Jumat, 23 April 2010

Aneh



Berikut ini merupakan kejadian nyata tentang keberadaan Pura ‘aneh, artikel ini aslinya saya dapatkan di www.nyamakotabaru.multiply.com berikut langsung saja disimak dibawah ini.
Mungkin aneh terdengar di telinga para pembaca, tetapi itulah adanya. Katanya ada kabupaten lain yang menjadi tetangga Kabupaten Kotabaru, tetapi secara fisik tidak ada karena tidak kelihatan. Kalau selama ini kita hanya mempercayai segala sesuatu setelah ditangkap oleh organ-organ indera, bagaimana bisa mempercayai apa yang terjadi di Kabupaten ini ? Cerita orang-orang, konon kabupaten yang dimaksud adalah Kabupaten Suranjanaâ. Kabupaten kaya, megah dan luar biasa, yang hanya ada dalam cerita, tetapi tidak bisa dilihat keberadaannya. Ceritanya pula, sejak lama banyak orang kaya di kabupaten ini membeli mobil-mobil mewah di Surabaya. Setelah dicek ke Kotabaru, tidak dapat ditemukan seorangpun yang ada di alamat dimaksud.
Kita tidak akan membicarakan masalah keberadaan dan kebenaran keberadaan “Kabupaten Suranjana” tersebut. Tetapi keberadaan sebuah Pura di wilayah kabupaten Kotabaru(Kecamatan Tanjung Seloka) yang tidak ada penyungsungnya. Warga/umat Hindu di Kotabaru mengetahui dengan baik bahwa di sekitar Pura itu tidak ada umat Hindu. Juga tidak ada lokasi transmigrasi yang menganut agama Hindu. Kenapa di daerah itu dibangun pura ? Siapa yang menyuruh pihak perusahan untuk membangun pura di lingkungan perusahaannya, atas permintaan siapa ? Banyak pertanyaan lainnya dapat dijukan sehubungan dengan keberadaan pura misterius ini.
Pura ini berada di wilayah kecamatan Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) di dalam kawasan Perusahan PT. Mangium Anugrah Lestari atau lebih sering disebut PT. MAL. Sebuah perusahan asing yang membuat bahan baku untuk pembuatan kertas. Bahan baku yang kertas tersebut selanjutnya dikirim ke Surabaya, Samarinda bahkan keluar negeri. Kebetulan perusahan tersebut berada di tepi pantai, sehingga pura itu juga berada ditepi pantai. Udara pantai yang bersih turut meningkatkan nuansa kesucian dari pura tersebut. Lokasi pura ini berupa daerah yang menjulur kelaut(tanjung), dan masyarakat sekitarnya menyebut Tanjung Keramat. Menurut penuturan masyarakat setempat daerah itu memang merupakan daerah keramat. Sampai sekarang Tanjung Keramat sering dijadikan tempat untuk melakukan upacara korban/syukuran oleh penduduk sekitar yang semuanya beragama Islam.
Sebenarnya sejak lama sudah ada yang memberikan informasi kepada penulis akan keberadaan pura tersebut. Akan tetapi penulis abaikan karena tidak mungkin ada pura karena tidak ada umat Hindu disana. Justru saat penulis sedang mengurus perpindahan ke Bali, teman-teman di Kabupaten Tanah Bumbu kembali memberikan informasi dan kepastian akan keberadaan pura dimaksud. Dengan penuh semangat bapak Wayan Sukarma mengajak untuk mengunjunginya. Akhirnya dari Bali penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Kami kumpulkan teman-teman di Kotabaru untuk mempersiapkan segala sesuatunya guna mengunjungi pura tersebut. Perjalanan Tirtayatra ke pura tersebutpun kami lakukan. Rombongan sebanyak 16 orang terdiri dari Jero Mangku, penyuluh agama Hindu, guru agama Hindu, PHDI, polisi dan tokoh umat lannya berangkat hari Sabtu, 20 Desember 2008. Berangkat dari Pulau Laut Utara(Kota) pukul 08 00 WITA menuju Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) dan tiba di pura pukul 14 15 WITA.
