruh lapisan masyarakat. Anak-anak sekolah sudah sangat akrab dengan pernyataan "manusia berasal dari spesies kera", kalau dibiarkan hal ini akan sangat meracuni umat manusia dengan lunturnya keyakinan (sradha) terhadap Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta. Menurut Bhagavadgita bahwa kehidupan atau sang roh itu adalah kekal, keaneka ragaman badan-badan material (biodiversity) berupa mahluk hidup dari tingkat yang sangat sederhana yaitu mahluk bersel satu, parasit, tumbuh-tumbuhan, aneka hewan, sampai manusia merupakan badan-badan material yang telah diciptakan secara utuh yang siap dihuni oleh sang roh. Sang roh akan mendapat badan material tertentu berdasarkan karma dan kesadaran yang dimilikinya pada kehidupan yang lalu. Srila Prabhupada, selalu mengutip sloka Purana dibawah ini yang menjelaskan keaneka ragaman spesies kehidupan yang menjadi terminal perjalanan sang roh : </i></b></i></b></div>
<b><i><b><i><i> </i></i></b></i></b><br />
<div align="center">
<b><i><b><i><i>asitim caturas caiva laksams tan iva-jatisu</i></i></b></i></b></div>
<div align="center">
<b><i><b><i><i>bhramadbhih purusaih prapyam manusyam janma paryayat</i></i></b></i></b></div>
<div align="center">
<b><i><b><i><i>tad apy aphalatam jatah tesam atmabhimaninam</i></i></b></i></b></div>
<div align="center">
<b><i><b><i><i>varakanam anasritya govinda-carana-dvayam</i></i></b></i></b></div>
<b><i><b><i><i></i> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>"Seseorang mencapai bentuk kehidupan manusia setelah bertransmigrasi melalui 8 400 000 spesies kehidupan dengan proses evolusi kesadaran secara gradual. Bahwa bentuk kehidupan manusia dilupakan sehingga menjadi orang yang kurang cerdas dan angkuh yang tidak mau berlindung di kaki padma Govinda (Krishna)." (Brahma-vaivarta Purana).</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Dalam Padma Purana menyatakan "Ada 900 000 spesies hidup yang hidup di air; 2 000 000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan; 1 100 000 spesies serangga; 1 000 000 spesies kehidupan burung ; 3 000 000 spesies binatang buas; dan 400 000 spesies kehidupan manusia."</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Proses perkembangan dan perjalanan sang roh melalui 8.400.000 spesies, yang telah berlangsung sejak miliaran tahun yang lalu. Seperti diketahui bahwa jiwa/roh adalah partikel rohani(non-material) yang merupakan jati diri kehidupan. Bila partikel rohani tersebut meninggalkan badan, maka apapun kehebatan badan material tersebut tidak ada artinya lagi. His Holiness Bhaktisvarupa Damodara Swami (DR. TD Singh) menyebut partikel rohani tersebut dengan nama ’spiriton’ yaitu suatu tenaga rohani (para-prakrti) yang memiliki sifat sama dengan Tuhan yaitu kekal, berpengetahuan dan penuh kebahagiaan. Partikel rohani ini merupakan kesadaran murni, yang oleh karena keterikatan dengan sifat alam mendapatkan beraneka badan material. Spiriton (roh) bertransmigrasi dari satu badan ke badan lain, dan terkurung dalam penjara-penjara badan. Sifat alam semesta yang disebut <i>triguna</i> yaitu : <i>sattva-guna</i> (sifat kebaikan), <i>rajo-guna</i> (sifat nafsu) dan <i>tamo-guna</i> (sifat kebodohan). Pengaruh ketiga sifat alam tersebut akan mempengaruhi kesadaran kita, kesadaran pada saat perpindahan sang roh akan sangat menentukan badan-badan yang akan kita peroleh pada kehidupan berikutnya. Sama halnya seperti mencampur warna dasar (biru, merah dan kuning), dari berbagai konsentari warna dasar tersebut akan memperoleh jutaan corak warna yang beraneka ragam. Demikian juga atas pengaruh 3 sifat alam material akan menentukan badan yang akan diperoleh. The Grand Designer, personalitas tertinggi Tuhan, telah merancang pengaturan hukum alam tersebut. Menurut Bhagavad-gita (14.5), "<i>sattvam rajas tama iti gunah prakirti-sambhavah</i> …" – Alam material terdiri dari tiga sifat ; kebaikan (satwik), nafsu (rajasik) dan kebodohan (tamasik). Mahluk hidup diikat oleh sifat-sifat tersebut dan sulit dikendalikan……". Teori evolusi Darwin secara arkeologis, genetika dan biomolekuler tidak terbukti, bahkan Darwin sendiri mengatakan bahwa teorinya masih sangat lemah dan perlu pembuktian dimasa mendatang.</i></b></i></b></div>
<b><i><b><i> Kelemahannya adalah karena tidak menyertakan pemahaman tentang sang roh dalam kajian tersebut. Sebenarnya bukanlah evolusi fisik yang terjadi tetapi evolusi spiritual yang akan menentukan badan-badan material yang didapat. Namun teori Darwin sangat didukung oleh paham materialis-atheis seperti ; Marx, Plank, S Freud dan lainnya. <b> </b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b>Bukti Ilmiah Reinkarnasi</b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b></b> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>Reinkarnasi (samsara) adalah transmigrasi sang roh dari badan ke badan lainnya, tidak ada informasi yang paling lengkap kecuali dalam weda. Beberapa bukti ilmiah tentang adanya reinkarnasi telah diungkapkan oleh beberapa peneliti dengan berbagai metode pendekatan ilmiah. Beberapa buku seperti <i>Children Past Lives</i>, <i>Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, Where Reincarnation and Biologiy Intersect, </i>memperkenalkan hasil penelitian Dr. Ian Stevenson, dari Universitas Virginia, Amerika, tentang bukti-bukti yang berhubungan dengan adanya kehidupan masa lalu dan reinkarnasi. Demikian juga website diinternet tentang reinkarnasi sangat banyak dijumpai yang menyediakan informasi tentang kehidupan masa lalu dan reinkarnasi. Reinkarnasi dalam pengertian hukum positip sulit dibuktikan sebagai suatu kenyataan ingatan kehidupan masa lalu, karena kemampuan daya ingat otak manusia sangat terbatas. Namun dalam keadaan tertentu, tanpa disadari atau terjadi perubahan kesadaran maka ingatan dibawah sadar tersebut akan muncul kepermukaan, dan dapat menguraikan dengan jelas tentang pengalaman-pengalaman pada kehidupan sebelumnya. Buku buku diatas telah mencatat kasus kasus kehidupan masa lalu seseorang, terutama pada anak-anak dibawah tiga tahun. Dalam keadaan hipnosa, kesadarannya menurun namun dapat mengungkapkan secara terperinci pengalaman-pengalaman kehidupan masa lalunya. Kemudian cerita yang diungkapkan tersebut dilakukan <i>cross check </i>dengan menelusuri, nama tempat tahun atai alibi-alibi lainnya, ternyata banyak benarnya. Ian Stevenson telah meneliti lebih dari duaribuan anak dari berbagai belahan dunia. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Salah satu kasus yang paling bagus pembuktian kebenarannya yaitu seorang gadis muda dari India bernama Shanti Devi, yang tinggal di Delhi (lahir tahun 1926) yang pada umur tiga tahun mulai mengingat dan bercerita tentang hal-hal dari kehidupan masa lalu di kota Muttra yang jauhnya delapan puluh mil. Dia mengatakan bahwa dirinya dinikahi seorang saudagar kain, melahirkan seorang anak laki-laki dan meninggal dunia sepuluh tahun kemudian, dan banyak pernyataan yang diceritakan secara detail tentang kehidupan masa lalunya sampai ia berumur 9 tahun. Pernyataan-pernyataan itu direkam. Peneliti merencanakan kunjungannya ke Muttra, tempat keluarga yang sering disebut oleh Shanti Devi, dan menyaksikan bahwa ia benar-benar mengenali sanak saudaranya yang lain dimasa lalu, mengetahui dengan detail jalan kerumahnya yang dahulu dikenalinya, dan bahkan mengungkapkan bahwa ada uang yang disembunyikannya di dalam rumah tersebut. Tempat persembunyiannya ditemukan dan bekas suaminya mengakui dia telah memindahkan uang tersebut. Jadi apa yang diceritakan oleh Shanti Devi itu memang benar-benar nyata. Sekitar 200 kasus yang diungkapkan dalam bukunya yang berhubungan dengan reinkarnasi. Demikian juga adanya cacat fisik dan kelainan prilaku dapat terjadi dari peristiwa kehidupan masa lalu seperti ; seseorang sangat takut dengan air sungai, ternyata pada kehidupan masa lalunya orang tersebut meninggal karena tenggelam. Demikian juga dengan penyakit dan cacat fisik yang diderita saat ini tidak lepas dari karma pada kehidupan yang lalu. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Banyak lagi ilmuwan barat yang telah membuktikan melalui pengamatan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah adanya reinkarnasi. Raymond A Moody dalam bukunya yang berjudul "<i>Life after life</i>", menceritakan banyak pengalaman seseorang pada saat menjelang kematian (near-death experience) atau pengalaman diluar tubuh. Richard Webster telah menyusun suatu pedoman untuk mengetahui adalanya ingatan kehidupan masa lalu (past-life memories) yang cukup akurat. Ada bermacam-macam metode digunakan untuk mengetahui kehidupan masa lalunya, seperti: <i>Ingatan spontan,</i> khususnya anak-anak, ingatan muncul begitu saja tanpa diketahui asal-usulnya. <i>Ingatan yang dipicu </i>(triggered recall);<b> </b>ngatan dialami dengan cara yang sama seperti diatas, namun dipicu oleh suatu peristiwa. Peristiwa tersebut bisa apa saja yang tampaknya mengingatkan seseorang akan sesuatu bagian yang penting dari ingatan masa lalunya. <i>Melalui mimpi;</i> seseorang sering kali mendapatkan mimpi berulang-ulang yang sama sekali tidak tampak seperti mimpi biasa, atau bermimpi yang diluar pengalaman hidupn saat ini, dan kadang mimpi itu berkelanjutan. Mimpi adalah munculnya ingatan-ingatan kehidupan masa lalu dari bawah sadar, dan banyak lagi metode untuk membuktikan adanya kehidupan masa lalu. Kini banyak pakar mengembangkan pengobatan untuk beberapa penyakit yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu (past life memory) yang disebut <i>past life therapy</i> dan <i>hypnotherapy</i>. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Jadi reinkarnasi bukanlah merupakan mitos atau mistik namun realitas pengetahuan yang lengkap tentang perjalanan panjang sang roh (spiriton). Banyak pakar dari barat mengatakan bahwa weda adalah himpunan pengetahuan yang sangat lengkap, bukan sebagai buku saku. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
</div>
<b><i><b><i><b> </b></i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i><b>Karma sebagai Penyebab Utama Penyakit</b></i></b></i></b></div>
<b><i><b><i><b></b> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>Kemajuan ilmu kedokteran demikian pesatnya, penyakit yang dahulu tidak diketahui penyebabnya, kini telah ditemukan bahkan sampai pada tingkat molekuler atau tingkat DNA. Setiap kelaianan pada bagian tertentu dari untaian DNA dapat mengakibatkan gangguan terbentuknya protein seperti enzim, antibodi, hormon dan mediator lainnya, yang akhirnya dapat menimbulkan penyakit-penyakit tertentu seperti kerentanan terhadap infeksi, kelainan bawaan, penyakit gangguan mental, penyakit degeneratif, gangguan imunologis dan sebagainya. Mutasi gen, itulah jawabah yang samapi saat ini sering diungkapkan. Memang sudah dilakukan suatu proyek besar tentang pemetaan gen dari masing masing penyakit. Kembali muncul pertanyaan yang paling mendasar; "Kenapa pada seseorang terjadi gangguan untaian DNA atau mutasi, kenapa pada orang yang lain tidak. ?" Jawaban sementara karena faktor genetik dan pengaruh lingkungan seperti radiasi, nutrisi, polutant, bahan kimiawi dan sebagainya. Pengetahuan modern tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut secara tuntas, kekuatan dari siapakah yang melakukan mutasi pada DNA tersebut ?." Susunan tubuh manusia begitu rumit, jaringan fungsional tubuh manusia terdiri dari sel-sel, dalam setiap sel terdapat inti, dalam inti terdapat suatu pabrik yang amat rumit, seperti juga susunan alam semesta. Pabrik-pabrik dalam inti sel tersebut bekerja dengan teratur sekali sehingga dapat menjaga keseimbangan tubuh. Karena demikian rumitnya, sangat tidak masuk akal kalau hal tersebut terjadi akibat evolusi, apalagi dikatakan terjadi kebetulan. Ada suatu rencana yang agung oleh pencipta yang Maha Mengetahui terhadap hasil ciptaanNya. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Adil yang tahu persis, kenapa untaian gen pada seseorang dilakukan manipulasi olehNYA, sehingga mendapatkan penyakit tertentu. Dalam Bhagavadgita Sri Krishna menyatakan "Akulah yang mengendalikan dunia rohani dan dunia material, segala sesuatu bergerak atas perintahKu. Itulah karma seseorang. Berdasarkan Bhagavata purana ada tiga penyebab utama penderitaan : <i>adhidaivika-klesa</i> ; penderitaan yang disebabkan para penguasa dunia(Dewa) seperti gempa bumi, kemarau, kekeringan, bencana alam lainnya, <i>adhibhautika-klesa </i>; penderitaan yang disebabkan oleh mahluk yang lain seperti virus, parasit, kuman, serangga, musuh dan lainnya serta <i>adhyatmika-klesa </i>; penderitaan oleh badan dan pkiran sendiri seperti sakit mental dan fisik, semuanya itu bersumber dari energi transedental (Bhagavatam 5.14.25). Sepereti telah dijelaskan diatas bahwa badan material merupakan simbol penderitaan, spesies manusia ada 400 000 jenis berdasarkan kesadarannya yang bermanifestasi pada badan jasmani dengan berbagai jenis penyakit. Segala yang ada di planet material dipengaruhi oleh hukum alam (cosmic justice) yaitu "Dharma – Karma – Samsara" : pelanggaran dan tindakan kita (karma) terhadap ajaran yang telah ditetapkan (dharma), pada saatnya kelahiran berikutnya akan mendapatkan hukuman (samsara) dengan memperoleh badan-badan yang sesuai. Seperti itulah rangcangan Personalitas Tuhan dalam menciptakan alam semesta dan semesta dalam tubuh manusia yang demikian rumit, hanya dengan sedikit menggeser komponen dalam gen(kromosom) akan menyebabkan gangguan pada badan dengan segala manifestasi penyakit. Karma kita pada kehidupan masa lampau dengan penyakit yang diderita saat ini sudah merupakan kesesuaian yang mutlak oleh seorang hakim yang Maha agung dan Maha adil. Hubungan karma masa lalu dengan penyakit yang akan diderita telah banyak disebutkan dalam beberapa purana. Sebagai salah satu contoh, Garuda Purana 5.3 "<i>brahmaha ksayarogi syad go-ghnah syat-kubjako jadah kanya-ghati bhavet kustho trayas candala yonisu </i>", - "Pembunuh brahmana akan menderita sakit paru-paru, mereka yang membunuh sapi menjadi orang yang punggungnya menonjol dan pandir, mereka yang membunuh gadis akan menjadi lepra, ketiganya lahir sebagai candala." Masih dalam purana yang sama disebutkan : "Orang yang sombong dengan fisiknya yang kuat dan menyalahgunakan kekuatannya untuk menindas dan berkelahi dengan orang lain akan mendapatkan badan epilepsi. "Orang yang membakar rumah dan menyebabkan orang lain meninggal, akan mendapatkan penyakit demam dan pembengkakan pada kulit serta luka melepuh pada kulit yang serius, "Orang membenci anak, membunuh dan menyakiti anak-anak akan mendapatkan badan yang mandul (infertil).</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Masih banyak dijumpai hubungan karma masa lalu dengan penyakit yang diderita saat ini, hal yang perlu diketahui bagaimana kita supaya tidak mendapatkan badan-badan yang penuh penderitaan, bahkan tujuan utama pengembaraan sang roh adalah untuk mencapai kebahagian yang sejati sebagai pelayan kekal (nitya sidha prema) Personalitas Tuhan.</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
</div>
<b><i><b><i><b> </b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b>TUJUAN MEPELAJARI WEDA</b></i></b></i></b><br />
<b><i><b><i><b></b> </i></b></i></b><br />
<div align="justify">
<b><i><b><i>Tujuan ilmu pengetahuan modern adalah mensejahterakan dan perdamaian umat manusia dalam level badan material yaitu dari lahir sampai mati dan dalam ruang alam material, belum pada level kesejahteraan dan perdamaian yang abadi. Tujuan utama paravidya adalah untuk mencapai pembebasan atau kembalinya mahluk hidup sebagai pelayan kekal Personalitas Tuhan di dunia rohani, disanalah kebahagiaan dan perdamaian yang kekal. Dalam Bhagavadgita dinyatakan ‘<i>ye tu dharmamrtam idam yathoktam paryupasate sraddadhana mat-parama bhaktas te ‘tiva me priyah</i>’ - Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini, tekun sepenuhnya dengan keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai <b>tujuan tertinggi.</b> (12.20). Dalam sastra telah dinyatakan bahwa kita sebenarnya adalah pelayan kekal personalitas Tuhan YME (<i>nitya sidha</i>), namun kita melupakan hubungan tersebut dan sangat terikat dengan keinginan duniawi, sehingga kita dilahirkan berulang kali. Sri Krishna telah mengingatkan kepada kita hanya dengan bhakti Aku bisa didekati (<i>bhaktya man abhijanathi</i> – Gita 18.55). Srimad Bhagavatam telah menguraikan tentang 9 cara bhakti mulai dari yang paling sederhana ; mendengarkan, mengucapkan, memikirkan sampai menyerahkan diri sepenuhnya. </i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Sains modern (aparavidya) tidak menyentuh hal-hal yang bersifat transedental tentang sang roh dan tujuan kehidupan yang sebenarnya, paravidya sudah jelas bertujuan untuk membebaskan sang roh (spiriton) dari siklus kelahiran dan kematian, menginsafi jati diri kita sebagai pelayan kekal dari Personalitas Tuhan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan terhadap Personalitas Tuhan itulah bhakti yoga. Personalitas Tertinggi Sri Krishna dalam Bhagavadgita berpesan :<b> </b><i>janma karma ca me divyam vam yo vetti tattvatah tyakta devam punar janma naiti mam eti so ‘rjuna. -</i> Orang yang mengenal sifat rohani, kelahiran dan kegiatanKu, tidak akan lahir lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggalKu yang kekal.(Bg 4.9). Itulah tujuan tertinggi dalam perjalanan sang roh adalah mencapai pembebasan, hanya dengan bhakti Aku bisa didekati, demikian pesan Bhagavadgita dalam bab terakhir. Diantara lima ajaran utama wedanta : isvara, jivatman, prakrti, kala dan karma, hanya karma-lah yang disa diubah tergantung pada keinginan kita. Pada dasarnya sang roh mempunyai sifat yang sama dengan sumbernya : sat-kekal, cit-penuh pengetahuan dan ananda-penuh kebahagiaan, sang roh juga diberi kebebasan dalam memilih (free will), namun kebebasan tersebut tidak digunakan dengan baik, kita begitu terikat, sehingga kita kembali dilahirkan berulang kali ke dunia ini. Dengan pemahaman tentang reinkarnasi tersebut maka model pendekatan spiritual (spiritual care) perlu dikembangkan terhadap seseorang yang menderita sakit terutama penyakit terminal, sakit yang tidak mungkin dapat diobati dengan pengobatan modern. Walaupun tujuannya bukan untuk kesembuhan badan, namun untuk sang roh, dengan sisa waktu untuk menunggu perpindahan sang roh perlu dilakukan intervensi dengan mengubah kesadaran penderita, sehingga penderita dapat menerima penderitaannya sebagai suatu karma dan kemudian sepenuhnya sadar akan jati diri yang sebenarnya sebagai roh, dan mulai mengembangkan cinta bhakti rohani kepada Personalitas Tuhan, dengan selalu mengingat lila rohani Tuhan dan mengucapkan nama suci Tuhan. Sehingga pada saat sang roh meninggalkan badan, kita selalu ingat dan menyebut nama suci Beliau, itulah yang disebut kematian dengan bermartabat (death with dignity). Sri Krishna berpesan "pada saat meninggal engkau ingat kepadaKu, maka engkau tidak akan kembali dilahirkan lagi" Untuk memperoleh kesadaran seperti itu, maka mulailah seseorang dilatih dalam dalam bhakti-yoga dengan mengucapkan nama suci Tuhan, karena hal ini sudah direkomendasi oleh sastra weda sebagai kegiatan keagamaan yang utama untuk menghadapi Kali yuga ini.</i></b></i></b></div>
<div align="justify">
<b><i><b><i>Itulah esensi ajaran weda, pengetahuan sejati, kebenarannya telah teruji yang mengantarkan kita kepada pemahaman akan jati diri yang sebenarnya. Kehidupan sebagai manusia merupakan karunia yang luar biasa, karena diberikan kesadaran yang lebih dibandingkan dengan mahluk lainnya. Dalam sloka awal dari wedanta-sutra menyatakan : "<i>atatho brahma jijnasa"</i> sudah saatnya kita memahami Brahman, Personalitas Tuhan sebagai sumber segala dunia material maupun rohani, sebagai sumber segala pengetahuan. Sabdha merupakan metode yang paling unggul dalam menerima pengetahuan, yang berati disampaikan langsung melalui sumber yang otoritas sehingga pengetahuan yang murni akan sampai kepada kita. Seperti itulah sistem peradaban weda dalam menerima pengetahuan melalui rangkaian garis guru kerohanian (parampara), kalau tidak demikian kita akan larut dalam situasi yang menghayalkan, penuh spekulasi. Dalam sastra ada 4 garis perguruan rohani salah satunya adalah Brahma-Gaudya Vaisnava Sampradaya. International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Indonesia dikenal dengan Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia (SAKKHI) merupakan kelanjutan dari Sampradaya tersebut yang didirikan oleh AC Bhaktivedanta Swami Prabhupada secara Internasional sejak tahun 1965 di Amerika. </i></b></i></b></div>
<b><i><b><i></i><b>- </b>Kapanpun, dimanapun pelaksanaan darma merosot, dan hal yang bertentangan dengan darma merajalela, pada waktu itu AKU sendiri menjelma, wahai putra keluarga Bharata.(Gita 4.7). Sloka tersebut merupakan pernyataan Personalitas Tuhan kehendakNya untuk turun ke bumi. Bhagavadgita dan beberapa purana lainnya seperti; Bhagavata purana, Bhavisya purana ditulis oleh, Srila Vyasadeva sebagai <i>Saktyavesa</i> avatar dari Tuhan, sekitar 5000 tahun yang lalu. Dari sloka diatas menunjukkan bahwa Personalitas Tuhan akan langsung turun dari dunia rohani yang kekal (Goloka vrindawan) atau mengirim utusan-utusan yang dikuasakan ke planet bumi. Benarkah hal itu terjadi ?. Turunnya Tuhan ke planet material disebut avatara, dikenal ada beberapa avatara seperti : <i>Purusha</i>, <i>Lila</i>, <i>Guna</i>, <i>Yuga</i>, <i>Manavatar</i>, dan <i>Shaktyavesa</i> avatara. Semua avatara dan jadwal turunNya Personalitas Tertinggi Tuhan tersebut telah dicantumkan secara lengkap dalam Bhagavata purana dan Bhavisya purana. Apa yang tertera dalam purana tersebut ternyata benar terjadi. Personalitas Tuhan telah berkali-kali turun ke dunia material dari tempat tinggal Beliau yang kekal, selain Beliau sendiri yang turun dapat juga mengutus roh-roh yang agung untuk tujuan tertentu yang dikuasakan penuh (<i>saktyavesa</i>) seperti Srila Vyasadeva, Bhuda, Nabi Isa (Yesus), Nabi Muhamad, Sri Caitanya Mahaprabhu, Sankaracarya dan sebagainya. Seperti kemunculan Buddha dinyatakan "</b></i> </b><br />
<div align="right">
<b>(Hamba lahir dalam kebodohan yang paling gelap, kemudian Guru Kerohanian hamba membuka </b></div>
<div align="right">
<b>mata hamba dengan pelita pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada Beliau)</b></div>
<b></b><br />
<div align="center">
</div>
</div>
<div class="postmetadata">
Posted in <a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/category/uncategorized/" rel="category tag" title="View all posts in Uncategorized">Uncategorized</a> | <a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/2007/02/verifikasi-saintifik-pengetahuan-weda/#respond" title="Comment on VERIFIKASI SAINTIFIK PENGETAHUAN WEDA">No Comments »</a></div>
<div class="post" id="post-5">
<h2>
<a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/2007/02/bunuh-diri-dari-perspektif-karma-dan-reikarnasi/" rel="bookmark" title="Permanent Link to BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF KARMA DAN REIKARNASI">BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF KARMA DAN REIKARNASI</a></h2>
<small>February 1st, 2007 by iskcon-surabaya</small> <br />
<div class="entry">
<h1>
<b><span style="font-size: 1.4em;">BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF KARMA DAN REIKARNASI</span> </b><b></b></h1>
<div class="MsoNormal">
<b> </b></div>
<b></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal">
Made Wardhana</div>
<div class="MsoNormal">
<b> </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
<b>PENDAHULUAN </b></div>
<b></b><br />
Meningkatnya kejadian bunuh diri di kalangan anak dan remaja, mirip burung kenari yang berfungsi sebagai sentinel dalam terowongan tambang batu bara. Kematian burung merupakan tanda sedikitnya oksigen. Bunuh diri pada remaja itu merupakan barometer adanya suatu ketidakmampuan anak dan remaja dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, kurangnya mekanisme koping yang dimiliki dalam mengatasi stres. Hal ini juga menjadi bukti dari kegagalan para orang tua dan pendidik untuk membekali anaknya dengan keterampilan hidup.<br />
Bunuh diri pada remaja erat kaitannya dengan kekacauan dalam keluarga<a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/images.jpg"><img alt="Images" border="0" height="161" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/images.jpg" width="140" /></a> yang berkepanjangan, kekerasan (verbal, motorik dan emosional) dalam keluarga, penolakan anak oleh orang tua serta ketidakmampuan orang tua mengembangkan keterampilan anak dalam mengatasi berbagai masalah stresor. Anak dan remaja berisiko lebih besar untuk bunuh diri bila mereka dibanjiri oleh situasi yang kacau, penganiayaan dan pengabaian. Hasil dari <i>eksposure </i>penganiayaan dan kekerasan pada anak dan remaja terus menerus dapat menampilkan perilaku agresif, mencederai diri dan perilaku bunuh diri. <br />
Prevalensi bunuh diri pada anak dan remaja dalam satu tahun antara 1,7 - 5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0 - 7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja disebabkan karena bunuh diri. Keberhasilan bunuh diri pada remaja laki-laki 5 kali lebih besar dibandingkan wanita, meskipun untuk percobaan bunuh diri pada remaja wanita 3 kali lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki. Ide-ide bunuh diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba (impulsif) tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan puncak dari kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan.<br />
Bunuh diri pada anak dan remaja sering berhubungan dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus yang mendahului tindak bunuh diri pada anak dan remaja umumnya karena:<br />
* Konflik dan pertengkaran dengan anggota keluarga (adik, kakak atau orang tua).<br />
* Menghindari atau antisipasi terhadap hukuman, misal dari orang tua, guru atau polisi karena<br />
kesalahan yang dibuatnya.<br />
* Kehilangan muka atau dipermalukan di depan teman-temannya.<br />
* Pertengkaran dengan pacar atau putus cinta.<br />
* Kesulitan di sekolah baik akademis, hubungan interpesonal atau keuangan.<br />
* Perpisahan dengan orang yang berarti bagi dirinya.<br />
* Penolakan baik oleh orang tua, teman atau lingkungannya.<br />
Dari kenyataan di atas beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan disarankan antara lain memberikan pengetahuan dan keterampilan pada orang tua dan guru <a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/edila21.jpg"><img alt="Edila21" border="0" height="276" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/edila21.jpg" width="196" /></a> tentang bunuh diri pada anak dan remaja serta faktor-faktor yang terkait, agar dapat dilakukan pencegahan. Selain itu perlu pula dilakukan penelitian untuk mengetahui "Adakah hubungan antara maraknya berita-berita bunuh diri pada anak dan remaja di media <br />
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus bunuh diri pada anak dan remaja?" Bila ini terbukti, berita seperti apa yang berpengaruh?***<br />
Penelitian yang dilakukan terhadap 39.000 orang, ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak, keputusasaan dan bunuh diri telah dimulai pada usia yang semakin lama kian dini (semakin muda). Dari penelitian itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus-kasus depresi dan bunuh diri erat kaitannya dengan situasi krisis (politik, sosial, ekonomi dan moral), pengangguran, kemiskinan, persaingan yang keras dan kriminalitas.<br />
<div class="MsoNormal">
Kegagalan dalam dalam menangani kasus percobaan bunuh diri adalah sangat mendasar adalah belum memahaminya konsep dan arti hidup ini secara mendalam. Dengan kata lain usaha usaha yang dilakukan untuk meminimalisasi kasus bunuh diri hanyalah dari aspek badaniah dan emosional saja belum menyentuh hal yang secara lengkap sebagai individu. Pemahaman sang roh sebagai sumber kehidupan belum dieksplorasi secara lengkap seperti; siapa diri kita, kenapa terjadi penderitaan duniawi ini, apa itu reinkarnasi atau transmigrasi sang roh, bila melakukan sesuatu saat ini bila kemudian hari berreinkarnasi kembali, badan apakah yang akan didapat. Dan sebagainya.</div>
<div class="MsoNormal">
Dalam makalah singkat ini akan diuraikan secara singkat tentang perjalanan sang jiwa dengan mengendarai badan-badan material ini dan badan apa yang didapatkan kelak bila seseorang yang melalukan bunuh diri.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<b>SANG ROH DAN REINKARNASI </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
Reinkarnasi, samsara, atau punarbawa bukanlah istilah yang dimiliki oleh golongan masyarakat tertentu, tetapi sudah menjadi milik universal. Kalau dahulu banyak yang menganggap reinkarnasi merupakan tahayul atau mistik, namun saat ini sudah merupakan istilah yang umum digunakan dimana-mana. Apalagi setelah banyak ilmuwan melakukan penelitian ilmiah tentang reinkarnasi. Penelitian ilmiah tentang reinkarnasi mungkin akan melahirkan paradigma baru terhadap fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui teori ilmiah saat ini. Seperti keaneka ragaman bentuk makhluk hidup, kemampuan bawaan, nuansa kejiwaan dan lainnya, tidak dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan modern. </div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV">Fenomena-fenomena yang berhubungan dengan reinkarnasi memang sulit<a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/.shared/image.html?/photos/uncategorized/cdbi.jpg"><img alt="Cdbi" border="0" height="215" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/cdbi.jpg" width="210" /></a> dibuktikan dengan metode empiris, namun para ilmuwan mempelajarinya melalui gejala adanya beraneka bentuk badan material dan gejala adanya sang roh yang merupakan partikel rohani yang memberikan daya hidup kepada setiap mahluk. Sama seperti seorang akhli jiwa dan psikiater yang mempelajari prilaku manusia yang berhubungan dengan adanya jiwa. Mereka sendiri tidak mengetahui tentang jiwa, tetapi mengamati gejala-gejala adanya jiwa dengan manifestasinya. Reinkarnasi sebagai suatu proses perpindahan sang roh dari satu badan ke badan lainnya merupakan pengetahuan yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kitab Bhagavadgita merupakan dialog langsung antara Personalitas Tertinggi Sri Krishna dengan Arjuna yang terjadi sekitar 5000 tahun lalu ditanah Kuruksertra merupakan sumber pengetahuan tentang reinkarnasi. Dalam kitab tersebut diuraikan dengan jelas tentang sang roh yang merupakan percikan api rohani, bersifat kekal. Berbeda dengan badan material yang bersifat sementara, juga diulas secara mendalam tentang proses pergantian badan, sehingga mendapatkan beraneka badan material. Oleh karena itu, untuk memahami reinkarnasi hendaknya memahami dahulu tentang sang roh. Badan-badan baru yang didapat sangat dipengaruhi oleh hukum alam yang dikendalikan oleh Personalitas Tertinggi. </span></div>
<div class="MsoBodyText">
Sebagai ilustrasi, setiap masyarakat atau negara mempunyai sistem yang mengatur masyarakatnya dalam berperilaku. Sistem tersebut dikenal sebagai; legislatif(produk undang-undang), eksekutif (pelaksana) dan yudikatif(peradilan, penjara). Demikian juga dalam negara dan masyarakat super besar yaitu alam semesta yang dikendalikan oleh Personalitas yang Mahakuasa, Mahaadil, Mahabijaksana. Hukum alam dalam skala kosmik (Cosmic Justice) disebut; Dharma-Karma-Samsara. Telah disiapkan Dharma, aturan-aturan yang hendaknya digunakan sebagai pedoman, Karma, sebagai perilaku yang membuahkan hasil, dan samsara sebagai suatu proses pergantian badan yang berulang kali sebagai akibat dari karma tersebut. </div>
beraneka badan material dengan segala penderitaannya seperti; cacat bawaan, gangguan mental dan penyakit fisik lainnya. Jadi badan dapat dikatakan sebagai penjara yang mengurung sang roh dengan karmanya, ada beraneka penjara badan material tergantung sifat alam dan karma masa lalunya.<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="IN"> </span></b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="IN">KITA INI BUKAN BADAN </span></b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN">Bila kita berbicara tentang konsep hidup dan kehidupan, maka cobalah dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada diri kita. Siapakah diri kita sebenarnya? Dari mana kita berasal? Apa tujuan hidup ini? Ada yang mengaku saya orang kaya, ada yang mengaku saya orang kuat, ada yang mengaku saya dari Amerika, Indonesia dan sebagainya. Pengakuan tersebut memproyeksikan badannya sebagai dirinya. Dalam Bhagavadgita disebutkan : <i>mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah manah-sasthanindriyani prakrti sthani karsati </i>- mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal dariKu, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran(Bg. 15.7). </span><span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span lang="IN"> Srila Prabhupada, salah seorang guru kerohanian dari Brahma-vaisnava sampradaya, yang terkenal abad ini, menekankan sloka tersebut bahwa semua mahluk hidup termasuk manusia adalah percikan kekal dari Personalitas Tertinggi Tuhan. Semua mahluk hidup berasal dari sumber yang sama dan karena kekeliruannya mengembangkan kehendak bebasnya dan terikat oleh sifat alam menjadi jatuh kedunia material dengan mendapat beraneka badan material. Percikan api rohani bersifat rohani, kekal, tidak diciptakan, tidak pernah musnah dan selalu mengembara dari badan satu ke badan yang lainnya yang beraneka jenis badan yang telah disiapkan dengan proses penciptaan. </span><span lang="SV">Dalam Bhagavadgita dinyatakan: ”seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus menerus mengalami perpindahan di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak, masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lainpada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu”(Gita 2.13). Demikian juga kalau kalau badan sudah rusak dan tidak dapat dipakai maka sang roh akan pindah mencari badan lainnya seperti halnya seseorang memakai jas baru dan menanggalkan jas lama yang sudah usang demikian seterusnya. </span>Jenis badan-badan yang akan didapatkan sangat tergantung dari pikiran dan kesadarannya pada saat meninggalkan badan. ”Mahluk hidup pindah dari satu badan ke badan lainnya dengan membawa kesadaran masing-masing, seperti udara yang membawa jenis bau-bauan tertentu. <span lang="SV">Berdasarkan kesadaran demikian mahluk hidup meninggalkan badan dan menerima badan baru yang lain.(Bg 15.8). Perpindahan sang roh dari satu badan ke badan lainnya disebut <b>reinkarnasi</b> atau <b>samsara</b>. Reinkarnasi adalah hukum alam yang bersifat universal untuk setiap mahluk siapa saja. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN">Jadi sesungguhnya diri kita yang sejati adalah sang roh (<i>aham brahma asmi</i>) aku adalah roh, bukan badan, oleh karena keterikatan dengan sifat alam (<i>triguna</i>) maka jatuh ke alam material dengan menerima badan-badan material berulang kali. Dalam Bhagavadgita bab dua telah panjang lebar diuaraikan bahwa sang roh adalah kekal tidak dapat dibunuh walaupun </span><span lang="IN">badan terbunuh, tidak diciptakan dimasa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Walaupun badan berubah dari bayi, anak, dewasa dan menjadi tua maka sang roh yang ada didalamnya adalah sama. Demikian juga bila sang roh meninggalkan badan dan mendapatkan badan yang baru lagi, sang roh tetap sama sebagai tenaga spiritual Tuhan(Visnu sakthi). Ukuran sang roh sangat kecil sebesar seperseratus ribu dari ujung rambut sehingga sangat sulit dilihat. Seperti halnya partikel-pertikel atom listrik yang mengalir pada sebuah kabel, kita tidak dapat melihat ada aliran listrik, tetapi kita dapat mengatahui bahwa listrik tersebut dapat memanaskan air, dapat menjalankan mesin dan sebagainya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN">Dalam manifestasinya sang roh dibungkus dan dikawal oleh badan kasar dan badan halus. “<i>B</i></span><i><span lang="IN">humir apo ‘nalo vayuh kham mano bhudir eva ca ahankara itiyam me bhinna praktir astadha </span></i><span lang="IN">- Tanah, air, api, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga material yang terpisah dariku</span><span lang="IN">(Bg. 7.4). Badan kasar yang disebut panca mahabhuta teridiri dari lima unsur dan badan halus </span><span lang="IN">terdiri dari <i>manah </i>(pikiran), <i>budhi </i>(kecerdasan) dan <i>ahangkara </i>(keakuan palsu) ketiga ini disebut <i>tripremana.</i> Keduanya merupakan tenaga material Tuhan (bahirangga sakti). Dengan demikian kita dapat mengetahui mana yang kekal dan mana yang tidak kekal dalam diri kita. Sang roh (tathasta sakti) yang kekal dan badan yang selalu berganti-ganti. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN"> </span></div>
<h2>
<span lang="SV">REINKARNASI DAN PERGANTIAN BADAN </span></h2>
<div class="MsoBodyTextIndent">
Teori evolusi </div>
mengandung banyak kelemahan karena memandang mahluk dari aspek material atau bentuk fisiknya saja. Setiap mahluk hidup memiliki san roh (spiriton), gejala adanya sang roh adalah ‘kesadaran’, berkembang biak, mencari makan, mempertahankan diri dan sebagainya. Yang terjadi sebenarnya adalah evolusi kesadaran atau spiritual. Dalam <span lang="FR">Brahma-vaivarta Purana</span><i><span lang="FR"> </span></i>dinyatakan ‘<i>asitim caturas caiva laksams tan iva-jatisu, </i><i>bhramadbhih purusaih prapyam manusyam janma paryayat, tad apy aphalatam jatah tesam atmabhimaninam, varakanam anasritya govinda-carana-dvayam’ </i>- "Seseorang mencapai bentuk kehidupan manusia setelah bertransmigrasi melelaui 8.400.000 spesies dengan proses evolusi gradual. Bahwa bentuk kehidupan manusia dapat menjadi kurang bijaksana dan angkuh yang tidak berlindung kaki padma Govinda(<br />
Krishna<br />
)." Selanjutnya d<span lang="SV">alam Padma Purana ; </span><i>jala-ja nava-laksani sthavara laksa vimsati, krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani, pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani</i> - ada 900.000 spesies yang hidup di air; 2.000.000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan; 1.100.000 spesies serangga; 1.000.000 spesies kehidupan burung; 3.000.000 spesies binatang buas; dan 400.000 spesies kehidupan manusia."<br />
<div class="MsoBodyTextIndent">
Pengetian spesies disini berbeda dengan yang dikemukanan ahli biologi yang berarti bentuk badan material. Namun pengertian dalam sastra didasarkan pada tingkat kesadaran, ada 400.000 spesies manusia, yang dimaksud adalah tingkat kesadaran yang berbeda. </div>
<div class="MsoNormal">
Proses evolusi ini melalui 8.400.000 spesies kehidupan, yang telah berlangsung sejak waktu berabad-abad yang lalu. Seperti disebutkan diatas bahwa sang roh tidak pernah musnah, san roh selalu bertransmigrasi dari satu badan ke badan lain, seperti seorang memakai baju-baju baru, dan meninggalkan yang lama yang usang, begitu juga sang roh menerima badan-badan yang baru. Dengan cara demikian sang roh bertransmigrasi. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa bdan-badan material ini merupakan penjara-penjara yang siap dihuni oleh sang roh dengan aneka kesadaran saat kehidupan sebelumnya. </div>
<div class="MsoNormal">
Kesempatan mendapatkan badan manusia merupakan karunia yang luar biasa, karena memiliki kesadaran, kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan badan yang lebih rendah. Dalam Vedanta-sutra menyatakan ‘<i>athato brahma-jijnasa</i> – ‘oleh karena itu, sekarang, saatnya untuk bertanya tentang realitas Brahman.’ Siapakah diri saya? Apa tujuan hidup ini, kenapa ada aneka penderitaan dalah hidup ini? Apa tujuan terakhir dari hidup ini? Pertanyaan mendasar kenapa ada aneka penderitaan dan penyakit material, karma-karma pada kehidupan masa lalu menentukan bentuk kehidupan saat ini dan karma saat ini akan mempersiapkan badan-badan material untuk kehidupan yang akan datang. Dalam Bhagavadgita dan Bhagavata purana banyak sekali penjelasan mengenai reinkarnasi dan merupakan sumber utama untuk mempelajari reinkarnasi. Dikisahkan juga beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lalu tentang Rsi-rsi agung yang jatuh mendapatkan badan yang lebih rendah karena pikirannya terikat dengan dunia material. </div>
<div class="MsoNormal">
<b> </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
<b>BUKTI ILMIAH REINKARNASI </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoBodyText2">
<span lang="SV">Bukti ilmiah tentang hubungan penyakit saat ini atau cacat lahir yang berhubungan dengan kehidupan masa lalunya telah diungkapkan oleh Dr. Ian Stevensson, seorang psikiater dari Universitas Virginia Amerika. Dari hasil pengamatannya selama tidak kurang 30 tahun dan disusun dalam beberapa bukunya seperti; <i>Children Past Lives</i>, <i>Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, Where Reincarnation and Biologiy Intersect</i>. Dalam contoh kasus yang diteliti secara signifikan menunjukkan adanya cacat lahir dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan kehidupan masa lalunya. Demikian juga Raymond A Moody, salah satu diantara banyak ilmuwan yang tekun meneliti reinkarnasi dalam bukunya yang berjudul ”<i>Life after life</i>”, yang menceritakan banyak pengalaman seseorang pada saat menjelang kematian (near-death experience), hal itu menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian. Perkembangan berikutnya banyak peneliti dari berbagai perguruan tinggi melakukan pengamatan terhadap fenomena reinkarnasi atau kehidupan masa lalu(past live). Banyak jurnal ilmiah seperti; <i>The scientific exploration, Journal of Neuroscience & Mental Health</i>, yang melaporkan fenomena reinkarnasi dengan pendekatan ilmiah. </span>Berbagai cara yang populer digunakan oleh para peneliti untuk membuktikan adanya kehidupan masa lalu, seperti: </div>
<div class="MsoNormal">
<b>Déjà vu</b>. Istilah <i>Deja Vu</i> ini sudah ada sejak jaman dahulu kala dan sudah sering dipublikasikan di berbagai tulisan, literatur, maupun film. Istilah tersebut diperkenalkan pertama kali oleh seorang peneliti Prancis, Emile Boirac(1851 - 1917) yang artinya <i>Already Seen</i> atau <i>Promnesia,</i> istilah untuk menggambarkan sebuah perasaan bahwa seseorang telah mengalami suatu keadaan yang baru beberapa waktu sebelumnya. Seseorang seperti telah mengenal atau mengalami suatu peristiwa sebelumnya. Fenomena tersebut merupakan bangkitnya ingatan masa lalu yang sulit digambarkan. </div>
<div class="MsoNormal">
<b>Ingatan Spontan. </b>Umumnya terjadi pada anak-anak, dengan ingatan muncul begitu saja tanpa diketahui asalnya. Bayang-bayang dan suasana dapat muncul dalam ingatan dan subyeknya kadangkala dapat merasakan bahwa mereka sendiri adalah bagian dari ingatan tersebut. </div>
<div class="MsoNormal">
<b>Mimpi-mimpi.</b> Seseorang sering kali mimpi dengan pengalaman yang sama sekali tidak pernah dialaminya. Mimpi-mimpi tertentu dapat menggambarkan pengalaman masa lalunya atau kehidupan masa lalu (past live). </div>
<div class="MsoNormal">
<b>Hipnotis.</b> Hipnotis merupakan teknik komunikasi yang dapat mempengaruhi alam pikir bawah sadar, sehingga seseorang yang terhipnotis dapat mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Cara ini telah digunakan puluhan tahun untuk terapi psikiatris, di negara barat lebih dikenal dengan nama <i>past live regresion therapy</i>. Penelitian Ian Stevenson banyak mempergunakan cara ini sehingga seseorang dapat menceritakan pengalaman kehidupan masa lalunya, kemudian dicari alibinya, dicocokkan dengan hasil rekamannya. </div>
<div class="MsoNormal">
Banyak lagi cara yang dianggap akurat untuk menilai adanya kehidupan masa lalu, dengan demikian reinkarnasi merupakan suatu fakta ilmiah bukan sekedar mistik atau tahyul. Seperti sastra mengatakan bahwa pengembaran sang roh didampingi oleh badan halus(pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu) badan halus inilah yang menampung semua memori selama perjalanan sang roh. </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoBodyText">
<b>KARMA SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV">Kemajuan ilmu kedokteran demikian pesatnya. Penyakit-penyakit yang dahulu tidak diketahui penyebabnya, kini telah ditemukan bahkan sampai pada tingkat molekuler yaitu molekul chromosome dan DNA(deoxynucleic acid) yang merupakan molekul terkecil dalam inti sel, sebagai pusat informasi kehidupan. Susunan DNA tertentu akan menghasilkan zat-zat fungsional tertentu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, seperti; enzim, hormon, zat kekebalan dan protein lainnya. Ada yang mengatakan bahwa DNA itulah kehidupan, sesungguhnya tidak, DNA tetap saja unsur kimia yang bersifat material. Terjadinya penyakit tertentu sebagai akibat adanya gangguan terbentuknya zat-zat fungsional tersebut sehingga menyebabkan kelainan pada fisik(penyakit). Gangguan terbentuknya protein-protein tersebut telah diketahui akibat terjadi gangguan mesin produksi di dalam untaian DNA. Kembali muncul pertanyaan yang paling mendasar, siapakah yang menyebabkan terjadi kelainan DNA tersebut? Ilmu kedokteran modern belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa ada beraneka jenis badan; berbadan sehat, berbadan cantik, menderita sakit fisik tertentu, menderita sakit jiwa, cacat lahir, dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut sepenuhnya belum ada seorang ahli yang bisa menjawab. Personalitas Tertinggi Tuhan yang pasti bisa menjawabnya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV"> Banyak penyakit masih mengandung misteri yang sulit diungkapkan, seperti tuberkulosis, kusta, kanker, penyakit degeneratif dan lainnya. Parameter adanya penyakit berdasarkan penyamatan obyektif atas fakta-fakta empiris di laboratorium saja, atau berdasarkan kelainan organobiologis. Pengetahuan kita tentang sang roh dan transmigrasi sang roh sangat terbatas. Sang roh sebagai partikel rohani merupakan percikan kekal dari Tuhan disebut <i>spiriton</i>. Istilah spiriton diperkenalkan oleh HH Bhaktisvarupa Daomada Swami pada setiap kesempatan sebagai penbicara dalam pertemuan internasional tentang Sains dan Spiritualitas. Disebut spiriton untuk membedakan dengan struktur sub atomik dari proton, elektron yang merupakan partikel dari tenaga material. Seperti dijelaskan diatas bahwa manusia terdiri dari; spiriton (sang jiva) sebagai tenaga rohani, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu sebagai tiga badan halus yang selalu menyertai kemana sang roh bertransmigrasi, serta badan kasar yang terdiri dari lima unsur material. Sang roh bersifat kekal, badan kasar selalu berganti. Telah disediakan berbagai aneka badan bagi sang roh sesuai dengan tingkat kesadarannya. Jadi badan merupakan penjara-penjara yang siap dihuni oleh sang roh dari berbagai tingkat kesadaran. Mendapatkan badan material merupakan penderitaan dengan berbagai manifestasinya, cacat, ganggual mental, sakit fisik dan sebagainyaa. Karma atau perbuatan di masa lalu akan menentukan jenis badan yang akan datang, hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat alam (triguna). </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV">Hubungan karma masa lalu dengan penyakit yang diderita saat ini telah banyak diuraikan dalam beberapa purana, terutama dalam Garuda purana sebagai contoh: </span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span lang="SV">brahma ksayarogi syad go-ghnah syat-kubjako jadah kanya-ghati bhavet kustho trayas candala yonisu </span></i><span lang="SV">– membunuh brahmana akan menderita sakit paru-paru, pembunuh sapi akan mendapat badan yang punggungnya pungkuk dan pandir, mereka yang membunuh gadis akan akan menjadi lepra, ketiganya lahir sebagai candala(Garuda Purana V.3). </span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span lang="SV">yaksa raudropajivi ca marge sarthan vilumpati mrgayavyasani yas tu chagah syad dadhika grhe</span></i><span lang="SV"> - orang yang hidup dengan kekerasan, merampok, suka berburu, pasti akan menjadi domba dirumah pembantaian (Garuda Purana V.15). </span></div>
<div class="MsoNormal">
Orang yang sombong dengan fisiknya yang kuat dan menyalahgunakan kekuatannya untuk menindas dan berkelahi dengan orang lain, <b>akan</b> menderita penyakit epilepsi.</div>
<div class="MsoNormal">
Orang yang membakar rumah dan menyebabkan orang lain meninggal, <b>akan</b> mendapatkan penyakit demam dan pembengkakan pada kulit dan melepuh di kulit.</div>
<div class="MsoNormal">
Orang yang menghina kebesaran Tuhan, dan orang yang mengatakan para pendeta adalah orang gila dan kitab suci adalah tidak masuk akal, <b>akan</b> mendapatkan kanker lidah dan menjadi bisu.</div>
<div class="MsoNormal">
Merampok hak milik orang dan menembak orang, <b>akan</b> menjadi korban pada saat terjadi penyebaran penyakit dan akan menderita setiap saat terhadap penyakit yang sering kambuh.</div>
<div class="MsoNormal">
Seseorang yang menyakiti anak-anak, membenci anak-anak, bahkan membunuhnya akan mendapatkan badan yang mandul (infertil).</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<b>Garuda purana </b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
2.22.3; Seseorang yang melakukan kegiatan berdosa yang sangat kejam akan menjadi setelah mati. Dengarkanlah saya akan memaparkan secara detail.</div>
<div class="MsoNormal">
2.22.4-5; Dia yang menajiskan kolam penampungan air, danau, taman, taman suci, air sungai, hutan, tempat penampungan orang miskin, dan mnyesatkan orang dari upacara keagamaan dan mengumpulkan banyak uang adalah seorang pendosa. Setelah kematiannya akan menjadi hantu dan tetap seperti itu sampai akhir zaman. </div>
<div class="MsoNormal">
2.22.8-13; Seseorang yang mengalami kematian yang tidak wajar seperti; bunuh diri dengan cara menggantungkan diri diatas pohon, dengan racun ataupun dengan senjata. Seseorang yang membakar diri hidup-hidup sampai mati, mati karena penyakit-penyakit menjijikkan. Seseorang yang tidak dikremasi saat meninggal, seseorang yang jatuh dari ketinggian dan meninggal, atau meninggal karena gigitan anjing akan menjadi hantu setelah meninggal.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Pernyataan diatas adalah sedikit cuplikan dari banyak sloka yang berhungungan dengan karma masa lalu dan penderitaan badan (penyakit) kelak. <span lang="SV">Demikian juga kegiatan yang berdosa yang kita lakukan saat ini akan menentukan penyakit dan penderitaan pada kehidupan yang akan datang. </span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="SV">PENDEKATAN BIOPSIKOSOSIO-SPIRITUAL </span></b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoNormal">
Konsep sehat oleh World Health Organization memberikan batasan sehat dari 3 dimensi, sehat dalam arti fisik (organobiologik), mental (psikologik) dan sehat dalam arti sosial, namun sejak 1984 batasan tersebut dikembangkan dengan melibatkan aspek spiritual, yang lebih dikenal dengan <i>biopsychosocial-spiritual</i> model. Hal tersebut sesuai dengan komponen manusia secara utuh dengan komponen fisik, psikhis dan spiritual (sang roh, sebagai identitas sejati). Seseorang yang menderita sakit, selain menderita secara fisik, dan psikologis juga sangat menderita dalam arti spiritual. Terutama pasien terminal<span lang="SV"> yaitu penyakit khronis(menahun) dan tak mungkin dapat disembuhkan dengan pengobatan medis seperti ; kanker, sakit ginjal kronis, infeksi berat, kencing manis, sakit jantung dan sebagainya. Pasien akan merasakan <i>spiritual pain</i>. Kenapa Tuhan memberi penderitaan seperti ini? Apalah artinya hidup ini? Kenapa Tuhan tidak menunjukkan keadilan lagi? Oh .. Tuhan ambilah nyawa saya! Banyak lagi pertanyaan serupa yang menunjukkan adanya <i>spiritual pain</i>. Disinilah peran pendekatan spiritual yang bertujuan untuk lebih memahami arti hidup yang sesungguhnya, pasrah sepenuhnya, menyerahkan diri kepada Tuhan. Seseorang tidak akan lepas dari penderitaan material; kelahiran, usia tua, sakit dan akhirnya meninggal(perpindahan sang roh), semua ajaran agama telah memberikan petunjuk bagaimana menyambut perpindahan sang roh tersebut agar badan yang akan didapatkan kelak meningkat secara spiritual dan bahkan mencapai planet yang paling tinggi yaitu planet rohani. Dalam kitab agama manapun tersirat bahwa sang roh akan mencapai tempat tertinggi bila pada saat meninggal kesadaran kita dalam suasana iman dan taqwa (sradha dan bhakti), seseorang pada saat menghembuskan nafas terakhir ingat kepada Tuhan dan menyebutkan nama-nama suci Tuhan, maka sang roh akan bebas dari lingkaran kelahiran-kematian. Dalam Bhagavadgita disebutkan bahwa pikiran seseorang menjelang meninggal sangat mempengaruhi jenis kehidupan yang akan datang. “Keadaan apapun yang diingat seseorang pada saat meninggalkan badannya, keadaan itulah yang akan dicapai”(Bg 8.6). Dengan demikian badan yang akan didapat kelak sangat dipengaruhi oleh pikiran, mungkin akan lahir dengan badan manusia, mungkin mendapat badan yang lebih rendah atau mungkin badan yang lebih tinggi seperti para Dewa. </span><span lang="SV">Sri Krishna bersabda: ”<i>janma karma ca me divyam evam yo vetti tattvatah tyakta devam punar janma naiti mam eti so ‘rjuna</i>.” – orang yang mengenal sifat rohani, kelahiran, kegiatanKu tidak akan dilahirkan lagi didunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggalKu yang kekal, wahai Arjuna. (Bg 4.9). Itulah tujuan utama dari kehidupan, terminal terakhir dari pengembaraan sang roh adalah melepaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian, kembali kepada sumbernya yang asli sebagai pelayan kekal Sang Maha Pencipta, Personalitas Tuhan. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV"> Metode pendekatan spirutual telah banyak dilakukan di beberapa rumah sakit besar di dunia, dan telah dipublikasikan di majalah ilmiah kedokteran international seperti <i>New England Journal of Medicine, British Medical Journal </i>dan lainnya, dengan hasil yang memuaskan. Seorang pasien kanker atau penyakit terminal lainnya, dengan pendekatan spiritual berhasil memperpanjang hidup, meningkatkan kwalitas hidup, mengurangi rasa sakit dan mengurangi tingkat stresnya. Pasien dengan HIV, dengan pendekatan spiritual berhasil meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan meningkatnya sel T helper. Banyak lagi hasil penelitian peran pendekatan spiritual dengan tujuan untuk meningkatkan kwalitas hidup dan kwalitas mati pasien (peaceful dying). </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV">Pendekatan spiritual sering disebut sebagai bimbingan spiritual, bimbingan rohani, konseling spiritual, konseling pastoral dan sebagainya, adalah upaya dengan sadar dan teratur mendampingi pasien untuk meningkatkan kesadaran menjelang kematian. Hal tersebut hanya dapat dicapai dengan menyucikan badan material kita. Sesuai dengan sastra proses penyucian tersebut dapat dilakukan dengan melantunkan mantera suci dengan tulus. Matera penyucian di zaman Kali sekarang menurut Kalisantarana upanisad adalah maha mantra : <i>Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare</i>. Dilantunkan dengan penuh riang maka benih pengetahuan, bibit bhakti yang ada dalam hati akan tumbuh berkembang, itulah resep yang dianjurkan untuk zaman sekarang.* </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2">
<b><span lang="SV">Refferences </span></b></div>
<b></b><br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
1. Damodara, BS. 1996. The Scientific Basis of Consciousness. The Bhaktivedanta Book Trust, </div>
Mumbai<br />
, <br />
India<br />
: <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
2. Damodara , BS. 1988. The Principle of Reincarnation in Consciousness The Missing Link. The Bhaktivedanta Book Trust. </div>
, <br />
India<br />
. P. 57-68 <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
<span lang="SV">3. </span><span lang="SV">Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Bhagavadgita Menurut Aslinya (terjemahan) </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2">
4. </div>
<br />
I.<br />
1997. Where Reincarnation and Biologiy Intersect. Praeger Publisher. <br />
London<br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
5. </div>
<br />
I.<br />
1974. Twenty Cases Suggestive of Reincarnation. University Press of <br />
Virginia<br />
, <br />
Charlottesville<br />
. P <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
6. Moody RA. 1975. Life After Life. Mockingbird </div>
, <br />
Georgia<br />
. <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
7. Webster R. 2001. Past-life Memories: Twelve Proven Methods. Llewellyn Publications. </div>
, <br />
Minnesota<br />
. <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
8. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1995. A Second Change : The Story of a Near-Death Experience. Bhaktivedanta Book Trust. </div>
, <br />
India<br />
. <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
9. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1995. Life Comes From Life. Bhaktivedanta Book Trust. </div>
, <br />
India<br />
. <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
10. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1984. Coming Back: The Science of Reincarnation. Bhaktivedanta Book Trust. </div>
, <br />
India<br />
. <br />
<div class="MsoBodyTextIndent2">
11. Haraldsson E. 2000. Birth Mark And Claims of Previous-life Memories : I. The Case of Purnima Ekanayake. J of Society for Psychical Res 64/1 : 16-25. </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
Mumbai<br />
Mumbai<br />
Mumbai<br />
St. Paul<br />
Book<br />
Stevenson<br />
Stevenson<br />
Mumbai<br />
Krishna<br />
Darwin<br />
Ada<br />
massa</div>
<div class="postmetadata">
Posted in <a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/category/religion/" rel="category tag" title="View all posts in Religion">Religion</a> | <a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/2007/02/bunuh-diri-dari-perspektif-karma-dan-reikarnasi/#comments" title="Comment on BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF KARMA DAN REIKARNASI">3 Comments »</a></div>
</div>
<h2>
<a href="http://iskcon-surabaya.blog.friendster.com/2007/01/kita-ini-bukan-badan/" rel="bookmark" title="Permanent Link to KITA INI BUKAN BADAN">KITA INI BUKAN BADAN</a></h2>
<small>January 24th, 2007 by iskcon-surabaya</small> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i>dehi nity</i></b><b><i>am avadhyo ‘yam dehe<br />sarvasya bharata</i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>tasmat sarvani bhutani na tvam socitum arhasi</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“O putra dari keluarga Bharata, dia yang tinggal di dalam badan adalah<br />kekal dan dia tidak dapat dibunuh. Karena itu anda tidak perlu meratap untuk<br />makhluk apapun”. (Bg.2.30).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Langkah pertama dalam<br />keinsafan diri ialah menginsafi bahwa, identitas kita ini lain d</span><span lang="SV">aripada badan.<br />Menginsafi bahwa, “Saya ini bukan badan melainkan saya ini roh” merupakan<br />syarat untuk semua orang yang ingin mengatasi kematian dan masuk dunia rohani<br />diluar dunia ini. Bukan semata-mata soal menyatakan, “Saya ini bkan badan,”<br />tetapi soal benar-benar menghayati bahwa saya bukan badan. Mungkin soal ini<br />nampaknya gampang dilakukan jika dipikirkan sepintas lalu, tetapi sebetulnya<br />tidak segampang itu. walaupun kita ini bukan badan yaitu, kita ini kesadaran<br />yang suci, namun bagaimanapun juga kita sudah terbungkus dengan badan</span><b><i><a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/radhagovindagaurangaprabhupada.jpg"><img alt="Radhagovindagaurangaprabhupada" border="0" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/radhagovindagaurangaprabhupada.jpg" style="float: left; height: 211px; margin: 0px 5px 5px 0px; width: 293px;" /></a></i></b><span lang="SV"> jasmani.<br />Kalau sesungguhnya kita ingin kebahagiaan dan pembebasan yang mengatasi<br />kematian, maka kita harus menjadi mantap dan tinggal dalam kedudukan kita yang<br />dasar sebagai kesadaran yang suci.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Kalau kita masih mempunyai<br />pengertian yang jasmani, maka persangkaan kita tentang kebahagiaan seperti<br />persangkaan orang yang sedang menggigau. Ada beberapa orang ahli Filsafat yang<br />menyatakan bahwa, keadaan mempersembahkan diri dengan badan yang diumpamakan<br />sebagai orang yang menggigau hendaknya disembuhkan dengan cara menghindari<br />segala macam kegiatan sema sekali. Oleh karena kegiatan duniawai telah menjadi<br />sumber keduka-citaan bagi kita, orang-orang ahli Filsafat tersebut menyatakan<br />bahwa, seharusnya ktia menghentikan kegiatan itu. tingkatan kesempurnaan<br />tertinggi bagi mereka adalah sejenis nirvana dimana tidak ada kegiatan yang<br />dilakukan sama sekali. Sang Budha menyatakan bahwa, oleh karena suatu kombinasi<br />dari unsur-unsur alam badan ini suda berwujud, dan jika bagaimanapun juga<br />unsur-unsur alam itu dipisahkan atau dibongkar, maka sumber penderitaan<br />dihilangkan. Kalau kita terlalu susah membayar pajak yang begitu tinggi karena<br />kita memiliki rumah yang besar, maka salah satu cara yang sederhana terhadap<br />masalah itu adalah menghancurkan rumah itu. akan tetapi dalam Bhagavad-gita<br />ditunjukkan bahwa, badan jasmani ini bukan segala sesuatu. Diluar kombinasi<br />dari unsur-unsur alam tersebut ada roh, dan kesadaran adalah gejala dari roh<br />itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Adanya kesadaran tidak<br />dapat ditolak. Sebuah tubuh tanpa kesadarannya adalah mayat. Selekas kesadaran<br />itu diambil dari badan, mulut tidak bisa berbicara, mata tidak bisa melihat,<br />mulut tidak bisa berbicara, mata tidak bisa melihat, dan kuping tidak bisa<br />mendengarn. Anak-anak pun dapat mengerti hal itu. memang benar bahwa, adanya<br />kesadaran merupakan syarat mutlak untuk menggerakkan badan. Apa artiny<br />kesadaran itu ? Seperti halnya pemanas atau asap merupakan gejala-gejala dari<br />api, begitu pula kesadaran merupakan gejala dari roh. Tenaga dari roh atman<br />dihasilkan dalam bentuk kesadaran. Memang, adanya kesadaran membuktikan adanya<br />roh. Filsafat ini tidak hanya disebut dalam Bhagavad-gita saja, tetapi juga<br />merupakan kesimpulan dari semua Pustaka Suci Veda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span><a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/prabupada_2.jpg"><span lang="SV"></span></a><a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/prabupada_2.jpg"><img alt="Prabupada_2" border="0" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/prabupada_2.jpg" style="float: left; height: 263px; margin: 0px 5px 5px 0px; width: 198px;" /></a><span lang="SV"><br />Para penganut Sankaracarya<br />yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, beserta pula para Vaisnava yang<br />mengikuti garis perguruan rohani dari Sri Krsna, mengakui adanya roh sebagai<br />kenyataan, tetapi ada suatu golongan ahli Filsafat yang tidak mengakui adanya<br />roh. Penganut-penganut Filsafat tersebut menyatakan bahwa, pada suatu tingkatan<br />kombinasi dari unsur-unsur alam menghasilkan kesadaran, tetapi pendapat itu terbukti salah oleh kenyataan bahwa,<br />walaupun segala bahan-bahan alam tersedia, kita tidak dapat menghasilkan<br />kesadaran dari unsur-unsur itu. semua unsur alam barang kali ada dalam sebuah<br />mayat, tetapi kita tidak sanggup menghidupkan mayat itu sehingga menjadi<br />sadara. Badan ini tidak seperti mesin. Apabila suatu bagian dari sebuah mesin<br />menjadi rusak, maka bagian itu dapat titukar, dan mesin itu dapat bekerja lagi.<br />Tetapi apabila badan menjadi rusak dan kesadaran keluar dari badan, maka tidak<br />mungkin kita menukar bagian badan yang rusak dan menghidupkan kembali<br />kesadarannya. Roh itu lain daripada tubuh, dan selama roh masih ada, badan bisa<br />bergerak, tetapi tidak mungkin menggerakkan badan kalau tidak ada roh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Oleh karena kita belum<br />dapat melihat roh dengan memakai indria-indria kita yang kasar, kita tidak<br />mengakui adanya roh. Banyak sekali hal-hal yang diluar kesadaran kita, namun<br />hal-hal itu benar-benar ada, hanya kita belum bisa melihatnya. Kita belum bisa<br />melihat udara, siaran radio, suara, ataupun<br />bakteri-bakteri yang sangat kecil dengan memakai indria-indria kita yang kasar.<br />Tetapi ini tidak berarti hal-hal tersebut tidak ada. Dengan memakai mirkoskop<br />dan alat-alat yang lain, banyak sekali benda-benda yang dapat dilihat, padahal<br />adanya benda-benda itu dahulu kala tidak diakui oleh indria-indria yang kurang<br />sempurna. Hendaknya kita jangan menarik kesimpulan bahwa tidak ada roh yang<br />ukurannya sekecil atom hanya karena roh belum dapat dilihat oleh indria-indria<br />ataupun dengan memakai alat-alat. Akan tetapi adanya roh itu dapat dimengerti<br />dari gejala-gejala dan hasi-hasilnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Dalam Bhagavad-gita Sri<br />Krsna menunjukkan bahwa, segala kesengsaraan disebabkan karena kita<br />mempersamakan diri dengan badan. </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">matra-sparsas tu<br />kaunteya sitosna-sukha-duhkha-dah</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>agamapayino ‘nityas tams titiksasva bharata</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“O putra Kunti, munculnya panas dan dingin, suka dan duka yang bersifat<br />sementara, kemudian lenyapnya pada waktu yang berikut, bagaikana halnya musim<br />dingin dan musim panas mulai dan kemudian berakhir. O prabu dari keluarga<br />Bharata, hal-hal tersebut berasal dari penglihatan indria-indria dan seseorang<br />harus mempelajari cara menahan hal-hal itu tanpa tergoyahkan. (Bg. 2.14).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Pada musim panas<br />barangkali ktia bersenang hati kena air, tetapi pada musim dingin kita<br />menghindari air yang sama, karena terlau dingin. Baik pada musim panas maupun<br />pada musim din gin, airnya sama saja, tetapi kita merasakan bahwa air itu<br />menyenangkan atau menyakitkan karena hubungannya dengan badan. Segala perasaan<br />keduka-citaan dan kesenangan disebabkan oleh badan. Asal saja ada keadaan yang<br />tertentu, badan dapat merasakan kesenangan dan keduka-citaan. Sebenarnya kita<br />rindu akan kebahagiaan karena kedudukan roh yang dasar ialah kedudukan<br />kebahagiaan. Roh-roh adalah bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang<br />mempunyai isifat yang sama seperti Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa<br />bersifat sac-ideology-ananda-vigrahan. Yaitu, perwujudan dari pengetahuan,<br />kebahagiaan dan kekekalan. Memang nama Krsna, yang tidak hanya dimiliki satu<br />kelompok tertentu, berarti, kebahagiaan yang paling tinggi”. Krs adalah sarinya<br />kebahagiaan, dan kita sebagai bagian-bagian dari Beliau yang mempunyai sifat<br />yang sama seperti Beliau, kita pun rindu akan kebahagiaan. Satu tetes air laut<br />mempunyai segala sifat dari lautan yang luas, demikian pula kita mempunyai<br />sifat-sifat tenaga yang sama seperti Tuhan Yang Maha Esa, padahal kita hanya<br />bagian-bagian yang kecil sekali dari Keseluruhan Yang Utama, Tuhan Yang Maha<br />Esa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Sungguhpun roh sangat<br />kecil sekali seperti atom, namun roh lah yang menggerakkan badan sehingga badan<br />itu banyak bertindak dengan cara yang ajaib. Alangkah banyaknya kota-kota,<br />jalan raya, jembatan, gedung yang tinggi, tugu dan peradaban yang agung yang<br />kita lihat di dunia, tetapi siapakah yang membuat segala-galanya itu ?<br />Segala-galanya dibuato leh bunga api rohani yang sangat kecil, yang berada<br />didalam badan. Kalau keajaiaban-keajabain seperti yang tersebut diatas dapat<br />dilakukan oleh bunga api rohani yang sangat kecil, maka kita belum dapat<br />membayangkan apa yang dapat dicapai oleh Keseluruhan Rohan Yang Paling Utama.<br />Keinginan yang wajar bagi bunga api rohani yang kecil ialah keinginan untuk<br />mendapatkan sifat-sifat dari keseluruhan, yaitu pengetahuan, kebahagiaan dan<br />kekekalan. Tetapi keinginan-keinginan tersebut sekarang dialang-alangi karena<br />badan jasmani. Keterangan tentang cara mencapai apa yang diinginkan oleh roh<br />itu diberikan dalam Bhagavad-gita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Sekarang ini kita berusaha<br />untuk mencapai kekekalan, kebahagiaan dan pengetahuan dengan cara memakai alat<br />yang kurang sempurna. Sesungguhnya kemajuan kita menuju pada tujuan-tujuan<br />tersebut dialangi-alangi oleh badan jasmani, karena itu kita harus menginsafi<br />kehidupan kita diluar badan tidaklah cukup. Kita harus selalu menjaga agar diri<br />kita menyediri dari badan dan mengendalikan badan, janganlah kita menjadi hamba<br />untuk badan. Kalau kita sudah tahu cara mengemudi mobil dengan baik, maka mobil<br />itu akan melayani kita dengan baik, tetapi kalau kita belum tahu cara<br />mengemudikan, maka kita berada dalam keadaan bahaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Badan terdiri dari<br />indria-indria, dan indria-indria selalu haus akan obyeknya. Mata melihat orang<br />yang cantik atau tampan, kemudian memberitahukan kepada kita, “Wah, disana ada<br />gadis yang cantik, disana ada lelaki yang tampan. Marilah kita kesana untuk<br />melihat.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">Telinga memberitahukan kepada kita, “Wah, disana ada musik yang bagus.<br />Marilah kita pergi mendengar musik itu”. Lidah mengatakan “Disana ada restoran<br />yang bagus yang menghidangkan makanan yang lezat. Marilah kita kesana”. Seperti<br />itulah indria-indria menarik diri kita dari suatu tempat ketempat yang lain,<br />dan karena itu kita menjadi bingung.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">indriyanam hi caratam yan mano’ nuvidhiyate</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>tad asya harati prajnam vayur navam ivambhasi</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“Bagaikan kapal diatas air dibawah pergi oleh angin yang keras, begitu juga<br />kecerdasan seseorang dapat dibawah pergi bahkan oleh satu saja diantara<br />indria-indria yang menjadi pusat perhatian bagi Pikiran”. (Bg. 2.67).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Kita harus belajar cara<br />mengendalikan indria-indria. Gelar gosvami diberikan</span><span lang="SV"> kepada orang yang sudah<br />mengetahui cara menklukan indria-indria. Go berarti “indria-indria, dan svami</span><a href="http://iskcon_surabaya.blogs.friendster.com/photos/uncategorized/prabupada_2.jpg"><img alt="Prabupada_2" border="0" src="file:///D:/My%20Documents/KUMPULAN%20ARTKEL%20HINDU/penting%20buat%20upp/SRI%20SRI%20RADHA%20GOPINATH_files/prabupada_2.jpg" style="float: left; height: 263px; margin: 0px 5px 5px 0px; width: 198px;" /></a><span lang="SV"><br />berarti “pengendali, demikian orang yang dapat mengendalikan </span><span lang="SV">indria-indria<br />disebut gosvami. Krsna menunjukkan bahwa, orang yang mempersembahkan dirinya<br />dengan badan jasmani yang bersifat khalayan, dia tidak dapat menjadi mantap<br />dalam identitasnya yang benar, yaitu, sebagai roh atau atman. Kebahagiaan<br />jasmani berkelip-kelip dan memabukkan, dan kita tidak dapat menikmati<br />kebahagiaan jasmani karena sifatnya sementara saja. Kebahagian yang sejati<br />berasal dari roh atau atman, bukan dari badan. Kita harus membentuk kehidupan<br />kita supaya kita tidak akan disesatkan oleh kebahagiaan jasmani. Bagaimanapun<br />kalau kita disesatkan, maka tidak mungkin kesadaran kita dijadikan mantap dalam<br />identitasnya yang sejati, yaitu lain daripada badan.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">bhogaisvarya-prasaktanam ta yapahrta-cetasam</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">vyavasayatmika buddhih samadhau na vidhiyate</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">trai-gunya-visaya veda nistrai-gunyo bhavarjuna</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>nirdvandvo<br />nitya-sattva-stho niryoga-ksema atmavan</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“Orang-orang yang pikirannya terlau terikat dengan kepuasan indria-indria<br />dan kekayaan duniawi sehingga pikirannya menjadi bingung karena hal-hal itu,<br />mereka tidak dapat bertambah hati dengan mantap untuk berbakti kepada Tuhan<br />Yang Maha Esa. Veda pada umumnya menguraikan tentang tiga sifat alam<br />(tri-guna), O Arjuna. Atasilah tiga sifat alam itu. atasilah semuanya.<br />Lepaskanlah diri anda dari segala hal yang relatif dan kecemasan akan<br />keuntungan dan keselamatan, dan menjadi mantap pada Paramatma (Roh Yang<br />Utama)”. (Bg. 2.44-45).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Kata Veda berarti “buku<br />ilmu pengetahuan.” Ada banyak buku pengetahuan yang lain sesuai dengan negeri,<br />penduduk, lingkungan, dan sebagainya. Di India, Kita-kitab Pengetahuan disebut<br />Veda. Di negara-negara Barat, Kitab-Kitab pengetahuan disebut Perjanjian Lama<br />dan Perjanjian Baru. Umat Islam mengakui Al Quran. Apa maksud daripada semua<br />Kitab-kitab tersebut ialah melatih kita agar kita dapat mengerti kedudukan kita<br />sebagai roh-roh yang bersifat suci. Maksudnya ialah mengendalikan kegiatan<br />jasmani dengan aturan-aturan yang tertentu disebut norma-norma moril. Misalnya<br />dalam Kitab Injil ada sepuluh perintah yang dimaksudkan untuk mengatur<br />kehidupan. Badan harus dikendalikan agar kita dapat mencapai kesempurnaan yang<br />paling tinggi, dan tanpa prinsip-prinsip untuk mengatur, tidak mungkin ktia<br />menyempurnakan kehidupan kita. Aturan-aturan mungkin berbebda diantara satu<br />negeri dan negeri yang lain, atau diantara salah satu Kitab Suci dan Kitab Suci<br />yang lain, tetapi itu tidak menjadi soal sebab peraturan-peraturna tersebut<br />dibuat sesuai dengan zaman, keadaan dan mental rakyat (desa, kala, patra).<br />Tetapi prinsipnya sama saja, yaitu, pengendalian secara tertatur. Begitu pula<br />pemerintah menetapkan peraturan-peraturan untuk dituruti oleh penduduk negara.<br />Tidak mungkin ada kemajuan dalam pemerintahan ataupun dalam peradaban tanpa ada<br />peraturan-peraturan. Dalam sloka yang disebut diatas, Sri KRsna memberitahukan<br />kepada Arjuna bahwa, aturan-aturan dalam Veda dimaksudkan untuk mengendalikan<br />tiga sifat alam, yaitu sattva (kebaikan), rajas (nafsu), dan tamas (kebodohan)<br />traigunya-visaya vedah). Akan tetapi, Krsna memberi nasehat kepada Arjuna agar<br />Arjuna menjadi mantap dalam kedudukannya yang dasar sebagai roh diluar hal-hal<br />yang relatif dari alam duniawi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Sebagaimana ditunjukkan<br />tadi, hal-hal relatif tersebut, seperti misalnya, panas dan dingin, rasa senang<br />dan rasa sakit, timbul karena hubungan indria-indria dengan obyek-obyeknya.<br />Dengan kata lain, hal-hal tersebut muncul karena seseorang mempersamakan<br />dirinya dengan badan. Krsna Menerangkan bahwa, orang yang gemar akan kenikmatan<br />dan kewibawaan dipengaruhi oleh kata-kata dari Veda yang menjanjikan kebahagian<br />dan kenikamtan di svarga dengan cara melakukan pengorbanan dan kegiatan yang<br />teratur. Kenikmatan adalah hak asasi kita, sebab itu merupakan sifat dari roh,<br />tetapi roh itu berusaha menikmati secara duniawi, dan inilah kesalahannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">Semua orang mencari kenikmatan dalam hal-hal duniawi dan berusaha untuk<br />mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Ada orang yang menjadi ahli ilmu<br />kimia, ada yang menjadi ali ilmu fisika, ahli politik, ahli seni rupa, dan<br />lain-lain. Seorang orang mengetahui banyak tentang sesuatu hal, dan juga<br />mengetahui sekedar tentang segala hal, dan inilah yang biasanya disebut<br />pengetahuan. Tetapi ketika kita meninggalkan badan, segala pengetahuan tersebut<br />akan hilang. Dalam penjelmaan dahulu, mungkin seseorang pernah menjadi orang<br />yang sangat berpenegetahuan, tetapi selama penjelmaan ini dia harus mulai lagi<br />dengan masuk sekolah dan belajar cara membaca dan menulis dari dasar-dasarnya.<br />Orang-orang sudah lupa akan segala pengetahuan yang didapatinya selama<br />penjelamaannya yang dahulu. Sebenarnya kita mencari pengetahuan yang kekal,<br />tetapi pengetahuan yang kekal itu tidak dapat diperoleh dengan badas jasmani<br />ini. Kita semua mencari kebahagiaan melalui badan-badan ini, tetapi kenikmatan<br />jasmani bukan kenikmatan yang sejati. Kenikmatan jasmani bersifat tiruan saja.<br />Kita harus mengerti bahwa, kalau kita ingin melanjutkan kenikmatan tiruan<br />tersebut, maka kita tidak akan dapat mencapai kedudukan kita yang kekal, yaitu,<br />kedudukan dimana kita menikmati untuk selamanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Harus dianggap bahwa badan<br />itu adalah seperti keadaan sakit. Orang yang sakit tidak dapat menikmati<br />sesuatu secara layak. Misalnya, orang yang sakit kuning merasakan manisnya gula<br />sebagai pahi, tetapi orang yang sehat dapat merasakan anisnya gula itu. baik<br />bagi orang yang sakit, maupun bagi orang yang sehat, gula nya sama saja, tetapi<br />sesuai dengan keadaan kita rasanya lain. Kalau pengertian kehidupan jasmani<br />yang telah diumpamakan sebagai keadaan sakit belum disembuhkan, maka tidak<br />mungkin kita merasakan manisnya kehidupan rohani. Kalau kita belum sembuh dari<br />pengertian tersebut, maka kehidupan rohan rasanya pahit bagi kita. Pada waktu<br />yang sama, dengan meningkatkan kenikmatan kita dari kehidupan duniawi, kita semakin memperparah keadaan<br />sakit. Orang yang sakit tyupus tidak boleh makan makanan yang padatr. Kalau<br />seseorang memberi makanan yang padat kepada si penderita agar dia menikmati,<br />kemudian si penderita makan makanan itu, maka dia menyebabkan penyakit itu<br />menjadi semakin parah dan membahayakan keselamtan si penderita. Kalau kita<br />benar-benar ingin bebas dari penderitaan duniawi, maka kita harus mengurangi<br />kebutuhan dan kenikmatan kita yang bersifat jasmnai. Sebenarnya kenikmatan<br />duniawi itu sama sekai bukan kenikmatan. Kenikmatan yang sejati tidak ada<br />habis-habisnya. Dalam Mahabharata ada sebuah sloka yang berbunyi : ramante<br />yogino, nante, yang berarti bahwa, para yogi (yogino) yang berusia untuk naik<br />tingkat sampai tingkatan rohani, sebenarnya mereka menikmati (ramante), tetapi<br />kenikmatan itu bersifat anante, yaitu tidak ada habis-habisnya. Ini karena<br />kenikmatan para yogi ada hubungannya dengan Yang Maha Menikmati (Rama), yaitu,<br />Sri Krsna. Sebenarnya Bhagavan Sri Krsna yang menikmati, dan ini dibenarkan<br />dalam Bhagavad-gita :</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV">bhoktaram yajna-tapasam sarva-loka-mahesvaram</span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV">suhrdam sarva-bhutanam jnatva mam santim rcchati</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">‘Para resi yang mengetahui bahwa akhirnya Aku yang menikmati hasil dari<br />segala pertapaan dan pengorbanan (yajna), bahwa Aku Tuhan Yang Maha Esa yang<br />berkuasa atas semua planet-planet dan dewa-dewa, dan bahwa Aku teman baik bagi<br />setiap makhluk hidup, merekalah yang mencapai kedamaian bebas dari sedihnya<br />kesengsaraan duniawi. (Bg. 5.29).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Bhoga berarti “kenikmatan”,<br />dan kenikmatan kita berasal dari pengertian tentang kedudukan kita, yaitu,<br />bahwa kita dinikmati. Sebenarnya yang menikmati ialaha Tuhan Yang Maha Esa, dan<br />kita semua menikmati oleh Beliau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Sebuah contoh daripada<br />hubungan tersebut dapat ditemui di dunia ini, yaitu, hubungan antara suami dan<br />isteri, sang suami yang menikmati (purusa), dan sang isteri yang dinikmati<br />(prakrti). Kata pri berarti “wanita”. Purusa, atau kerohanian, adalah subyek,<br />dan prakrti, atau alam, adalah obyek. Akan tetapi suami-istri keduanya<br />berpartisipasi dalam kenikmatan. Apabila kenikmatan benar-benar ada, maka tidak<br />ada perbedaan, misalnya bahwa suami lebih menikmati atau istrinya kurang<br />menikmati. Walaupun lelaki yang lebih berkuasa, tidak ada perbedaan dalam<br />rangka menikmati. Dalam skala yang lebih luas, tidak ada makhluk hidup yang<br />menikmati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Tuhan Yang Maha Esa<br />tenaga-Nya menjelma menjadi banyak, dan kita ini penjelmaan-penjelmaan itu.<br />Tuhan adalah satu yang tiada duanya, tetapi Beliau ingin supaya tenaga-Nya<br />menjadi banyak supaya Beliau dapat menikmati. Kita sudah mengalami bahwa, kalau<br />kita duduk sendirian di kamar bercakap-cakap dengan diri sendiri, hampir tidak<br />ada kenikmatan. Akan tetapi, kalau ada lima orang, maka kenikmatan kita<br />ditingkatkan, dan apabila kita dapat bercakap-cakap tentang Krsna bersama<br />banyak orang, maka kenikmatannya lebih tinggi lagi. Kenikmatan berarti<br />keaneka-warnaan. Tenaga Tuhan menjadi banyak demi kenikmatan Beliau, demiian<br />kedudukan kita ialah sebagai “yang dinikmati. Walaupun Krsna yang menikmati dan<br />kita yang dinikmati, semua dapat berpartisipasi dalam kenikmatan secara merata.<br />Kenikmatna kita dapat disempurnakan apabila kita berpartisipasi dalam<br />kenikmatan Tuhan. Tidak mungkin menikmati sendiri pada bidang-bidang jasmani.<br />Dalam banyak sloka dari Bhagavad-gita dinasihati supaya orang jangan menikmati<br />secara dunaiwi pada tingkatan badan jasmani yang kasar.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">matra-sparsas tu kaunteya sitosna-sukha-duhkha-dah</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>agamapayino ‘nityas tams titiksasva bharata</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“O putra Kunti, munculnya panas dan dingin, suka dan duka yang bersifat<br />sementara, kemudian lenyapnya pada waktu yang berikut, bagaikan halnya musim<br />dingin dan musim panas mulai dan kemudian berakhir. O prabu dari keluarga<br />Bharata, hal-hal tersebut berasal dari penglihatan indria-indria dan seseorang<br />harus mempelajari cara menahan hal-hal itu tanpa tergoyahkan. (Bg.2.14).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Badan jasmani yang kasar<br />adalah akibat dari hal saling mempengaruhi dari tiga sifat alam, dan sudah<br />ditakdirkan bahwa badan itu akan dibinasakan.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">antavanta ime deha nityasyoktah saririnah</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>anasino prameyasya tasmad yudhyasva bharata</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">Yang dapat dibinasakan hanyalah tubuh dari makhluk hidup, dan makhluk hidup<br />itu sendiri bersifat kekal, tidak dapat termusnahkan ataupun diukur ukurannya.<br />Demikian, bertempurlah anda O putra dari keluarga Bharata. (Bg.2.18).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> Demikian Sri Krsna memberi<br />semangat kepada kita agar kita mengatasi pengertian kehidupan yang jasmani dan<br />agar kita mencapai kehidupan rohani yang sejati.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">gunan etan atitya trin dehi deha-samudbhavan</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="SV"><b>janma-mrtyu<br />jara-duhkhair vimukto ‘mrtam asnute</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">“Apabila makhluk yang berbadan dapat mengatasi tiga sifat tersebut, yaitu,<br />kebaikan, nafsu dan kebodohan, maka ia dapat bebas dari kelahiran, kematian<br />masa tua dan penderitaannya dan bahkan selama kehidupan ini pun ia dapat<br />menikmati amrta. (Bg. 14.20).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">Supaya kita dapat menjadi mantap pada tingkatan rohani yang disebut<br />brahma-bhuta, diatas tiga sifat ala, kita harus memulai cara Kesadaran Krsna.<br />Berkat dari Sri Caitanya Mahaprabhu, yaitu, cara mengucapkan nama-nama<br />Krsna-Hare Krsna, Hare Krsna, Krsna Krsna, Hare Hare / Hare Rama, Hare Rama,<br />Rama Rama, Hare Hare mempermudah cara tersebut. Cara ini disebut bhakti-roga<br />atau mantra-yoga dan mantra itu dipergunakan oleh para rohaniawan yang paling agung. Bagaimana para rohaniawan insaf<br />akan identitasnya diluar kehalhiran dan kematian, diluar badan jasmani, serta<br />bagaimana mereka memindahkan dirinya keluar dari alam semesta sampai alam<br />semesta rohani, itulah yang merupakan mata pembicaraan dalam bab-bab berikut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV">(dikutip Dari Buku ”Diluar Kelahiran & Kematian” karangan Om Visnupada A.C. Bhaktivedanta Swami<br />Prabhupada ; Acharya dan Pendiri dari International for Krishna<br />Consciousness).**</span></div>
<span lang="DE">NB: Dikutip untuk kalangan sendiri, dan keperluan preaching</span>dharmadefender.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/03815463227063974957noreply@blogger.com0