Sungguh sebuah perjalanan yang sangat melelahkan. Dari awal dan dalam perjalanan kami semuanya dipenuhi rasa was-was, takut pura yang dimaksud tidak ada, atau tidak berhasil ditemukan. Akan tetapi, perasaan lega luar biasa kami rasakan setelah kami bisa menemukan pura itu. Sebab, sebelumnya semua pikiran anggota rombongan penuh keraguan dan tanda tanya.
Bangunan utama pura adalah padmasana setinggi kurang lebih 4 meter, lengkap dengan atribut Bedawang Nala, Naga Anantabhoga dan atribut lainnya. Selain padmasana ada lagi dua pelinggih lain di mandala utama. Di tempat lain yang terpisah dari mandala utama didirikan juga pelinggih-pelinggih lain. Di tepi pantai didirikan pelinggih untuk Hyang Baruna. Sedangkan di salah satu areal sumur juga di bangun pelinggih untuk Hyang Wisnu. Penempatan pelinggih-pelinggih tersebut sepenuhnya permintaan dari alam Niskala. Demikianlah permintaan alam niskala kepada ibu Toni. Pan Mandri dengan temantemannya hanya mengerjakan apa yang disarankan oleh bu Tony(istri Maneger Pabrik).
Menurut penuturan ibu Toni yang mempunyai kemampuan melihat alam Niskala katanya sebelum dibangun pura tersebut sering terjadi kecelakaan yang dialami kapal-kapal yang akan melakukan Loading di Pelabuhan perusahan itu. Sering juga terjadi gangguan-gangguan di tempat kerja. Berbagai kerusakan tanpa penyebab yang terjadi pada peralatan-peralatan di pabrik. Walau telah mendatangkan teknisi yang profesionalpun alat-alat tersebut tetap tidak dapat bekerja. Aneh sekali, begitu bahan bangunan pura tiba dilokasi pabrik, peralatan yang tadinya rusak tiba-tiba normal kembali. Termasuk seorang karyawan asing yang mengalami cedera di punggungnya mendadak sembuh.
Dari informasi yang berhasil didapatkan dari ibu Toni, dikatakan bahwa pura ini didirikan bukan semata-mata untuk menyelamatkan pabrik yang sering mengalami kerusakan atau untuk menghindarkan orang-orang yang bekerja dipabrik dari berbagai musibah akibat campur tangan pihak makhluk Niskala, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan alam semesta agar terhindar dari berbagai bencana. Kata bu Tony, alam di Tanjung Seloka terutama lautannya mempunyai ombak yang ganas. Untung di pantai ini ada tempat suci yang dijadikan tempat oleh makhluk alam gaib untuk mendoakan alam semesta. Tempat suci ini secara sekala berada di lingkungan Pabrik. Bu tony, meminta suaminya yang menjadi manajer diperusahaan PT. MAL ini untuk membangun pura. Walaupun bu Tony dan suaminya beragama Kristen, kewajibannya untuk membangun Pura di lingkungan pabrik tetap harus dilaksanakan.
Ritual apapun yang dilaksanakan di Besakih, ritual yang sama juga dilakukan di pura ini. Konon pura ini disungsung oleh semua makhluk halus dari seluruh wilayah daratan maupun lautan di Kalimantan. Menurut ibu Toni lagi, Pura Besakih memancarkan vibrasi kesucian sampai di benua Australia. Sementara itu, pura ini vibrasi kesuciannya menyebar sampai di wilayah Makasar. Pura ini memang didirikan secara khusus bagi makhluk halus di alam Niskala. Merekalah yang meminta pendirian pura ini. Namun demikian, pihak perusahaan (bu Tony) mempersilahkan umat Hindu dari mana saja memanfaatkan pura ini untuk beribadah.
Beberapa keajaiban aneh berkaitan dengan keberadaan pura tersebut diantaranya;
1. Kurang lebih 14 hari sebelumnya teman kami Nyoman Arnawa(30 tahun) dua kali berturut-turut bermimpi diajak mengunjungi sebuah pura diatas laut. Nyoman menceritakan kisah dan ciri-ciri pura dalam mimpinya dengan saudaranya di Bali. Nyoman didatangi seorang laki-laki gagah dengan pakaian kebesaran dan diiringi oleh pengawalnya berupa kura-kura kecil yang dengan tiba-tiba berubah menjadi sangat besar, dan seekor naga raksasa(besar). Anehnya waktu mimpinya itu persis sama dengan saat Bapak Wayan Sukarma memberikan informasi dan menghubungi penulis. Ketika itu pula penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Nyomanpun kaget setengah mati setelah melihat pura itu sama persis dengan apa yang dia lihat didalam mimpinya. Hatinya sungguh bergetar, tangisnya ditahan takut mengganggu teman lain yang sedang sembahyang kusuk. Ia mangatakan bahwa pura ini merupakan pura penting di Bumi Borneo, dan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pura-pura Dang Khayangan di Bali, khususnya dengan Besakih.
2. Lebih aneh lagi dalam perjalanan pulang. Rencangan/pengabih pura itu(naga besar dan kura-kura besar) menyertai Nyoman pulang sampai dirumah. Setelah dibuatkan segehan, baru pengabihnya tersebut kembali dan menghilang. Malam harinya kembali Nyoman didatangi Penguasa pura tersebut dengan Pengabihnya serta.
3. Setelah para tukang yang membangun pura selesai menyelesaikannya, semuanya bermimpi bahwa pura itu sudah selesai diuparacarai oleh umat dari Besakih. Bahkan persiapan sebelum pura itu dibangun juga dilkukan dengan cermat oleh sesuhunan kita di Besakih. Demikian juga setelah disampaikan kepada pimpinan perusahan untuk seger membuatkan ritual Pemlaspasan. Pimpinan perusahan tidak diijinkan melakukan pemlaspasan karena sudah diselesaikan dari Besakih.
4. Pada malam hari sebelum kami berangkat ke pura tersebut, kami berdoa secara khusus untuk membawa sesuatu untuk menyucikan pura tersebut. Saat itu penulis dilarang untuk melakukan hal itu. “Pura itu sudah final, tidak usah diapa-apain lagi. Kalian tinggal sembahyang saja disana”. Kamipun hanya membawa Pejati dan Segehan seperlunya, hanya untuk sembahyang saja.
Banyak pertanyaan yang dapat kita ajukan sehubungan dengan keberadaan pura yang aneh itu. Entah apa yang dikehendaki oleh pura itu sendiri, entah informasi apa yang ingin disajikan kepada kita. Yang jelas, pura itu sudah ada, penyungsungnya tidak ada secara fisik. Siapa yang merawatnya, bagaimana melakukan perawatan karena tempatnya sangat jauh ? Bagaimana kedepan nasib pura itu ?. Ah, . .Biarkan saja, alam yang menghendaki, seisi alam yang menyungsungnya, dan alam juga yang merawatnya. Kita hanya mengharmoniskan diri dengan alam itu, syukuri limpahan kasihnya, rawat alam lingkungan kita. Niscaya alam akan menunjukkan persahabatannya dengan kita.
Entah apalah nama pura itu di alam Niskalanya, dalam diskusi dengan teman-teman terlontar keinginan untuk memberi nama pura tersebut dengan nama “Pura Tajung Keramat”. Tetapi Nyoman Arnawa secara pribadi menyarankan nama pura itu “Pura Agung Jagat Natha Keramat Baruna Sakti”.

Foto-foto yang berhubungan dengan keberadaan pura tersebut dapat diakses lewat www.nyamakotabaru.multiply.com
OM Samastha Lokha Sukhino Bhavantu
Semoga seluruh alam semesta berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar