Jumat, 23 April 2010

Filosofi Air dan Tirtha






Tanggal : 22-06-2007

Air merupakan sarana yajnya yang penting. Ada dua jenis air yang dipakai dalam yajnya, yaitu: air untuk membersihkan mulut dan tangan; serta air suci yang disebut tirta. Tirta ini pun ada dua macamnya. Pertama, tirta yang didapat dengan memohon kepada Tuhan dan Batara-batari. Kedua, tirta yang dibuat oleh pendeta dengan puja.
Tirta itu berfungsi untuk membersihkan kekotoran maupun kecemaran pikiran. Adapun pemakaiannya adalah dengan dipercikkan di kepala, diminum, dan diusapkan di muka, sebagai simbolis pembersihan bayu, sabda, dan idep.
Tirta bukanlah air biasa. Tirta adalah benda materi yang sakral dan mampu menumbuhkan perasaan, pikiran yang suci. Itu dasarnya adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan, umat Hindu tidak akan dapat membuktikan bahwa itu bukan air biasa. Tirta adalah sarana agama. Membuktikan kebenaran agama, dasar utamanya adalah kepercayaan. Rasio hanya sebagai pembantu saja.
Kalau tirta itu dipandang secara rasional semata, tidaklah lebih daripada air biasa, yang kalau diuraikan secara ilmu kimia adalah H2O, yaitu dua hidrogen dan satu oksigen. Karena itu kesucian tirta hanya dapat dibuktikan kalau dia diyakini sebagai benda agama, di mana di dalamnya terdapat kekuatan spiritual para dewa sebagai manifestasi Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena itu umat Hindu, dalam melakukan persembahyangan, sikap yang paling penting ditumbuhkan pada diri sendiri adalah kepercayaan terhadap sarana-sarana tersebut, sebagai pendorong, memperkuat batin terhadap sarana yang memiliki kekuatan magis religius yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakinilah bahwa tirta itu adalah wujud nyata karunia Tuhan untuk memberkati hidup kita menuju suci dan bahagia. Unsur rasio dalam memandang tirta itu adalah sebagai pembantu mempersiapkan sarana pembuatannya. Pakailah air yang benar-benar bersih, sehat secara fisik, tidak ada kuman-kuman di dalamnya, tempatnya juga dipakai tempat yang bersih. Demikian pula tangan, bunga, serta alat-alat lain hendaknya alat yang benar-benar bersih secara higienis.
Demikian peranan rasio untuk menunjang keyakinan itu. Tidaklah tepat keyakinan itu secara membabi-buta. Siapkanlah segala bahan dan alat-alat yang berhubungan dengan pembuatan tirta itu, yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Kalau hal ini sudah dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional, setelah air itu berstatus menjadi tirta barulah dasar utamanya untuk menghayati kesucian adalah dengan keyakinan. Inilah pola berpikir agama yang dikatakan oleh umat Hindu di Bali berdasarkan pola berpikir “sekala niskala”. Berpikir secara nyata dan tidak nyata, untuk lebih meningkatkan keyakinan kepada tirta.
Kata tirta berasal dari bahasa Sansekerta. Kamus Sansekerta-Indonesia yang diterbitkan oleh Pemda Tingkat I Bali menyebutkan arti kata tirta sebagai: pemandian atau sungai; kesucian atau setitik air; toya atau air suci; sungai yang suci; pemandian/sungai/air suci; tempat berziarah; mengunjungi tempat-tempat suci; bersuci dengan air; air suci; pemandian; tempat mandi atau tempat yang dapat diseberangi.
Dalam lontar Pariti Agama Tirta disebutkan, “Tirta ngaran amrta,“ artinya tirta adalah hidup (tidak mati). Sedangkan lontar Agama Tirta menyebutkan, “/U/ ngaran uddhakam ngaran gangga, ngaran tirta suci.” Kata uddhaka dalam bahasa Sansekerta artinya ‘laut’. Fungsi laut dalam agama Hindu adalah sebagai tempat penyucian atau tempat pelebur segala kotoran.
Dalam lontar Kusuma Dewa Gong Wesi disebutkan, “Salwir bebanten yajnyan matirta tan karyan pedanda putus tan ketampi atuannya.” Artinya: segala sajian (bebanten) kalau tidak disucikan dengan tirta yang dibuat oleh pendeta utama, tidak akan diterima persembahannya. Oleh karena inilah setiap upakara yang disucikan yang digunakan sebagai sarana persembahan, terlebih dahulu dipercikki tirta panglukatan.
Istilah panglukatan berasal dari kata lukat dalam bahasa Jawa Kuna, berarti membebaskan. Fungsi tirta panglukatan dan tirta pabersihan merupakan penyucian tahap pertama untuk membebaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan upakara keagamaan, dari segala kotoran fisik dan spiritual. Sedangkan tirta pabersihan merupakan suatu keyakinan bahwa segala sesuatu itu benar-benar bersih suci.
Tirta untuk melakukan yajnya ada dua jenis, yaitu tirta pabersihan dan tirta wangsuhpada. Tirta pembersihan berfungsi untuk menyucikan upakara (babanten) yang akan dipakai sarana persembahyangan dan juga dipakai untuk menyucikan diri dari segala kekotoran. Tirta pabersihan ini dipergunakan sebelum inti persembahyangan dilakukan. Setelah upakara dan diri sendiri diperciki tirta pabersihan barulah dilangsungkan persembahyangan.
Sebagai penutup persembahyangan dipergunakan tirta wangsuhpada dari Ida Batara yang disembah. Tirta wangsuhpada ini adalah lambang karunia atau waranugraha Ida Batara kepada umat yang memuja, berupa amrta, artinya kehidupan yang sejahtera.
Selanjutnya tirta dibedakan dari cara memperolehnya, yaitu: tirta yang dibuat oleh sulinggih; dan tirta yang didapat melalui memohon (nuur) oleh pamangku, pinandita, dan dalang/balian/sang yajamana.
Pembuatan tirta oleh sulinggih/sang diksita/sang dwijati, khusus untuk tirta pabersihan, sebagai dasar untuk mempergunakan berbagai jenis tirta yang lainnya. Adapun garis besar cara pembuatannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama semua bahan atau alat pembuatan tirta dipersiapkan terlebih dulu dalam keadaan bersih dan sehat (higienis). Bahan dan alat-alat tersebut, misalnya, air yang diambil dari tempat yang betul-betul bersih, dhupa dan dipa, asaban cendana, wija (bija), daun alang-alang, dan lainnya. Mula-mula oleh sulinggih (pendeta) air diasapi dan dituangkan pada siwambha disertai dengan puja mantra nama Gangga, kemudian dilanjutkan dengan puja kuta mantra, setelah itu diisi dengan wangi-wangian.
Proses berikutnya dengan menulisi air dalam siwambha, memakai bunga, dengan tulisan aksara “Am, Um, Mam” disertai dengan puja tri purusa mantra, dilanjutkan dengan menulis aksara “Im”. Ditulis melintang dari utara ke selatan, air alam siwambha diputar tiga kali, mengarah putaran jarum jam disertai dengan puja amrta saptawaja. Perputaran air tiga kali ini untuk menyatukan unsur-unsur “Am, Um, Mam” ke tengah menjadi “OM”. Adapun aliran air itu ke kanan menunjukkan lambang amrta (air kehidupan).
Ada pula tirta didapat dengan jalan nuur oleh pamangku, pinandita, atau dalang/balian/sang yajamana (penyelenggara upacara). Jenis tirta ini disebut tirta wangsuhpada, kekuluh, atau banyun cokor. Kalau tirta itu dimohon di suatu pura atau tempat suci lainnya, di mana telah ada pamangkunya, maka permohonan tirta wangsuhpada, kekuluh, atau banyun cokor itu dilaksanakan oleh pamangku bersangkutan.
Selain tirta panglukatan dikenal pula tirta pabersihan yang fungsinya sama dengan tirta penglukatan. Cuma tirta pabersihan merupakan penyucian tingkat lanjut. Kalau tirta panglukatan pemujaan ditujukan kepada Dewi Gangga dan Dewa Siwa, untuk memohon kelepasan segala kekotoran. Sedangkan tirta pabersihan, puja permohonannya ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai pencipta sungai-sungai, lambang penyucian yang bersifat nyata, diciptakan untuk disucikan, mensucikan, dan memelihara kesucian tersebut. Puja pembuatan tirta ini selain ditujukan untuk Dewi Gangga, juga ditujukan untuk Pancadewata dalam lambang Wijaksara sebagai urip bhuwana, sekaligus ditujukan kepada sungai-sungai suci di India sebagai wujud nyata anugerah Tuhan untuk membersihkan secara lahir batin semua unsur yang terkait dengan yajnya. Puja pembuatan tirta pabersihan antara lain:
OM Anantasanayanamah,
Om Padmasanayanamah,
OM, I, Ba,Sa, Ta, A,
Mang Ang Ung Namah,
OM AUM Dewa Prastisthayanamah,
OM Sa Ba Ta A I
OM Nama Siwaya,
Ang Ung Mang Namah
OM Gangga Saraswati Sindhu, Wipasa Kausikinadhi,
Yamuna Mahasresta Serayu, ca mahanadhi,
OM Ganggadewi mahapunya Ganggasahastra medhini
Makna puja tersebut merupakan puja yang lebih meningkatkan kesucian dengan memuja kekuatan suci Tuhan yang diwujudkan dalam tujuh sungai yang dianggap sebagai lambang penyucian di India, yaitu: Sungai Gangga, Saraswati, Sindu, Yamuna, Serayu, Kausaki, dan Mahasresta. Ketujuh sungai lambang ini sering disebut saptatirta di India. Pendeta dalam membuat tirta menggunakan mantram Apsu Dewa, yaitu mantram yang memohon kepada Dewi Gangga supaya menyucikan atau melepaskan segala pengaruh negatif yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara itu.
Selain itu ada pula pendeta yang menggunakan mantram panglukatan yang lain, untuk panglukatan segala sesajen, dengan mantram: OM Sidhi Guru Srang Sarasat, OM sarwa wighanaya namah, sarwa klesa sarwa roga, sarwa satru, sarwa papa, wisanaya namah swaha.
Memperhatikan mantram ini pada hakikatnya bertujuan agar upacara dapat terlepas dari godaan/hambatan, penyakit, cacat, musuh, dan papa supaya lenyap semuanya. Mantram tersebut adalah mantram pembuatan tirta panglukatan yang dibuat oleh pendeta. Sedangkan kalau pembuatan tirta oleh pamangku/pinandita dibuat melalui “memohon kehadapan Dewa Siwa atau nuur” Dewa Siwa yang berstana di Pura Besakih (Gunung Agung). Puja permohonan tirta ini untuk penyucian sesajen dan alat-alat kelengkapan upacara.
Adapun puja pembuatan tirta panglukatan untuk hal-hal lain, misalnya tirta panglukatan untuk pitrayajnya, berbeda dengan tirta panglukatan ini. Demikian disebutkan dalam lontar Pitrayajnya. Demikian pula puja panglukatan untuk orang sakit dicantumkan dalam lontar-lontar usada(Nick)

Paradigma Hindu Terhadap Penciptaan




Om Swastyastu,

Waktu adalah waktu, waktu adalah peristiwa, waktu adalah sejarah. Hanya waktu yang dapat mengisahkan masa lalu, masa kini dan masa muka. Hanya waktu yang dapat mengisahkan peristiwa agung Mahabharata, sebuah kisah wira abadi. Waktu juga yang mengisahkan jatuh bangun suatu tamadun.

Waktulah yang mengisahkan permusuhan antara kebaikan melawan kejahatan. Mahabharata adalah kisah vidya - cahaya melawan avidya - kegelapan. Tidak ada yang dapat mengisahkan karya agung dalam agama Hindu ini kecuali waktu. Sebab waktulah yang menjadi saksi sejarah, mengenai pahlawan yang terlibat dalam semua peristiwa.

Mahabharata adalah kisah Arjuna melawan Duryodhana di medan Kurukshetra. Mahabharata juga adalah intisari pengalaman lautan kehidupan insan mempertahankan kebenaran melawan kedurjanaan. Permusuhan antara baik dan jahat yang terus-menerus muncul berkesinambungan. Dan waktu tidak pernah mungkir, sebab ia kekal abadi. Waktu adalah utusan bagi menyampaikan hikayat yang gemilang dalam sejarah kehidupan manusia menerusi Kitab Suci Veda.

WARISAN VEDA

Menurut paradigma penganut Hindu, Veda adalah sumber segala dharma - kebenaran. Dan tidak ada agama besar di planet ini yang tidak dipengaruhi oleh Veda. Kisah kemunculan semua agama besar dunia adalah berdasarkan Veda. Meskipun penganut agama lain dikatakan sebagai telah melupai akarnya, namun hanya ada satu agama, Hindu yang sentiasa menjaga api kebijaksanaan Veda agar selamanya menyala.

Untuk memahami paradigma Hindu, kita perlu menoleh ke belakang, puluhan ribu tahun yang lalu, ke dalam sebuah wilayah India, di mana sebuah peradaban agung pernah lahir, dari pencapaian pengetahuan mereka, lahirlah sebuah jalan hidup yang akhirnya dikenali sebagai Hindu. Tamadun mereka dikenali sebagai Peradaban Lembah Sungai Indus, dan pengetahuan mereka dikumpul dalam sebuah naskah suci yang dikenali sebagai Veda. Veda bermakna pengetahuan yang berasal dari akar kata Sanskrit - Vida yang bermakna untuk mengetahui.

Pengetahuan Veda telah diwariskan dari generasi ke generasi semasa penganut Hindu dengan arahan yang amat tegas, bahawa apapun yang terjadi, satu huruf pun tidak boleh diganti dari naskah asalnya. Kawalan yang amat ketat ini telah dilakukan untuk mengekalkan kemurnian Veda. Veda terbahagi kepada dua bahagian. Pertama disebut Sruti, yang bermakna didengar, dan yang kedua disebut Smrti yang bermakna diingat.

WAKTU SEBELUM WAKTU

Laluan yang tidak pernah ditempuh sebelumnya, adalah perjalanan yang mempesonakan dan kebijaksanaan Veda akan membawa kita ke belakang, jutaan tahun yang lalu, bahkan ke zaman waktu sebelum ada.

RAHIM EMAS

“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi dan syurga.” (Rig Veda 10.121.1).

Penciptaan adalah kehendak yang maha kuasa. Sebelum penciptaan segala yang ada, adalah dalam bentuk tidak wujud. Bentuk tidak wujud ini disebut rahim emas, rahim bagi alam semesta, rahim bagi matahari, bintang dan segala galaksi yang terbentuk. Lantaran itulah, maka emas adalah warna kuasa dalam naskah Veda. Siapa yang tahu, siapa yang memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan lahir, siapa yang tahu dari siapa alam semesta ini dilahirkan, dari siapa penciptaan ini dilahirkan. Keadaan sebelum penciptaan jauh di luar jangkauan pancaindera manusia. Yang ada hanyalah kosong dan segala yang kelihatan belum ada. Belum ada ruang dan waktu. Tidak ada jasad yang wujud. Ini merupakan konsep yang sangat penting dalam kosmologi Veda. Big Bang mengatakan bahawa semua jasad yang wujud di alam semesta ini muncul dari satu titik. Namun, mantra Veda menyatakan bahawa alam semesta ini adalah sama sekali kosong pada awalnya.

“Pada mulanya sama sekali tiada apa. Tiada syurga, tiada bumi dan tiada atmosfera.” (Taittiriya Brahmana 2.2.9.1).

PENCIPTAAN

Mantra (10.129.4) menjelaskan bahawa alam semesta dicipta dari keinginan yang maha kuasa. Jelas bercanggah dengan teori evolusi yang mendakwa bahawa kewujudan alam semesta hanyalah fenomena yang kebetulan.

Mantra (10.129.7) menjelaskan bahawa yang maha kuasa bersemayam di Parama Vyoma. Vyoma bermakna langit, Parama bermakna yang terjauh. Justeru, yang maha kuasa berada jauh di luar jangkauan kearifan manusia yang tertakluk kepada ruang dan waktu.

BRAHMANDA (TELUR YANG MENGEMBANG)

Perkataan dunia dalam bahasa Sanskrit ialah Brahmanda yang merupakan gabungan dari dua akar kata Brahma dan Anda. Brahma berasal dari akar kata Brha yang bermakna berkembang dan Anda yang bermakna telur. Oleh sebab itu, Brahmanda bermakna telur yang mengembang. Tegasnya, alam semesta digambarkan sebagai telur dalam semua naskah Pasca Veda, dan kelihatan ada persamaan dengan konsep sains moden. “Dari lapan putera yang lahir dari Aditi, hanya tujuh yang dibawa kepada dewa, Martanda ditinggalkan. Tujuh putera Aditi pergi ke masa sebelumnya. Untuk kelahiran dan kematian manusia, Aditi menerima Martanda semula.” (Rig Veda 10.72).

MARTANDA (TELUR MATI)

Mantra di atas menyetakan tentang Martanda yang bermakna telur mati. Maksud telur ialah alam semesta ini. Telur mati bermakna alam semesta tanpa kehidupan.

Kehidupan muncul dalam paradigma Hindu bukan dengan cara kebetulan. Namun, alam semesta berkembang untuk menjadi wujud dalam bentuk keseimbangan yang lemah. Dan menurut paradigma Veda alam semesta tidak berkembang secara berterusan, tetapi selepas mengembang pada awalnya akan menguncup semula pada akhirnya. Inilah makna dari Aditi yang pergi ke masa sebelumnya.

“Aditi mempunyai lapan putra. Hanya tujuh dari mereka yang disebut Aditya. Yang kelapan, Martanda, tidak mempunyai bahagian tubuh yang boleh dibahagi. Para Aditya melihat Martanda tidak sama dengan mereka, jadi mereka membahagi tubuhnya. Kemudian ia menjadi seorang manusia. Ia diberi nama Vivasvana dan semua manusia lahir dari dia.” (Satapatha Brahmana 3.1.3.3-4).

“Setelah mencipta alam semesta dan manusia, Prajapati pergi tidur.” (Taittiriya Brahmana 1.2.6.1), semacam ada persamaan dengan Perjanjian Lama yang menyatakan bahawa: “Tuhan berehat pada hari ketujuh setelah menyelesaikan pekerjaannya.” (Genesis 2.2).

BATAS ALAM SEMESTA

Menurut kosmologi Veda, alam semesta berbentuk seperti telur yang mempunyai batas, dan di luar alam semesta ada alam sepuluh dimensi. Batas alam semesta ini adalah tempat berlakunya pertempuran antara baik dan jahat, dewa dan raksasa serta Tuhan dan syaitan.

PERTEMPURAN INDRA DENGAN VRTRA

Wira terbilang yang mempertahankan kebaikan dalam Veda digambarkan sebagai Indra, sedangkan kepala segala kejahatan adalah Vrtra. Indra juga disebut sebagai Purandara yang bermakna yang membelah pura - kota. Pura bukanlah kota biasa, tetapi adalah alam semesta, lantaran itulah, maka sumber utama alam semesta adalah Purusa - Tuhan. Justeru, Purandara bermakna yang membelah alam semesta. Vrtra pula bermakna yang menutupi alam semesta: “Vrtra menutupi kesemua Tri Loka.” (Taittiriya Samhita 2.4.12.2).

PERANAN INDRA

“Siapakah yang meredakan getaran bumi, yang meredakan kemarahan gunung-ganang, ia yang mengukur luasnya angkasa, ia yang menopang langit, ialah Indra, wahai manusia. Siapakah yang membunuh ular dan menyebabkan tujuh sungai mengalir, yang mengeluarkan sapi-sapi yang disembunyikan oleh Bala, yang mencipta Agni dari dua buah batu, yang membunuh musuh dalam peperangan, ialah Indra, wahai manusia. Kepadanya bumi dan langit bersujud, yang kekuatannya menakutkan gunung-ganang, ia yang meminum dan melindungi soma, yang membawa vajra ditangannya, ialah Indra, wahai manusia.” (Rig Veda 2.12).

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

Menurut paradigma Hindu, alam semesta dicipta dalam suatu proses yang sangat panjang. Pada mulanya alam ini kosong, yang ada hanyalah Tuhan, sering disebut sebagai zaman: “duk tan hana paran-paran an rawang an ruwung” yang bermaksud: “ketika itu belum ada apa-apa dan semuanya belum menentu.”

Dengan kuasa Tuhan telah mencipta unsur utama yang disebut Purusa, iaitu roh sebagai asas yang menghidupkan segala makhluk, sama ada makhluk yang maujud mahupun yang mujarad. Lima jasad maujud atau panca maha bhuta; iaitu akasa – angkasa, bayu – angin, teja – cahaya, apah - zat cair dan pretiwi - zat padat.

Kelima-lima unsur alam ini pada mulanya masih dalam bentuk Paramanu atom. Gabungan kelima-lima unsur ini telah menghasilkan wujud baru yang disebut Brahmanda, iaitu segala planet dan bintang sebagai sebahagian dari isi alam semesta. Brahmanda maknanya benda bulat berbentuk telur ciptaan Brahman. Setelah alam semesta tercipta barulah Tuhan mencipta isinya, seperti haiwan, tumbuhan dan manusia.

Proses penciptaan manusia adalah sari dari panca maha bhuta, iaitu enam jenis rasa, seperti manis, pahit, masin, masam, pedas dan kelat. Semua unsur ini telah berpadu dengan unsur lain, iaitu cita, budi, ahangkara, dasendria, panca tanmatra dan panca maha bhuta. Sebatian kesemua unsur ini telah menghasilkan dua unsur benih kehidupan, iaitu sukla - benih lelaki dan swanita - benih perempuan. Yang demikian, maka terciptalah manusia.

Manusia pertama ciptaan Tuhan dalam ajaran agama Hindu ialah Syayambhumanu, yang bermaksud makhluk berfikir yang mengembangkan dirinya sendiri. Manu maknanya berfikir. Dari akar kata Manu timbul kata manusia yang bermaksud keturunan Manu. Selanjutnya, setelah manusia pertama tercipta atas kehendak Tuhan, maka manusia itu sendirilah yang berkembang. “Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini menjadi sapi perahanmu.” (Bhagavad-Gita iii Sloka 10).

Om Shanti Shanti Shanti Om.

CARA SEDERHANA AGAR HINDU BANGKIT

Akhir-akhir ini banyak orang yang membicarakan kebangkitan Hindu, tapi kita belum menyadari bagaimana caranya sehinggu Hindu bisa bangkit. Melalui tulisannya di Media Hindu (edisi 56 bulan Oktober 2008), Sdr. Made Subagia memberikan cara/tips kepada kita bagaimana caranya kita bisa berpartisipasi secara individu dalam rangka kebangkitan Hindu. Dengan harapan, setiap individu melakukan dan menjadi gerakan massal. Cara sederhana tersebut:
1. Melakukan Puja Tri Sandhya atau Gayatri Mantram.
Cara ini dapat dilakukan oleh semua orang Hindu baik dalam keluarga sendiri maupun di masyarakat. Kepala keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan rohani istri dan anak serta menjadi panutan agar mampu mempertahankan keyakinan di masa yang akan datang.
Puja Tri Sandhya atau Gayatri mantram dilakukan 3 kali sehari yaitu
a. Pada pagi hari (Brahma Muhurtam) disebut Pratasewana dari pukul 03.30 s/d 08.00.
b. Pada siang hari disebut Madyasewana dari pukul 12.00 s/d 14.00.
c. Pada sore hari disebut Sandyasewana dari pukul 18.00 s/d 20.00
Ditambahkan juga, agar dilakukan meditasi singkat 5-10 menit setiap selesai melakukan puja Tri Sandhya. Ini penting untuk membangkitkan kesadaran dalam diri kita masing-masing.
2. Menggunakan panganjali atau istilah-istilah Hindu.
Kita sering tidak percaya diri dan kebanggaan akan Hindu. Gunakan panganjali dan istilah-istilah Hindu, bukan berarti meniru tetapi memberikan rasa percaya diri dan tauladan kepada keluarga dan teman.
3. Hindu harus menjadi agama missi.
Hindu memang dari dulu agama missi tetapi kita tidak dalam menjalankan missi itu karena kita kurang memahami Hindu. Mari mulai saat ini belajar, bertanya dan sebarkan kebenaran Hindu mulai dari diri kita kepada lingkungan kita dan termasuk hadir dalam setiap acara pemahaman tatwa seperti Dharma tula , Dharmawacana dll.
4. Jangan berkata “SEMUA AGAMA ADALAH SAMA”.
Jangan sekali-kali berpikir dan berkata bahwa semua agama adalah sama. Agama Hindu dan agama non Hindu sangat berbeda. Agama Hindu sangat lengkap dan mengajarkan kita bagaimana mencapai Brahman tetapi di tempat lain itu tidak ada. Berbahagialah dan bangga menjadi Hindu, karena hanya jalan Hindu yang mengantar kita menyatu dengan Brahman.
Banyak orang Hindu yang pindah agama karena iming-iming harta, jabatan, cewek cantik dsb karena sebenarnya dia tidak memahami Hindu.
5. Melakukan pembinaan bagi orang yang baru masuk Hindu.
Jangan segan-segan menerangkan sedikit tentang Hindu kepada mereka yang telah masuk Hindu dan ingin tahu tentang Hindu. Kita harus selalu menyambut kepada mereka dengan tangan terbuka dan jangan berburuk sangka.
6. Hindu harus tegas, agama atau budaya.
Disadari memang, penyebaran Hindu menggunakan unsur-unsur budaya tetapi mari kita tekankan mana aspek agama atau aspek budaya serta memertajam makna tatwanya sehingga orang-orang Hindu tidak mudah dikonversi.
7. Hindu, berbeda tapi harus tetap satu.
Kita harus memberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan Ke-Hindu-annya dalam kerangka Veda. Jangan memaksakan satu model dalam Hindu sehingga Hindu dapat tegak bersatu dalam perbedaan.
8. Hindu di Bali, adat harus fleksibel
Hindu di Bali sudah sangat bagus dengan berbasiskan budaya dan agama Hindu tetapi diperlukan ruang untuk evaluasi budaya yang menyimpang dari nilai-nilai Veda.
9. Punia sebagai gerakan moral dan finansial
Ditambahkan disini Punia sebagai gerakan moral dan finansial. Terkadang, saking bersemangatnya untuk kebangkitan Hindu, kita selalu berpunia untuk segala kegiatan. Ini tentu bagus tetapi tidak bisa membangkitkan Hindu dalam jangka panjang. Mari dukung punia yang bersifat jangka panjang sebagai gerakan moral dan finansial sehingga kebangkitan Hindu bersifat jangka panjang.

Hindu, Agama Terunggul di Dunia


Hinduisma: Agama Terunggul di Dunia

Satguru Sivaya Subramuniyaswami
Hinduisma atau Sanathana Dharma merupakan antara agama yang paling unik di dunia. Malahan boleh dikatakan sebagai Agama yang paling unggul. Di bawah ini dinyatakan beberapa fakta kenapa ia sedemikian rupa.

Kenapa Agama Saivisme merupakan yang paling unggul di dunia?

Ia merupakan agama yang paling tertua di dunia, para pengkaji sejarah telah menkaji dan mendapati akar umbi permulaannya yang mungkin 5000 tahun atau lebih lama berdasarkan ketamadunan lembah Indus di benua kecil India. Ia dibuktikan dengan kewujudan bandar Harappa dan Mohenjo Daro. Legenda dan tulisan suci menyatakan bahawa tiada masa di mana tidak terdapatnya Agama Saivisme di dunia ini.

Saivisme merupakan intipati dan asas kepada segala Agama di dunia. Biasanya Saivisme dikenali sebagai “ Ibu kepada segala Agama di dunia” ataupun di kenali sebagai tunggak spiritual. Ia mempengaruhi segala Agama di dunia dan boleh dikandungi oleh segala Agama di dunia kedalamnya, segala ahli imannya dan menghargai setiap kitap sucinya serta falsafah mereka

Saivisme tidak punyai asas oleh itu tidak menpunyai akhirat. 10 daripada 11 Agama di dunia ini mempunyai sejarah awalnya, tarikh lahir serta tempat lahir di mana ia bermula dan sehingga bila ia tidak wujud. Tetapi keadaan ini tidak berlaku pada Saivisme di mana ia adalah (eternal) dan dilebih dikenali sebagai Sanathana Dharma.

Saivisme diperturunkan oleh Siva, bukannya oleh manusia. Saivisme adalah berpusatkan/asaskan Siva. Asasnya adalah Siva, Agama lain adalah berasaskan nabi, para ulama, para alim dan para pensuruh tuhan serta manusia yang telah mengalami kewujudan tuhan pada diri mereka dimana mereka pernah lahir dan meninggal dunia.

Saivisme merupakan agama universal. skopnya begitu luas sehingga dalam falsafahnya ada tempat bagi setiap orang dan sebarang benda. Ia boleh dan dapat menerima serta membenarkan monisme,dualisme, pluralisme, pentheisme, segala falsafah dan doktrin di dalamnya. Ia merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh mana-mana agama lain tanpa memberi peluang pada salah faham dan kekeliruan. Pekara inilah yang menyebabkan Hinduisme menyuarakan dan lantang bahawa semua agama punyai kesamaan tetapi masing-masing tidak sama antara satu sama lain. Setiap agama membawa penganutnya ke tingkat spritual dan matlamat yang berbeza di sebabkan perbesaan dalam tahap matangnya.

Saivisma punyai konsep ketuhanan yang indah dibandingkan agama /falsafah di dalam dunia. Kita perlu melalui/mengalami kesedaran diri “self realization” terhadap Siva.Siva lebih berbanding pernafasan. Beliau menerajui kita ke kesempurnaan tanpa batasan. Oleh yang demikian beliau tidak pernah murka/marah atau menghukum sesiapapun.

Konsep manusia dalam Saivisme merupakan yang paling ‘profound’ dan positif di dunia. Ia punyai kesefahaman yang paling unggul mengenai siapa manusia sebenarnya, dari mana kita datang, kenapa kita ke sini dan kemana arah tujuan/destinasi kita.Saivisme menerangkan bahawa roh datangnya dari pencipataNya dan melalui pelbagai dunia sehingga kembali ke pangkuan Siva.

Saivisme adalah agama yang paling ‘joy’ di dunia. Ia adalah agama berdasarkan Cinta/Love. Ia merupakan ‘rid of all glomy doktrin'. Ia tidak mempunyai teori neraka yang tidak kehabisan ‘eternal’, tiada makluk asing (hantu), tiada dosa ‘eternal’ tiada hari kiamat bilamana tuhan yang maha penyayang menghukum kita sekiranya tidak mematuhi arahannya.

Agama Sivisma merupakan yang paling "mystical" di dunia. Ia punyai pengetahuan yang lebih banyak berbanding falsafah-falsafah lain walaupun segala falsafah lain dapar digabungkan sekali. Hinduisma mengajar sains penyebahan kuil, metafisik,hata yoga, raja yoga, kundalani yoga, meditasi, siddhas, pranas dan chakra. Ia juga mempunyai hukum karma, dharma, kelahiran semula, mata ketiga, falsafah kehidupan dan kewujudan, tanthra, mantra, yamas , kosmologi, astronomi, astrology, pengembaraan astral, kewujudan 3 dunia, 14 planet @ loka, deva, mahadeva (malaikat), asura, ghandharvas, ghanas, telepathy, pengawalan minda. Ia juga punyai digram mystical serta carta, dunia luaran, getaraan suara/bunyi, pengorbanan rahsia permata dan logam, perubahan ayurveda dan beribu lagi, Adakah mana-mana agama lain mengajar kesemua ini dalam satu konsep yang dipanggil sebagai agama ?

Ia merupakan agama yang paling terbaik dapat mengadaptasikan dirinya dengan zaman teknologi. Ia tidak bergantung pada doktrin @ metadology yang dapat digugat oleh sains. ia tidak bertembung/bertelagah dengan sains dalam apa jua cara. Hinduisma berdasarkan pada pengalaman bukannya kepercayaan semata-mata. Kesemua penemuan sains terkini adalah selari/berpaut/bersama dengan pengajaraan saivisma. Sebagai contohnya kod DNA yang terdapat/terkandung dalam setiap sel hidup dari masa lampau merupakan hukum karma yang dikenali umum dalam Hinduisma.

Ia mempunyai kumpulan kitab suci yang terbaik di dunia.Iaitu ia mempunyai 4 Veda, 12 Thirumurai, 28 Agama, 77 Thatvas, 215 Pancharatas, 4 Thutihas (hikayat suci), 18 Purana Besar dan 18 Purana Kecil, 4 Upa-Vedas, 16 Vedangas, 6 Dharsanas, 18 Dharma Sastras, 320 Upa- Agamas, Beratus-ratus Kuil Puranas dan beratus ribu lagu suci Secara ringkasnya ia mempunyai:-

Saivisme

Vedas: Kitab terawal berorentasikan

Upanishads: Ia menerangkan penerangan terawal mengenai pengajaran Siva dan 3 kesempurnanNya. Ia mengandungi pengajaran Monostic Theism. Bilamana Siva dirujuk sebagai Bhraman.

Saiva Agamas : Ia mengandungi segala/kesemua falsafah Saiva Siddhandam.

Thirukural: Ia memberi garis panduan hidup, bagaimana berkelakuan di dunia. Ia boleh dikatakan sebagai kitab yang paling unggul di dunia dalam membincangkan soal etika dan moral.

Thirumantiram, Thirumurai : Ia adalah kumpulan lagu suci yang terunggul.Ia segaligus dapat di katakan sebagai satu set lengkap kitap agama dan ia di sanjung tinggi dalam masyarakat Saivisme sehingga di katakan sebagai “Thirumuraiye em uyir thunai”.

Ia mempunyai kuil yang dirahmati dan di limpahi dengan Sakthi bilamana tidak dapat di bandingi pada bila-bila masa sekalipun.

Dalam semua masa Saivisme mempuyai bilangan para ulama (enlighten beings), Para pencari kebenaran tuhan, Jnani untuk menerajui/ tunjuk ajar agama dan panganut agama kita serta manusia segajat. Saivisme tidak mempunyai satu peneraju yang unggul suatu masa dahulu malahan sentiasa mempunyai para ulama/peneraju yang meneruskan usaha mulia. Satguru sentiasa wujud dalam agama kita bilamana beliau melenyapkan kejahilan, beliau mengetahui segalah falsafah, beliau mengetahui perjalanan dalaman (inner working) kuil dan beliau juga adalah falsafah dan kuil itu sendiri.Beliau adalah intipati segala ilmu pengetahuan dan destinasi penganut (pilgrims destination). Sekiranya segala kuil dimusnahkan ia akan muncul kembali dari benih falsafah atau dari kehadiraaan para penyedar tuhan (Satguru). Malahan sekiranya segala kitab dan falsafah dibakar ia akan ditulis kembali dari intipati yang sama. Dalam agama lain ia tidak mungkin berlaku, kerana mereka hanya mempunyai seorang peneraju/nabi yang telah mati beratus tahun yang dahulu dan mereka tidak punyai sesiapapun untuk terus menerajui mereka.

Hinduisma tidak dapat digangui, Ia tidak pernah diwujudkan oleh itu ia tidak punyai kiamat. Sehingga bila Siva terus menari sehingga itulah Saivisme akan wujud.

Secara totalnya penerangan di atas ini adalah sebahagian kecil sahaja dan terdapat banyak lagi yang mana menyebabkan kita menyatakan dengan lantangnya bahawa Agama Hindu adalah yang paling unggul.

Ringkasan bhagavad Gita


Ringkasan Bhagavad Gita
Bhagavad-gita (Sanskerta: भगवद् गीता; Bhagavad-gītā) adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Kresna, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Kresna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavad-gita adalah "Nyanyian Sri Bhagavan (Bhaga = kehebatan sempurna, van = memiliki, Bhagavan = Yang memiliki kehebatan sempurna; ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi,kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna, yang di miliki sekaligus secara bersamaan).
Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada "Bhismaparwa". Adegan ini terjadi pada permulaan Bharatayuddha. Saat itu Arjuna berdiri di tengah-tengah medan perang kuruksetra di antara pasukan kurava dan pandava. Arjuna bimbang dan ragu-ragu berperang karena yang akan dilawannya adalah sanak saudara, teman-teman dan guru-gurunya. Lalu Arjuna diberikan pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) yaitu Bhagavad-gita oleh Sri Krishna yang berlaku sebagai sais Arjuna pada saat itu.
Penulis
Penulis Bhagavad-gita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa. Bhagavad-gita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan dunia dan akhirat . Umat Hindu meyakini, Bhagavadgita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat dimusnahkan
Daftar isi
Kitab ini terdiri dari 18 bab, yaitu:
• BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.
• BAB II Ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Krishna, kemudian Krishna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yanag bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Sri Krishna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
• BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.
• BAB IV Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad-gita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna Beliau sewaktu-waktu menurun ke dunia ini, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya.
• BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oelha api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melapaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.
• BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latian meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.
• BAB VII Pengetahuan tentang Yang Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek sembahyang kepada yang lain.
• BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.
• BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna di alam rohani.
• BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna,Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.
• BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada Arjuna. Beliau memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagian alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Mahakuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya Sendiri serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni
• BAB XII Bhakti Yoga, Pengabdia Suci Bhakti, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti, bhakti-yoga, pengabdia suci yang murni kebada Sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan sifat-sifat suci.
• BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti, ORang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material.
• BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material) - Sattvam, Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas). Sri Krishna menjelaskan arit sifat-sifat tersebut dalam bab ini, bagaimana sifat-sifat tersebut mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat tersebut serta ciri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani (orang yang sudah lepas dari tiga sifat alam).
• BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna.
• BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang memiliki sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material, tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.
• BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan bhakti kepada Krishna.
• BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohaniantertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri Krishna yang kekal.
• Bhagawadgita dalam budaya Jawa Kuna dan Bali

• Cuplikan adegan Arjuna yang menghadap Bhatara Wisnu dalam komik Mahabharata oleh R.A. Kosasih.
• Orang Jawa Kuna dan Bali sudah mengenal Bhagavad-gita karena kontak dengan India dan pengaruh agama Hindu pada masa dahulu.
Bhismaparwa
Dalam buku keenam Mahabharata yaitu Bhismaparwa yang disalin ke dalam bahasa Jawa Kuna, sebuah ringkasan Bhagavad-gita ada pula. Tetapi menurut banyak pakar, penerjemah Jawa Kuna kurang paham akan bahasa Sanskerta, sehingga terjemahannya kurang sempurna. Bhagawadgita dalam Bhismaparwa ini terdiri dari sloka-sloka dalam bahasa Sanskerta yang diikuti dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuna setelah setiap sloka.
Bharatayuddha
Dalam kakawin Bharatayuddha berbahasa Jawa Kuna, yang konon digubah dari aslinya dalam bentuk prosa, Bhagawadgita tidaklah didapati. Hanya dua bait saja ditulis untuk menguraikan wejangan-wejangan Kresna kepada Arjuna. Bait-bait ini berasal dari pupuh 10, bait 12 dan 13: ayat-ayat selanjutnya dalam Bhagavad Gita kemungkinan dihilangkan oleh penjajah setelah Hindu berkuasa, karena bertolak belakang dengan ajaran baru tersebut.
(12)
mulat mara sang Arjunâsemu kamânuṣan kasrepan
ri tingkah i musuhnira n paḍa kadang taya wwang waneh
hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwânggeh paman
makâdi Krpa Salya Bhiṣma sira sang dwijânggeh guru
(13)
ya kâraṇaniran pasabda ri narârya Krṣṇâteher
aminta wurunga ng lagâpan awelas tumon Korawa
kuneng sira Janârdanâsekung akon sarṣâpranga
apan hila-hila ng kṣinatriya surud yan ing paprangan
Terjemahan
(12)
Maka melihat merekalah sang Arjuna dan iapun terliputi rasa kasihan
sebab musuh-musuhnya bukanlah orang asing
ada sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman-paman
seperti Krepa, Salya, Bisma dan gurunya (Bhagawan Drona).
(13)
Oleh sebab itu, ia lalu berbicara kepada prabu Kresna,
meminta supaya ia menghentikan peperangan, karena kasihan melihat para Korawa.
Akan tetapi sang Janardana (Kresna) menyuruhnya tetap berperang
sebab seseorang yang dianggap sebagai ksatria tidaklah diperbolehkan mengundurkan diri dari peperangan.

Aneh



Berikut ini merupakan kejadian nyata tentang keberadaan Pura ‘aneh, artikel ini aslinya saya dapatkan di www.nyamakotabaru.multiply.com berikut langsung saja disimak dibawah ini.
Mungkin aneh terdengar di telinga para pembaca, tetapi itulah adanya. Katanya ada kabupaten lain yang menjadi tetangga Kabupaten Kotabaru, tetapi secara fisik tidak ada karena tidak kelihatan. Kalau selama ini kita hanya mempercayai segala sesuatu setelah ditangkap oleh organ-organ indera, bagaimana bisa mempercayai apa yang terjadi di Kabupaten ini ? Cerita orang-orang, konon kabupaten yang dimaksud adalah Kabupaten Suranjanaâ. Kabupaten kaya, megah dan luar biasa, yang hanya ada dalam cerita, tetapi tidak bisa dilihat keberadaannya. Ceritanya pula, sejak lama banyak orang kaya di kabupaten ini membeli mobil-mobil mewah di Surabaya. Setelah dicek ke Kotabaru, tidak dapat ditemukan seorangpun yang ada di alamat dimaksud.
Kita tidak akan membicarakan masalah keberadaan dan kebenaran keberadaan “Kabupaten Suranjana” tersebut. Tetapi keberadaan sebuah Pura di wilayah kabupaten Kotabaru(Kecamatan Tanjung Seloka) yang tidak ada penyungsungnya. Warga/umat Hindu di Kotabaru mengetahui dengan baik bahwa di sekitar Pura itu tidak ada umat Hindu. Juga tidak ada lokasi transmigrasi yang menganut agama Hindu. Kenapa di daerah itu dibangun pura ? Siapa yang menyuruh pihak perusahan untuk membangun pura di lingkungan perusahaannya, atas permintaan siapa ? Banyak pertanyaan lainnya dapat dijukan sehubungan dengan keberadaan pura misterius ini.
Pura ini berada di wilayah kecamatan Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) di dalam kawasan Perusahan PT. Mangium Anugrah Lestari atau lebih sering disebut PT. MAL. Sebuah perusahan asing yang membuat bahan baku untuk pembuatan kertas. Bahan baku yang kertas tersebut selanjutnya dikirim ke Surabaya, Samarinda bahkan keluar negeri. Kebetulan perusahan tersebut berada di tepi pantai, sehingga pura itu juga berada ditepi pantai. Udara pantai yang bersih turut meningkatkan nuansa kesucian dari pura tersebut. Lokasi pura ini berupa daerah yang menjulur kelaut(tanjung), dan masyarakat sekitarnya menyebut Tanjung Keramat. Menurut penuturan masyarakat setempat daerah itu memang merupakan daerah keramat. Sampai sekarang Tanjung Keramat sering dijadikan tempat untuk melakukan upacara korban/syukuran oleh penduduk sekitar yang semuanya beragama Islam.
Sebenarnya sejak lama sudah ada yang memberikan informasi kepada penulis akan keberadaan pura tersebut. Akan tetapi penulis abaikan karena tidak mungkin ada pura karena tidak ada umat Hindu disana. Justru saat penulis sedang mengurus perpindahan ke Bali, teman-teman di Kabupaten Tanah Bumbu kembali memberikan informasi dan kepastian akan keberadaan pura dimaksud. Dengan penuh semangat bapak Wayan Sukarma mengajak untuk mengunjunginya. Akhirnya dari Bali penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Kami kumpulkan teman-teman di Kotabaru untuk mempersiapkan segala sesuatunya guna mengunjungi pura tersebut. Perjalanan Tirtayatra ke pura tersebutpun kami lakukan. Rombongan sebanyak 16 orang terdiri dari Jero Mangku, penyuluh agama Hindu, guru agama Hindu, PHDI, polisi dan tokoh umat lannya berangkat hari Sabtu, 20 Desember 2008. Berangkat dari Pulau Laut Utara(Kota) pukul 08 00 WITA menuju Pulau Laut Selatan(Tanjung Seloka) dan tiba di pura pukul 14 15 WITA.
Sungguh sebuah perjalanan yang sangat melelahkan. Dari awal dan dalam perjalanan kami semuanya dipenuhi rasa was-was, takut pura yang dimaksud tidak ada, atau tidak berhasil ditemukan. Akan tetapi, perasaan lega luar biasa kami rasakan setelah kami bisa menemukan pura itu. Sebab, sebelumnya semua pikiran anggota rombongan penuh keraguan dan tanda tanya.
Bangunan utama pura adalah padmasana setinggi kurang lebih 4 meter, lengkap dengan atribut Bedawang Nala, Naga Anantabhoga dan atribut lainnya. Selain padmasana ada lagi dua pelinggih lain di mandala utama. Di tempat lain yang terpisah dari mandala utama didirikan juga pelinggih-pelinggih lain. Di tepi pantai didirikan pelinggih untuk Hyang Baruna. Sedangkan di salah satu areal sumur juga di bangun pelinggih untuk Hyang Wisnu. Penempatan pelinggih-pelinggih tersebut sepenuhnya permintaan dari alam Niskala. Demikianlah permintaan alam niskala kepada ibu Toni. Pan Mandri dengan temantemannya hanya mengerjakan apa yang disarankan oleh bu Tony(istri Maneger Pabrik).
Menurut penuturan ibu Toni yang mempunyai kemampuan melihat alam Niskala katanya sebelum dibangun pura tersebut sering terjadi kecelakaan yang dialami kapal-kapal yang akan melakukan Loading di Pelabuhan perusahan itu. Sering juga terjadi gangguan-gangguan di tempat kerja. Berbagai kerusakan tanpa penyebab yang terjadi pada peralatan-peralatan di pabrik. Walau telah mendatangkan teknisi yang profesionalpun alat-alat tersebut tetap tidak dapat bekerja. Aneh sekali, begitu bahan bangunan pura tiba dilokasi pabrik, peralatan yang tadinya rusak tiba-tiba normal kembali. Termasuk seorang karyawan asing yang mengalami cedera di punggungnya mendadak sembuh.
Dari informasi yang berhasil didapatkan dari ibu Toni, dikatakan bahwa pura ini didirikan bukan semata-mata untuk menyelamatkan pabrik yang sering mengalami kerusakan atau untuk menghindarkan orang-orang yang bekerja dipabrik dari berbagai musibah akibat campur tangan pihak makhluk Niskala, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan alam semesta agar terhindar dari berbagai bencana. Kata bu Tony, alam di Tanjung Seloka terutama lautannya mempunyai ombak yang ganas. Untung di pantai ini ada tempat suci yang dijadikan tempat oleh makhluk alam gaib untuk mendoakan alam semesta. Tempat suci ini secara sekala berada di lingkungan Pabrik. Bu tony, meminta suaminya yang menjadi manajer diperusahaan PT. MAL ini untuk membangun pura. Walaupun bu Tony dan suaminya beragama Kristen, kewajibannya untuk membangun Pura di lingkungan pabrik tetap harus dilaksanakan.
Ritual apapun yang dilaksanakan di Besakih, ritual yang sama juga dilakukan di pura ini. Konon pura ini disungsung oleh semua makhluk halus dari seluruh wilayah daratan maupun lautan di Kalimantan. Menurut ibu Toni lagi, Pura Besakih memancarkan vibrasi kesucian sampai di benua Australia. Sementara itu, pura ini vibrasi kesuciannya menyebar sampai di wilayah Makasar. Pura ini memang didirikan secara khusus bagi makhluk halus di alam Niskala. Merekalah yang meminta pendirian pura ini. Namun demikian, pihak perusahaan (bu Tony) mempersilahkan umat Hindu dari mana saja memanfaatkan pura ini untuk beribadah.
Beberapa keajaiban aneh berkaitan dengan keberadaan pura tersebut diantaranya;
1. Kurang lebih 14 hari sebelumnya teman kami Nyoman Arnawa(30 tahun) dua kali berturut-turut bermimpi diajak mengunjungi sebuah pura diatas laut. Nyoman menceritakan kisah dan ciri-ciri pura dalam mimpinya dengan saudaranya di Bali. Nyoman didatangi seorang laki-laki gagah dengan pakaian kebesaran dan diiringi oleh pengawalnya berupa kura-kura kecil yang dengan tiba-tiba berubah menjadi sangat besar, dan seekor naga raksasa(besar). Anehnya waktu mimpinya itu persis sama dengan saat Bapak Wayan Sukarma memberikan informasi dan menghubungi penulis. Ketika itu pula penulis memutuskan untuk mendatangi pura tersebut. Nyomanpun kaget setengah mati setelah melihat pura itu sama persis dengan apa yang dia lihat didalam mimpinya. Hatinya sungguh bergetar, tangisnya ditahan takut mengganggu teman lain yang sedang sembahyang kusuk. Ia mangatakan bahwa pura ini merupakan pura penting di Bumi Borneo, dan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pura-pura Dang Khayangan di Bali, khususnya dengan Besakih.
2. Lebih aneh lagi dalam perjalanan pulang. Rencangan/pengabih pura itu(naga besar dan kura-kura besar) menyertai Nyoman pulang sampai dirumah. Setelah dibuatkan segehan, baru pengabihnya tersebut kembali dan menghilang. Malam harinya kembali Nyoman didatangi Penguasa pura tersebut dengan Pengabihnya serta.
3. Setelah para tukang yang membangun pura selesai menyelesaikannya, semuanya bermimpi bahwa pura itu sudah selesai diuparacarai oleh umat dari Besakih. Bahkan persiapan sebelum pura itu dibangun juga dilkukan dengan cermat oleh sesuhunan kita di Besakih. Demikian juga setelah disampaikan kepada pimpinan perusahan untuk seger membuatkan ritual Pemlaspasan. Pimpinan perusahan tidak diijinkan melakukan pemlaspasan karena sudah diselesaikan dari Besakih.
4. Pada malam hari sebelum kami berangkat ke pura tersebut, kami berdoa secara khusus untuk membawa sesuatu untuk menyucikan pura tersebut. Saat itu penulis dilarang untuk melakukan hal itu. “Pura itu sudah final, tidak usah diapa-apain lagi. Kalian tinggal sembahyang saja disana”. Kamipun hanya membawa Pejati dan Segehan seperlunya, hanya untuk sembahyang saja.
Banyak pertanyaan yang dapat kita ajukan sehubungan dengan keberadaan pura yang aneh itu. Entah apa yang dikehendaki oleh pura itu sendiri, entah informasi apa yang ingin disajikan kepada kita. Yang jelas, pura itu sudah ada, penyungsungnya tidak ada secara fisik. Siapa yang merawatnya, bagaimana melakukan perawatan karena tempatnya sangat jauh ? Bagaimana kedepan nasib pura itu ?. Ah, . .Biarkan saja, alam yang menghendaki, seisi alam yang menyungsungnya, dan alam juga yang merawatnya. Kita hanya mengharmoniskan diri dengan alam itu, syukuri limpahan kasihnya, rawat alam lingkungan kita. Niscaya alam akan menunjukkan persahabatannya dengan kita.
Entah apalah nama pura itu di alam Niskalanya, dalam diskusi dengan teman-teman terlontar keinginan untuk memberi nama pura tersebut dengan nama “Pura Tajung Keramat”. Tetapi Nyoman Arnawa secara pribadi menyarankan nama pura itu “Pura Agung Jagat Natha Keramat Baruna Sakti”.

Foto-foto yang berhubungan dengan keberadaan pura tersebut dapat diakses lewat www.nyamakotabaru.multiply.com
OM Samastha Lokha Sukhino Bhavantu
Semoga seluruh alam semesta berbahagia.

Bahasa Sanskerta, Bahasanya para Dewa??


Bahasa Sansekerta: Bahasa Para Dewa? Today at 1:03pm Oleh Roy B.
Efferin*)

Ketika Big Bang atau Dentuman Besar terjadi pada awal terciptanya alam
semesta, sebenarnya tidak ada suara apa pun yang terdengar. Konon, yang
mendengar juga belum ada dan mediumnya pun juga tidak ada. Kata Big Bang
dimunculkan oleh Fred Hoyle pada tahun 1950 untuk menjelaskan
karakteristik alam semesta yang mulai berekspansi dengan cara seketika
seperti ledakan.

Gambaran awal alam semesta ini dilihat oleh teleskop gelombang mikro
milik NASA. Jika Big Bang memang terjadi, gelombang awal yang muncul
pada saat itu akan menjadi gelombang mikro pada saat sekarang. Teleskop
NASA menemukan gelombang mikro yang telah menempuh jarak selama hampir
14 milyar tahun cahaya. Gelombang ini muncul kira-kita 380.000 tahun
setelah Big Bang, kurang lebih bagaikan 12 jam setelah kelahiran seorang
bayi ke dunia.

Secara visual, hanya gelombang mikro yang terlihat melalui teleskop.
Tetapi, gelombang mikro ini memiliki suara. Suara yang pada mulanya
tidak terdengar, tetapi kemudian muncul dalam bentuk desisan, yang
semakin lama pitch atau tinggi-rendah nada desis tersebut akan semakin
menurun. Suara awal ini terdeteksi sebagai noise. Noise yang memenuhi
segala spektrum sehingga mampu menciptakan struktur penciptaan pada
seluruh skala dari bintang hingga galaksi. NewScientist.com
mempublikasikan artikel bahwa alam semesta lahir dengan desisan dan
bukan ledakan. Dalam salah satu link-nya, juga terdapat rekaman suara
awal (http://www.newscientist.com/ ).
Maka, pemahaman Injil Yohanes versi Internasional bahwa "In the
beginning was the Word", menjadi keliru. Bukan Word tetapi Sound,
suara. Suara yang tidak memiliki arti tertentu, tetapi esensial dalam
pembentukan alam semesta. Suara penciptaan awal alam semesta.

Para Resi jaman dahulu sudah mengetahui hal ini selama ribuan tahun.
Mereka melakukan percobaan dengan elemen-elemen alam, kemudian hasil
percobaan itu mereka tuliskan menjadi Veda atau Kitab Pengetahuan.
Menurut Veda, suara awal penciptaan adalah AUM (OM).

Dalam peradaban Sindhu (Hindu) dijelaskan bahwa awal Penciptaan bermula
dari Suara Awal AUM. AUM tidak hanya mengacu pada penciptaan, tetapi
juga menjadi motor penggerak seluruh alam semesta. A adalah simbol
Penciptaan Materi. U adalah simbol Pemeliharaan Energi. M adalah simbol
Pendaur-ulang.

AUM ini kemudian menjadi mantra suci kebudayaan Hindu. Kata Mantra
berasal dari bahasa Sansekerta Manas dan Yantra. Manas artinya, pikiran.
Yantra artinya, alat. Mantra, tidak seperti yang dikenal orang sebagai
jampi-jampi, mempunyai arti "alat untuk menenangkan pikiran".
Kata-kata apa pun yang bisa menenangkan pikiran manusia dapat
dikategorikan sebagai Mantra. Mantra yang diucapkan berulang-ulang dalam
Islam disebut Dzikir. Salah satu Dzikir yang paling umum adalah La Ila
Ha Ila Allah yang artinya, tidak ada Tuhan selain Allah, atau tidak
kebenaran apa pun di luar Tuhan. A-U-M sendiri dalam bahasa Arab menjadi
Alif, Lam, Min. Di dalam bahasa Yahudi, Tuhan atau Kebenaran itu sendiri
tidak memiliki nama. Tetapi, jika tetap harus diungkapkan, maka ungkapan
yang tepat tentang Tuhan atau Kebenaran hanyalah suara yang diucapkan
dalam bentuk gabungan huruf Y-H-V.

Dalam tradisi Kristen, menurut Jnaneshvara Bharati, salah satu mantra
yang bisa dipakai adalah Maranatha. Kata Maranatha disebut dalam surat
St. Paulus kepada umatnya di Korintus dan juga muncul di Kitab Wahyu
Injil. Maranatha berasal dari bahasa Aram (bahasa pergaulan bangsa
Yahudi pada masa Yesus) yang mempunyai dua arti sebagai berikut:
• mara – natha yang artinya "Tuhan datanglah";
• maran – atha yang artinya "Tuhan telah datang".

Dalam cerita Hindu, ketika Ia Yang Tak Bernama, tetapi memiliki tak
terbatas Nama, sedang dalam tidur panjang, suara AUM yang berasal dari
dalam diri-Nya sendiri yang telah membangunkan-Nya. AUM menyebabkan
diri-Nya sadar akan Keberadaan-Nya sendiri. Pada saat ini, Ia pun berada
dalam keadaan Turiya, keadaan keempat yang tak terjelaskan.

AUM ini yang menyebabkan seluruh alam semesta tercipta dan mulai
berekspansi. Mantra AUM dianggap sebagai mantra yang tertinggi dan
disebut sebagai Pranava, awal. Bahkan dalam salah satu Upanishad
(pelajaran dan pengamalan kebenaran), yaitu Mandukya Upanishad,
berbunyi: "AUM – kata ini adalah segalanya: masa lalu, masa
kini, masa depan, bahkan melampaui waktu. Semuanya adalah AUM".

Mandukya (dalam bahasa sansekerta berarti katak) Upanishad adalah hasil
pengalaman seorang Resi yang belajar tentang rahasia Keberadaan-Nya dari
seekor katak. Mandukya Upanishad ini sudah berusia ribuan tahun. Seekor
katak mempunyai kemampuan lebih dibanding binatang lain, karena ia bisa
hidup dalam dua dunia, yaitu air dan darat. Ia dengan mudah dapat
berpindah antara kedua dunia tersebut. Kedua dunia ini oleh sang Resi
tersebut sebagai lambang dari dunia materi dan dunia spiritual.

Masih di dalam Mandukya Upanishad disebutkan pula bahwa alam semesta ini
terdiri atas empat keadaan:
1. Keadaan jaga atau Jagarita: keadaan ketika seseorang bangun tidur dan
melakukan kegiatan sehari-hari. Ini adalah kesadaran materi,
Vaishvaanara. Pada keadaan ini manusia menggunakan panca indera dan
fisiknya untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Keadaan jaga adalah
setara dengan suara dari huruf "A" pada AUM.
2. Keadaan tidur dengan mimpi atau Svapna: keadaan ketika seseorang
sedang bermimpi dalam tidur. Di sini kesadaran yang berkuasa adalah
energi, tajas. Energi memiliki massa, tetapi tidak memiliki bobot
sehingga dapat dengan mudah berubah bentuk. Dalam mimpi seseorang bisa
mengalami apa pun yang ketika jaga tidak mungkin terjadi. Bahkan
seseorang bisa menciptakan apa pun secara instan dalam dunia mimpinya
itu. Pikiran, dalam hal ini alam bawah sadar, menjadi penguasa dari alam
mimpi ini. Keadaan bermimpi adalah setara dengan suara dari huruf
"U" pada AUM.
3. Keadaan tidur tanpa mimpi atau deep sleep (Susupti): keadaan ketika
seseorang tidur lelap tanpa mimpi sedikit pun. Pada saat itu yang
terjadi adalah kekosongan. Ketika kesadaran materi dan energi hilang,
pada saat itulah kesadaran atau prajna ini muncul. Kesadaran atau prajna
adalah sebab dari keadaan jaga dan tidur bermimpi. Kedua keadaan pertama
ada karena keadaan deep sleep ini. Keadaan tidur tanpa mimpi adalah
setara dengan suara dari huru "M" pada AUM.
4. Keadaan Turiya: keadaan yang tidak terjelaskan. Keadaan yang
melampaui semuanya, melampaui baik-buruk, melampui ilusi-realita,
melampaui krodh (amarah), melampaui kaam (nafsu), melampaui lobh
(keserakahan), dan melampaui moh (keinginan duniawi).
Resi jaman dahulu bukan saja ilmuwan praktis, tetapi juga seorang
psikolog ulung.

Ketiga keadaan pertama di atas dalam psikologi sekarang dikenal sebagai:
Kesadaran jaga (consciousness); kesadaran alam bawah sadar (sub
consciousness); kesadaran supra (super consciousness). Sementara keadaan
keempat, kesadaran no-mind yang melampaui ketiga kesadaran sebelumnya
tidaklah dikenal oleh pemikiran Barat, tetapi sudah dikenal dalam
peradaban Timur. Keadaan keempat inilah yang disebut Pencerahan Buddha
atau Kesadaran Kristus.

Hansberger, seorang ilmuwan Jerman setelah Perang Dunia Pertama,
menemukan bahwa kesadaran mempunyai kaitan erat dengan frekuensi
gelombang otak. Gelombang otak adalah frekuensi pancaran otak yang
direkam dengan electroencephalogram (EEG). Gelombang Beta mempunyai
frekuensi 14 sampai 28 siklus per detik. Ini adalah kesadaran jaga kita.
Ketika kita sedang tegang, kuatir, atau sibuk dengan kegiatan yang
menguras otak, maka Gelombang Beta yang mendominasi otak kita.

Gelombang berikutnya adalah Gelombang Alpha dengan panjang gelombang 8
sampai 13 siklus per detik. Pada gelombang ini seseorang masih berada
dalam kesadaran jaga, tetapi dalam kondisi yang rileks, kreatif, bebas
dari kekhawatiran – atau sering disebut sebagai kondisi meditatif
ringan. Pada kondisi ini seseorang belum sampai pada keadaan tidur,
namun pikirannya sudah tidak lagi aktif. Kondisi ini adalah kondisi
netral di mana panca indera bekerja maksimal sehingga seseorang akan
menjadi sangat "awas".

Banyak latihan-latihan beladiri yang memiliki unsur meditasinya
bertujuan agar orang tersebut mencapai Gelombang Alpha sehingga tubuh
dapat merespons dengan cepat. Contoh: Tai Chi, Aikido, dan Ba Gua Chuan
sering disebut moving zen, karena beberapa latihan-latihannya
menginduksi gelombang otak untuk mencapai Gelombang Alpha. Respons tubuh
dengan cara ini berbeda dibanding ketika hormon adrenalin seseorang
bekerja. Seseorang yang hormon adrenalinnya sedang bekerja, maka
tubuhnya juga akan merespons dengan cepat, tetapi pada saat itu hanya
kesadaran binatang (insting) yang terletak di batang otak yang aktif.
Kedua gelombang Beta dan Alpha adalah keadaan jagarita.

Gelombang yang sedikit lebih panjang lagi adalah Gelombang Theta yang
mempunyai frekuensi dengan siklus 4-7 kali per detik. Inilah keadaan
Svapna. Umumnya kondisi jaga anak-anak berada pada frekuensi ini,
sementara orang-orang dewasa jarang yang berfrekuensi Theta pada kondisi
jaga. Pada orang-orang dewasa, kondisi ini sering muncul menjelang tidur
dan ketika sedang mengalami mimpi sehingga berhubungan langsung dengan
alam bawah sadar orang tersebut. Seseorang yang sedang dalam kondisi
meditatif secara mendalam, kreatifitas yang tinggi, dan reseptif
terhadap hal-hal paranormal sebenarnya juga sedang mengalami Gelombang
Theta. Tidak heran bila kita sering kali tidak bisa membedakan dengan
tepat keadaan seseorang yang sedang bermimpi dengan seseorang yang
sedang berhalusinasi. Pada saat bermimpi, seseorang mengalami REM (Rapid
Eye Movement) atau mata bergerak dengan cepat.

Seseorang yang mengalami sleepwalking atau berjalan sambil tidur,
gelombang otaknya pun juga berada pada tingkat ini. Tetapi, ketika
bangun ia tidak ingat sama sekali apa yang telah dilakukannya, karena ia
sebenarnya berada dalam alam mimpi. Seseorang yang berada dalam alam
mimpi, umumnya ketika bangun tidur tidak ingat mimpi apa yang
dialaminya.

Gelombang keempat adalah Gelombang Delta yang mempunyai frekuensi dengan
siklus 1 - 3 per detik. Gelombang ini muncul pada saat seseorang berada
dalam kondisi tidur tanpa mimpi (deep sleep) atau meditasi yang sangat
dalam. Inilah keadaan susupti ketika Prajna memegang kendali.

Sampai saat ini, ilmuwan masih dapat memetakan hingga deep sleep.
Tetapi, ribuan tahun yang lalu para Resi sudah mengenal hingga tahap
berikutnya yang disebut Turiya. Pada saat itu, seseorang akan mempunyai
gelombang otak 0 siklus per detik. Akan sangat lama bagi para ilmuwan
masa kini untuk membuktikan frekuensi 0 siklus per detik. Mereka akan
menganggap seseorang yang berada pada kondisi itu telah mati secara
klinis. Tapi, bagi para Resi, seseorang yang mati secara klinis belumlah
mencapai kondisi Turiya. Bagaikan transmiter rusak, otak tidak
memancarkan frekuensi apa pun karena otak sudah tidak berfungsi. Tapi,
di lain pihak, penelitian pernah membuktikan bahwa seorang Yogi dapat
menurunkan frekuensi otaknya hingga hampir 0 siklus per detik. Setiap
beberapa menit atau jam, otak yang kelihatannya datar mengalami spike
atau lonjakan. Frekuensinya menjadi satu dibagi beberapa ratus siklus
per detik, tetapi tetap belum mencapai 0.

Gelombang otak manusia hanyalah medium. Apa yang dipancarkan bersama
gelombang otak tersebut bisa berlainan. Jika tiga orang yang sedang
tidur bermimpi dan ketiganya berada pada gelombang yang sama, maka tidak
berarti ketiga orang tersebut bermimpi hal yang sama, meskipun
kadang-kadang hal tersebut bisa terjadi. Seperti modem internet pada
komputer yang menggunakan kabel telpon untuk mengirimkan sinyal-sinyal
berupa data-data komputer. Data-data yang dikirim melalui sinyal-sinyal
pada kabel telepen itu sesungguhnya dikonversikan ke dalam bentuk suara.
Demikian juga pikiran manusia menggunakan medium gelombang otak hingga
mampu dialami oleh seluruh bagian tubuh.

Pada saat seseorang sedang tertidur dan mengalami mimpi buruk, dia akan
terbangun sambil berkeringat dingin serta jantung berdebar-debar. Apa
yang hanya dialami dalam alam mimpi (kesadaran kedua), secara fisik
dirasakan oleh tubuh dalam kesadaran jaga. Jadi, batas antara keempat
keadaan tersebut tidak sejelas yang dikira.

Dalam alam mimpi seseorang hampir tidak bisa "berpikir". Bahkan
untuk menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi pun tidak bisa. Ketika ia
menyadari dirinya sedang bermimpi, maka sebetulnya saat itu ia sedang
tidak bermimpi. Svami Anand Krishna dalam ceramahnya pernah meyinggung
bahwa pernyataan "Saya sedang tidur" tidak mungkin terjadi.
Meskipun secara tata bahasa adalah benar, tetapi jika seseorang sedang
tidur, maka ia tidak akan tahu dirinya sedang tidur. Pengetahuan bahwa
dirinya tidur baru bisa disadari ketika orang tersebut sudah keluar dari
tidurnya.

Kembali kepada soal vibrasi materi atau energi. Fisika Modern telah
membuktikan bahwa seluruh alam semesta ini sedang bervibrasi. Alam
semesta mempunyai getaran yang saling tumpang tindih dengan rentang
frekuensi yang tidak terbayangkan. Karena semua adalah vibrasi dengan
frekuensi tertentu, maka manipulasi elemen atau materi di alam semesta
ini pun bisa dilakukan dengan frekuensi tertentu pula. Salah satu metode
yang digunakan oleh para Resi adalah menggunakan simbol-simbol.
Simbol-simbol dengan kombinasi tertentu dapat menciptakan hasil yang
spesifik. Simbol-simbol ini kemudian dikumpulkan dan sekarang dikenal
sebagai "Bahasa Sansekerta", yang artinya "telah
disempurnakan".

Bahasa Sansekerta adalah bahasa teknik karena dirancang khusus untuk
keperluan tertentu. Bahasa Sansekerta bukanlah bahasa percakapan
sehari-hari. Bahkan menurut penelitian ilmuwan NASA, Badan Penerbangan
Angkasa Amerika Serikat, Bahasa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa
yang bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa pemrograman
komputer.

Sementara bahasa-bahasa lain membutuhkan parser (untuk memisahkan
sintaksis) agar dapat dimengerti komputer dan membutuhkan karakter
alfanumerik (angka dan tanda baca), Bahasa Sansekerta mampu melakukannya
dengan jelas tanpa keduanya. Tidak heran selama ribuan tahun Bahasa
Sansekerta dipakai sebagai bahasa tulisan dalam berbagai bidang profesi,
seperti matematika, hukum, filsafat, linguistik, astronomi, kedokteran,
sastra dan lain sebagainya.

Kembali kepada AUM, setiap pengucapan A-U-M dengan intonasi dan nada
tertentu akan menghasilkan efek tertentu. Distorsi pada suara awal AUM
menciptakan perbedaan frekuensi yang disebut Dvhani atau pola frekuensi.
Perbedaan pola ini disebut Varna yang kemudian menjadi suku kata
Sansekerta. Kata "warna" dalam bahasa Indonesia juga berasal
dari Varna dari Bahasa Sansekerta, yang sebetulnya merujuk pada rentang
frekuensi yang beraneka ragam. Setiap warna memiliki rentang frekuensi
sendiri.

Dalam dunia medis saat ini terapi warna sudah mulai diterima sebagai
terapi komplementer. Prinsip dasar dari terapi warna adalah agar setiap
organ atau anggota tubuh bekerja pada rentang frekuensi tertentu. Jika
organ tersebut frekuensi kerjanya berubah, organ tersebut akan mengalami
gangguan fungsi.

Dalam terapi warna, setiap warna akan memberikan respons yang berbeda ke
syaraf-syaraf otak dan dari otak diteruskan ke organ-organ tertentu yang
juga beroperasi pada rentang frekuensi tertentu. Sebagai contoh,
seseorang yang mengalami gangguan pada ginjal dapat terbantu proses
pemulihannya jika ia melihat warna oranye. Warna ini akan merangsang
syaraf-syaraf di otak dan mengaktifkan hormon tertentu. Selain itu
impuls-impuls tersebut akan diteruskan ke ginjal dan membuat ginjal
kembali bekerja pada rentang frekuensinya sendiri.

Bahasa Sansekerta sendiri dianggap sebagai bahasa tertua dan
terstruktur, karena sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan aksara
pembentuknya berasal dari perbedaan frekuensi. Contohnya adalah sebagai
berikut. "Aa" adalah aksara pertama dan "Ha" adalah aksara
terakhir.Ketika dua aksara tersebut digabung, maka hasilnya adalah
"Aham" yang artinya adalah Aku.

Dalam bahasa Yunani, awal adalah alpha dan akhir adalah omega. Tradisi
Kristen mengatakan bahwa Tuhan adalah awal dan akhir. Alpha dan Omega.
Di tengahnya inilah manusia. Bandingkan dengan bahasa Sansekerta yang
juga mengatakan bahwa di antara Awal dan Akhir itulah "Sang Aku"
(Tuhan) berada.

Contoh lain dari struktur kata pada Bahasa Sansekerta: Padartha yang
artinya adalah Materi, terdiri atas dua kata, Pada artinya Kata atau
Suara, serta Artha bermakna tujuan atau arti. Suara + Arti = Materi.
Dalam bahasa Fisika Kuantum, bisa diartikan sebagai: vibrasi suara yang
diucapkan dengan tujuan tertentu akan membentuk materi. Dan memang
materi inilah yang akan mencul. Setiap vibrasi adalah energi. Setiap
tujuan atau niat juga memiliki massa. Maka, yang terjadi adalah materi
yang memiliki energi dan massa.

Dalam keadaan jaga, materi yang tercipta tidak akan terlihat. Tetapi,
setiap energi tidak pernah musnah. Apa pun yang pernah ada, akan tetap
ada dan hanya berubah bentuk. Bentuk dan komposisi bisa berubah-ubah
meski substansinya tidak.

Dalam keadaan tidur bermimpi, energi (tajas) adalah dominannya. Pada
saat itu, pengertian Padartha akan lebih mudah dimengerti. Suara apa pun
yang muncul ditambah dengan niat tertentu akan menciptakan wujud
tertentu pula secara seketika. Setiap orang pasti mengalami hal ini
ketika ia sedang bermimpi.

Satu-satunya perbedaan antara orang awam dan para Resi adalah Resi sadar
bahwa mereka sedang berada di alam mimpi. Tidak ada mimpi yang
sedemikian buruk atau sedemikian nikmat yang dapat mempengaruhi tubuh
jaga seorang Resi. Karena mereka menyadari bahwa mimpi ini pun adalah
proyeksi pikiran mereka sendiri. Maka dengan sangat mudah para Resi akan
dapat menghentikan atau mengubah mimpinya dengan seketika.

Sementara itu, orang awam baru menyadari bahwa mereka sedang bermimpi
hanya ketika sudah bangun dari tidurnya. Orang awam akan terbawa oleh
mimpinya dan jika mimpinya sangat intens, efek pada tubuh jaga akan
terasa besar juga. Tubuh sedang beristirahat, jantung sedang berirama
dengan normal, tetapi jika seseorang bermimpi buruk – meskipun
mereka tidak ingat dengan mimpinya ketika bangun – maka jantungnya
akan berdebar sedemikian kencang seperti mau meledak, napas
tersengal-sengal, dan dada terasa sesak. Penelitian membuktikan bahwa
serangan jantung paling sering terjadi di pagi hari. Jika terasa tidak
masuk akal, ingatlah bahwa Fisika Modern memang sering "tidak masuk
akal", tetapi bisa dibuktikan.

Bahasa Sansekerta diperkirakan telah berusia minimal antara 4000-7000
tahun dan menjadi dasar dari banyak bahasa-bahasa klasik di Eropa
seperti Yunani, Latin dan Romawi. Tidak mengherankan jika Bahasa
Sansekerta digunakan dalam kitab Veda (Pengetahuan) yang sering dianggap
sebagai kitab suci dari peradaban Hindu.

Aksara-aksara yang digunakan dalam Bahasa Sansekerta disebut Devnagari
(bahasa atau tulisan para Dewa). Dewa atau Malaikat, sesungguhnya,
adalah elemen-elemen dasar pembentuk materi. Melalui Bahasa Sansekerta,
seseorang dapat berinteraksi langsung dengan elemen-elemen alam. Karena
seluruh aksara berasal dari variasi frekuensi, maka mantra-mantra
Sansekerta yang disuarakan dengan benar akan menciptakan vibrasi
tertentu dan mempengaruhi semua tingkat fisik, emosi, mental, energi,
dan spiritual. Bahkan, menilik teori Fisika Modern di atas, vibrasi
tertentu akan dapat menciptakan materi, meski untuk mewujudkannya
dibutuhkan energi yang luar biasa besar.

Bahasa Sansekerta sendiri mengalami beberapa kali perubahan tata bahasa.
Tata bahasa disebut sebagai vyakarana, yang arti harafiahnya
"analisa yang dibedakan". Tata bahasa terakhir Sansekerta dibuat
oleh Panini pada 1300 SM (ada yang menyebut 500 SM) yang menjadi tata
bahasa terpendek, tetapi terlengkap di seluruh dunia. Panini menyebut
tata bahasa ini sebagai Ashtadhyayi. Dalam 4000 ayat-ayat pendeknya,
beliau menunjukkan bagaimana kerja Bahasa Sansekerta dan kombinasi yang
bisa muncul baik arti maupun efeknya secara filosofis.

Ilmuwan NASA telah membuktikan bahwa Sansekerta adalah satu-satunya
bahasa yang dapat mengekspresikan setiap kondisi yang ada di alam
semesta dengan jelas. Dengan struktur bahasa yang sempurna, Bahasa
Sansekerta dapat dan telah digunakan sebagai Bahasa Kecerdasan Buatan,
Artificial Intelligence.

Rigg Briggs, seorang peneliti NASA, menjelaskan bahwa struktur Panini
bisa digunakan untuk menciptakan bahasa tingkat tinggi yang efisien dan
sistematis tanpa perlu menggunakan karakter alfanumerik yang sekarang
dipakai dalam semua bahasa tingkat tinggi komputer. Bahasa tingkat
tinggi artinya, bahasa yang menyerupai bahasa manusia dan merupakan
jembatan instruksi manusia dengan mesin (komputer). Bahasa tingkat
tinggi ini berkebalikan dengan bahasa mesin (bahasa tingkat rendah) pada
komputer yang terdiri atas kombinasi biner: 0 dan 1 (open and close
positions).

Penelitian-penelitian tentang bagaimana aturan-aturan Panini dapat
diterapkan dalam software sedang dilakukan di banyak tempat seperti
Akademi Penelitian Sansekerta dan Siddhaganga Mutt di Karnataka. Bahkan
dalam linguistik, aturan ini pun dapat diterapkan karena aturan Panini
juga melingkupi aktivitas otak dan cara kerja suara manusia. Contoh,
lebih mudah mengatakan jagat + naatha sebagai jagannaatha (dalam Bahasa
Sansekerta) atau abd-ul + rahman sebagai abd-ur-rahman (dari Bahasa
Semit) – keduanya mengikuti aturan fonetik Panini. Hal ini juga
berarti bahwa bahasa Semit pun berasal dari Sansekerta. Diperkirakan
sebagian besar bahasa-bahasa kuno di bumi seperti bahasa Persia, Yunani,
Teutonic, dan Celtic berasal dari Sansekerta.

Setiap mekanisme tata bahasa dalam Bahasa Sansekerta sudah
disempurnakan. Setiap penjelasan tentang kondisi emosi serta berbagai
kondisi lainnya sudah baku dan tidak mengalami perubahan selama ribuan
tahun. Bahasa Sansekerta tidak mengalami penambahan kata baru karena
semuanya sudah ada, termasuk materi apa pun di muka bumi sudah ada
istilahnya. Jika para Resi sudah mengetahui tentang sistem ucapan
manusia yang canggih ini pada ribuan tahun yang lalu, maka para ilmuwan
Barat baru menyadarinya pada abad ini.

Tetapi, bahasa peninggalan dari Sindhu tidak saja muncul di India dan
melebar ke Eropa. Di Indonesia peradaban yang mirip sudah ada sejak
ribuan tahun yang lalu. Bahasa Indonesia akarnya berasal dari Melayu dan
bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Tetapi, bahasa-bahasa daerah di
Indonesia banyak yang berasal dari bahasa Sansekerta. Contoh, varna di
Indonesia dikenal sebagai warna; Bhumi menjadi bumi; dev menjadi
dewa/dewi; jiiva menjadi jiwa, dan lain sebagainya.

Bahasa Daerah Jawa tidak menggunakan huruf alfabet a-z, tetapi
menggunakan aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka yang masing-masing mempunyai arti
filsafatnya. Bahasa Jawa dan Bali menggunakan aksara yang sama meskipun
dengan pengucapan yang berbeda. Aksara-aksara ini mempunyai kemiripan
dengan aksara-aksara bahasa Telugu yang digunakan di India Selatan.

Hal-hal seperti ini menunjukkan ketinggian suatu budaya di mana suatu
kata tidak terbentuk oleh sekedar alfabet, tetapi aksara dengan lafal
yang berirama, mempunyai vibrasi, dan arti tertentu. Satu pepatah bahasa
Jawa yang menggambarkan keadaan ini berbunyi: "Basa iku busananing
Bangsa", yang artinya budi pekerti seseorang atau suatu bangsa akan
terlihat melalui bahasa yang dituturkannya

Bandingkan dengan alfabet Romawi yang kita pakai sekarang (huruf a
sampai z) di mana lafal serta penggunaannya tidak konsisten. Sayangnya,
kedalaman budaya lokal Indonesia telah dianggap kadaluarsa oleh sebagian
orang-orang Indonesia padahal dunia Barat justru mulai melakukan
penelitian mendalam terhadapnya.

*) Tulisan ini diambil dari buku berjudul "Sains dan
Spiritualitas", terbitan PT One Earth Media, 2006, karya Roy B.
Efferin -- seorang yang menekuni dunia Sains, Spiritualitas, dan Aikido.

Benarkah Kalky Avatara dan Buddha Maittreya adalah Muhammad ?????

Benarkah Kalky Avatara dan Buddha Maittreya adalah Muhammad ?????

Situs-situs berbahasa Indonesia saat ini semakin padat dan bersemangat untuk memajang tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa :
• Kalky Avatara adalah Muhammad
• Buddha Maitreya adalah Muhammad.
• Baik itu Kalky Avatara maupun Buddha Maitreya adalah Muhammad
Klaim pertama berasal dari Prof. Pundit Vaid Parkash/Prof. Waid Barkash dan klaim kedua berasal dari KH. Jalaludin Rakhmat. Klaim yang ketiga saya ambil dari situs-situs Islam seperti: madinah-al-hikmah.net dan al-shia.com Bandingkan dengan ramalan itu sendiri:
• Kalky Avatara: Bantahan terhadap Prof. Pundit, Stephen Knapp, Definisi, dan Cuplikan Kalki Purana
• Buddha Maitreya: Berita Dharmayana Edisi No:28 Tahun 1999 dan Samaggi-phala
Tulisan ini diperuntukan untuk menguji apakah 2(dua) nama besar diatas benar-benar sepadan dengan tulisan mereka dan juga sebagai langkah koreksi terhadap penyesatan informasi yang dilakukan oleh kalangan penyiar Islam. Penyesatan informasi ini tidak saja bagi para pemeluk Hindu dan Buddha namun juga berdampak pada para pemeluk Islam sendiri dimana hanya memberikan eforia semu tanpa makna yang semakin menjauhkan mereka dari keinginan untuk menggali dan mengetahui yang sebenar-benarnya tentang Islam itu sendiri dan hanya merasa cukup atas apa yang dikatakan oleh Ulama/Ustad mereka.
Untuk itu tulisan ini saya bagi dalam beberapa bagian yaitu:
• Pengertian Avatar dalam Hindu,
• Pengertian Buddha,
• Kapan kemunculan Awatar Kalki,
• Kapan Kemunculan Buddha Maitreya,
• Apakah Kalki Avatara sama dengan Buddha Maitrya serta hidup pada satu jaman?
• Pondasi Dasar Hindu dan Buddha (KarmaPhala, Reinkarnasi, Konsep ketuhanan dan Nirwana)
• Uji material keabsahan atas klaim tersebut
• Kesimpulan
• Bahan2 yang berkaitan dengan tulisan ini.
Saya beri jaminan bahwa belum sampai artikel habis anda simak, andapun sudah dapat menilai apakah nama besar merupakan jaminan mutu atas kebenaran tulisan mereka dan tentu saja sekaligus dapat menyimpulkan mengenai valid atau tidaknya klaim yang dimuat pada artikel-artikel tersebut diatas.
Apakah Avatar itu?
Awatara atau Avatar (Sansekerta: अवतार, avatāra, baca: awatara) dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa ke dunia dengan mengambil suatu bentuk material, dalam tujuan menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan dan menegakkan dharma seperti yang dikatakan dalam Dalam Bhagawad Gita:
"Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge" (Bhagavad Gītā, 4.7-8)
manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
Jadi Ia adalah Tuhan yang Turun kedunia untuk menegakkan kebenaran dan menyelamatkan dunia dari kejahatan dari zaman ke zaman

Apakah Buddha Itu?
Kata Buddha berasal dari kata Budh yang artinya bangun atau sadar. Buddha bukanlah nama seseorang namun gelar kesucian bagi mereka yang telah mencapai kesempurnaan. Jadi Buddha berarti orang yang telah sadar / bangun dari kegelapan bathin atau orang yang telah mencapai atau mendapatkan penerangan sempurna (Bodhi). Ia juga dikatakan yang menjadi guru manusia dan para dewa.
Seorang Buddha mempunyai 6 kekuatan gaib (Abhinna), yaitu memiliki kekuatan gaib, telinga dewa, penembus hati orang lain, ingatan pada kelahiran-kelahiran yang masa lalu, mata dewa, dan kemampuan untuk melenyapkan semua ikatan Abhinna pertama hingga kelima. disamping itu ia juga mempunyai 32 ciri manusia agung:
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=182
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika arama, dekat kota Savatthi. Di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu." "Ya, Bhante," jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, seorang Manusia Agung (Maha Purisa) memiliki 32 tanda (lakkhana). Bagi Maha Purisa yang memiliki 32 lakkhana ini hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain. Jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka:
• ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), raja berdasarkan raja-dhamma,
• penguasa empat penjuru dunia,
• penakluk, pelindung rakyat,
• pemilik tujuh ratna. Tujuh ratna itu adalah: cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang.
• Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh.
• Namun ia akan menaklukkan muka bumi bukan dengan pedang tetapi dengan kebenaran.
Dengan memiliki ini, jika ia hidup berumah-tangga :
Ia akan menjadi raja cakkavati ... penakluk bukan dengan tombak atau pedang melainkan dengan kebenaran (dhamma), ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana…Ia tidak akan terganggu oleh kemauan jahat manusia... Ia berusia panjang, selama hidupnya tidak ada orang lain yang dapat membunuhnya ... telah terlahir sebagai manusia yang tak pernah marah, tanpa berkerut, begitu pula walaupun banyak kata-kata (jahat) telah ditujukan kepadanya ia tidak menjadi kejam, terhasut, gusar, agresif; tidak mempertunjukkan kemarahan, kebencian dan kejengkelan..Ia akan memiliki anak yang banyak, lebih dari seribu anak yang perkasa dan penakluk musuh-musuh ...Ia tidak akan kehilangan: milik dan kekayaan, berkaki dua atau berkaki empat, istri dan anak, ia akan sukses dalam semua hal ....telah terlahir sebagai manusia yang pantang membahayakan orang lain dengan tangan, batu, tongkat atau pedang…Ia tidak dapat diganggu oleh maksud jahat manusia atau lawannya.... sebagai manusia yang pantang melakukan mata pencaharian salah, hidup dengan mata pencaharian benar, tidak menipu dengan timbangan maupun ukuran, tidak memberi suap dan tidak korupsi, tidak curang, tulus, tidak melukai, tidak membunuh, tidak mengurung orang, tidak menodong dan tidak merampok.
Bilamana ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (pabbajja), maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha.
Para bhikkhu, apakah 32 Maha Purisa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain, jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), ... maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha; yaitu:
1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.
2. Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
3. Tumit yang bagus (ayatapanhi).
4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).
6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).
7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).
8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavattha-guyho).
11. Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno)
12. Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit
13. Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
15. Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).
16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).
18. Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).
19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).
21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).
22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).
23. Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).
24. Gigi-geligi rata (sama-danto).
25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).
26. Gigi putih bersih (susukka-datho).
27. Lidah panjang (pahuta-jivha).
28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.
29. Mata biru (abhinila netto).
30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).
31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
32. Kepala bagaikan berserban (unhisasiso).
Kapan Kalki Avatara akan hadir dimuka Bumi ini?
"When the practices taught by the Vedas and the institutes of law shall nearly have ceased, and the close of the Kali age shall be nigh, a portion of that divine being who exists of his own spiritual nature in the character of Brahma, and who is the beginning and the end, and who comprehends all things, shall descend upon the earth. He will be born as Kalki in the family of an eminent brahmin of Sambhala village, endowed with the eight superhuman faculties. By his irresistible might he will destroy all the barbarians and thieves, and all whose minds are devoted to iniquity. He will then reestablish righteousness upon earth; and the minds of those who live at the end of the Kali age shall be awakened, and shall be as pellucid as crystal. The men who are thus changed by virtue of that peculiar time shall be as the seeds of human beings, and shall give birth to a race who shall follow the laws of the Krita age, the Age of Purity. As it is said, "When the sun and moon, and the luner asterism Tishya, and the planet Jupiter, are in one mansion, the Krita age shall return." (Vishnu Purana 4.24)
"Thereafter, at the conjunction of two yugas [Kali-yuga and Satya-yuga], the Lord of the creation will take His birth as the Kalki incarnation and become the son of Vishnuyasha. At this time the rulers of the earth will have degenerated into plunderers." (Bhag.1.3.25)
"Lord Kalki will appear in the home of the most eminent brahmana of Shambhala village, the great soul Vishnuyasha." (Bhag.12.2.18)
Dari kutipan diatas kita mengetahui bahwa Kalki Avatara itu akan hadir pada akhir jaman Kaliyuga dan Awal jaman Krta yuga/Satya Yuga. Sehingga pertanyaan berikutnya adalah kapan sih itu dalam perhitungan tahun masehi?
Permulaan jaman kali yuga adalah saat meninggalnya Krishna Avatara yaitu di tahun 3102 BC dan berapa panjangkah jaman kali yuga itu?
Dalam teks-teks hindu dikatakan bahwa panjang jaman kali yuga adalah antara 360.000 tahun (Brahmanda Purana 1.2.29.31-34) dan 432.000 tahun (Perhitungan yang didasari dari Vishnu Purana (Book One, Chapter Three), the Srimad-Bhagavatam (3.11.19), juga dengan Bhagavad-gita (8.17), Vayu Purana (Chapter 57) dan Shanti Parwa( 231))
Sehingga dapat ditarik perhitungan berakhirnya jaman kali yuga adalah dikisaran tahun 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi. Petunjuk ini juga menentukan kepastian turunnya Kalki Avatara kedunia.
Kapan Kemunculan Buddha Maitreya?
Dalam Sutra maitreya dikatakan bahwa Buddha maitreya akan hadir dimuka bumi ini setelah 56 koti laksa tahun, dalam bahasa Sangsekerta laksa = 10.000 dan Koti = 100.000, jadi Buddha Maitreya akan hadir setelah 56.000.000.000 tahun.
Petunjuk kedua adalah berdasarkan pada Digha Nikaya iii.7; Mahavamsa xxxxxxii. 73, 81; Chullavamsa xxxviii. 68; Milinda Panha 159; dan Atthasalini 415, yang menyatakan bahwa Buddha Maitreya akan hadir di dunia ketika umur hidup manusia saat itu mencapai 84.000 tahun dan Ajaran Buddha sudah tidak ada lagi di muka bumi
Benarkah kalky Avatar sama dengan Buddha Maitreya?
Pada The Mahabharata (Shanti Parva, 231.29-32), disebutkan bahwa Satu siklus Brahma (Krita/Satya-yuga, Treta-yuga, Dvapara-yuga, dan Kali-yuga) adalah 12.000 tahun Dewa atau setara dengan 4.320.000.000 tahun. Saat ini adalah baru permulaan jaman Kali Yuga di siklus terakhir Brahma. Perlu diketahui bahwa Buddha Maitreya dikatakan akan muncul di 56.000.000.000 tahun kemudian sejak jaman Buddha Gautama dan juga tentunya setelah kematian Krisna Avatar.
Dari keterangan diatas dapat dihitung bahwa Buddha Maitreya akan hadir didunia ini setelah 12 sampai 13 Silkus Brahma dan bukan di Siklus ini. sehingga jelas sudah bahwa Kalki Avtara adalah tidak sama dengan Buddha Maitreya.
Pondasi Dasar Agama Hindu dan Buddha
Karmaphala
Hindu:
Karmaphala atau karma pala adalah konsep dasar dalam ajaran-ajaran Hindu. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti perbuatan/aksi, dan phala berarti buah/hasil. Karmaphala berarti buah dari perbuatan yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil (baik atau buruk).
Karmaphala ini erat kaitannya dengan reinkarnasi, dimana hasil perbuatan manusia akan dipetik olehnya bisa pada saat ini juga, diwaktu yang akan dating pada kehidupannya saat ini maupun pada kehidupannya mendatang. Demikian pula keadaan saat ini merupakan buah dari hasil perbuatan masal lalu atau juga berasal dari kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia yang menentukan baik/buruk kehidupan yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi)
Buddha:
Kamma adalah kata bahasa Pali (dalam bahasa Sansekerta karma) yang berarti "perbuatan". Hal ini dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral), mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda :
"O, bhikkhu, kehendak untuk berbuat (bahasa Pali : Cetana) itulah yang Kami namakan Kamma. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan, perkataan atau pikiran."
Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb :
"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".
________________________________________
Reinkarnasi/Tumimballahir/Tumitis
Reinkarnasi (dari bahasa Latin untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula"[1]) atau t(um)itis, merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali ke bumi ini. Terdapat dua aliran utama yaitu mereka yang mempercayai bahwa manusia akan kembali kekal lahir kembali dan mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung (Nirvana) atau menyatu dengan Tuhan (moksha), contohnya ajaran Buddha dan Hindu.
Hindu:
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksha).
Proses reinkarnasi
Pada saat jiwa lahir kembali, roh yang utama kekal namun raga kasarlah yang rusak, sehingga roh harus berpindah ke badan yang baru untuk menikmati hasil perbuatannya. Pada saat memasuki badan yang baru, roh yang utama membawa hasil perbuatan dari kehidupannya yang terdahulu, yang mengakibatkan baik-buruk nasibnya kelak. Roh dan jiwa yang lahir kembali tidak akan mengingat kehidupannya yang terdahulu agar tidak mengenang duka yang bertumpuk-tumpuk di kehidupan lampau. Sebelum mereka bereinkarnasi, biasanya jiwa pergi ke sorga atau ke neraka.
Dalam filsafat agama yang menganut faham reinkarnasi, neraka dan sorga adalah suatu tempat persinggahan sementara sebelum jiwa memasuki badan yang baru. Neraka merupakan suatu pengadilan agar jiwa lahir kembali ke badan yang sesuai dengan hasil perbuatannya dahulu. Dalam hal ini, manusia bisa bereinkarnasi menjadi makhluk berderajat rendah seperti hewan, dan sebaliknya hewan mampu bereinkarnasi menjadi manusia. Sidang neraka juga memutuskan apakah suatu jiwa harus lahir di badan yang cacat atau tidak.
Akhir proses reinkarnasi
Selama jiwa masih terikat pada hasil perbuatannya yang terdahulu, maka ia tidak akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yakni lepas dari siklus reinkarnasi. Maka, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi tersebut, roh yang utama melalui badan kasarnya berusaha melepaskan diri dari belenggu duniawi dan harus mengerti hakikat kehidupan yang sebenarnya. Jika tubuh terlepas dari belenggu duniawi dan jiwa sudah mengerti makna hidup yang sesungguhnya, maka perasaan tidak akan pernah duka dan jiwa akan lepas dari siklus kelahiran kembali. Dalam keadaan tersebut, jiwa menyatu dengan Tuhan (Moksha [2]).
Buddha:
Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran ditentukan oleh karma makhluk tersebut; bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiaannya, bila pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga segala sesuatu tergantung dari karma masing-masing.
Tumimbal Lahir adalah istilah yang dikenal dalam agama Buddha sehubungan dengan kelahiran kembali suatu mahluk hidup dalam alam kehidupan yang sama atau berbeda serta tidak membawa kesadaran akan kehidupan dari alam sebelumnya. Konsep ini berbeda dengan konsep reinkarnasi di mana reinkarnasi masih membawa kesadaran akan alam kehidupan dari alam sebelumnya.
Yang dimaksud dengan Tumimbal lahir adalah suatu proses kelahiran kembali jasmani dan batin yang lama mengalami pelapukan, kehancuran, dan kemudian muncul jasmani dan batin baru yang timbul akibat adanya kekuatan kamma (perbuatan). Jadi disini jasmani dan batin/”jiwa” tidak kekal. Konsep ini dianut oleh penganut Buddhisme sesuai dengan 3 prinsip dasar hidup dan kehidupan yaitu : Anatta, segala sesuatu adalah tanpa adanya “roh”/”jiwa”/batin yang kekal. Anicca, segala sesuatu yang terbentuk dari gabungan beberapa unsur adalah tidak kekal. Dukkha, segala sesuatu yang tidak kekal membawa penderitaan.
Sedangkan pada Reinkarnasi yaitu Jasmani mengalami kehancuran, tetapi “jiwa”/batin tidak mengalami kehancuran/perubahan. Kemudian “jiwa” “mencari” dan menempatkan jasmani yang baru
Reinkarnasi adalah suatu proses kelahiran kembali dimana batin/”jiwa” yang lama meninggalkan jasmani yang sudah lapuk dan mencari jasmani baru. Jika diumpamakan seperti kita mengganti baju, dimana tubuh kita adalah “jiwa/batin kita, dan baju sebagai jasmani kita. Setelah baju (jasmani) usang, maka diganti dengan yang baru. Jadi disini hanya batin/”jiwa” yang dikatakan kekal. Konsep Reinkarnasi ini di anut oleh agama Hindu seperti yang dijelaskan dalam salah satu kitab suci agama Hindu yaitu Bhagavad Gita. Dan Buddhisme menolak adanya batin/”jiwa” yang kekal
Konsep Ketuhanan
Hindu:
BhagavadGita(13:12-22) disebutkan:
Beliau memiliki tangan, kaki, mata, kepala, dan muka yang berada dimana-mana, dan Beliau memiliki telinga di segala penjuru. Ia berada dalam segala sesuatu dan meliputi alam semesta. Beliau sumber asli segala indria, namun tanpa memiliki indria. Beliau tidak terikat, walau Beliau memelihara semua makhluk. Beliau melampaui sifat-sifat alam, dan pada waktu yang sama Beliau adalah penguasa semua sifat alam material. Beliau berada di luar dan di dalam segala insan, tidak bergerak namun senantiasa bergerak, Beliau di luar daya pemahaman indria material. Beliau amat jauh, namun juga begitu dekat kepada semua makhluk. Walaupun Beliau terbagi di antara insani, namun Beliau tidak dapat dibagi. Beliau mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Beliau pemelihara segala makhluk, dan Beliau menciptakan sekaligus memusnahkan mereka. Beliau adalah sumber dari segala benda yang bercahaya. Baliau di luar kegelapan alam dan tidak terwujud. Beliau adalah pengetahuan dan tujuan pengetahuan. Beliau bersemayam di dalam hati sanubari segala makhluk
Bentuk penegasan sekaligus koreksi yang dilakukan dalam mengembalikan pemahaman yang benar dalam Veda adalah seperti yang dinyatakan dalam Bhagavad Gita dalam adhyaya IV sloka 11 dan adhyaya VII sloka 21 yang berbunyi sebagai berikut:
Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham, mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah
Yo-yo yam-yam tanum bhaktah sraddhayarcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham tam eva vidadhamy aham
Arti:
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana - mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera
sa tayā śraddhayā yuktas tasyārādhanam īhate labhate ca tatah kaman mayaiva vihitān hi tān (Bhagavad Gītā, 7.22)
Arti:
Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.
ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitā te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam (Bhagavad Gītā, IX.23)
Arti:
Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna)
"Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku." (Bhagavad-gita 9.25)
Sloka-sloka diatas secara tegas telah menyatakan bahwa tidak penting jalan mana yang ditempuh untuk mencapai pencerahan atau mencapai Yang teragung, akan tetap diterima olehNya adapun jalan yang dimaksud adalah KarmaYoga, BhaktiYoga, JnanaYoga dan Raja Yoga.

Buddha:
Konsep kebebasan dan ketuhanan dalam Buddha adalah mengikuti apa yang tercantum dalam Khuddaka-Nikaya dalam Sutta Pitaka Udana VIII.1-4:
O, bhikkhu, ada keadaan di mana tidk ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara; tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran, tidak ada dasar dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan presepsi dan tidak bukan presepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun dua dunia itu; tidak ada matahari atau rembulan. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpancang, tidak dapat digerakkan, tidak mempunyai penyangga. Inilah akhir dari penderitaan.
Yang tidak terpengaruh sulit untuk diketahui, Kebenaran tidak mudah dilihat; Nafsu keinginan akan ditembus oleh orang yang tahu, Tidak ada penghalang bagi orang yang melihat.
O. bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, yang mutlak; maka tiak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, oemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, yang mutlak; maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Bagi yang ditopang, ada ketidakstabilan, bagi yang tidak ditopang, tidak ada ketidak-stabilan, bila tidak ada ketidakstabilan ada ketenangan; bila ada ketenangan tidak ada sikap takluk; bila tidak ada sikap takluk tidak ada datang-dan-pergi; dan bila tidak ada atang-dan-pergi tidak ada kematian dan kemunculan; bila tidak ada kematian-dan-kemeunculan, tidak ada “di sini” atau “diluar sana” ataupun “di antara keduanya”. Inilah akhir dari penderitaan.
Buddha menyatakan bahwa tujuan dari pembebasan adalah Nibana dan wujud pencipta terwakili dengan kata sifat ketuhanan yang dituju yaitu, tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta dan mutlak. Tida dinyatakan oleh Buddha untuk dipuja.
Buddha menolak anggapan bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk tidak lain merupakan kehendak tuhan. Menurut Buddha, semua perbuatan dan semua yang dialami seseorang bukan merupakan kehendak tuhan, yang mengakibatkan seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. (Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61.)
Begitu juga dalam Devadaha Sutta, Majjhima Nikaya 101 yang mengatakan
Apabila, O para bhikkhu, makhluk-makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issaranimmanahetu), maka para petapa telanjang ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara), karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.
Kemudian dalam Bhuridatta Jataka, Jataka 543:
”Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap, Brahma adalah ketak-adilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru.”
________________________________________
Moksa/Nibana/Nirwana plus Surga dan Neraka
Moksa (Sansekerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi.
Sementara Surga dan Neraka adalah salah satu tempat dimana Ia menerima hasil dari perbuatannya selama hidupnya dahulu atau dikehidupan akan dating.
Dalam Buddhisme, nirvāṇa (dari bahasa Sansekerta -- Pali: Nibbāna -- bahasa Tionghoa: Nie4 Pan2 (涅槃)), secara harafiah: "kepunahan" atau "pemadaman", adalah kulminasi pencarian umat Buddha terhadap kebebasan.
Siddartha Gautama, sang Buddha, menejelaskan Buddhisme sebagai sebuah rakit yang, setelah mengapung di atas sungai, akan memperbolehkan sang penumpangnya untuk mencapai nirwana.
Hinduisme juga menggunakan nirwana sebagai sinonim untuk pemikiran mereka tentang moksha, dan nirvana dibicarakan dalam beberapa tulisan tantra Hindu serta Bhagawad Gita.
________________________________________
Uji Material Keabsahan Klaim Kalangan Islam
• Apakah Muhammad adalah Tuhan? Tidak, Muhammad adalah seorang utusan Tuhan. Sedangkan Kalki Avatara adalah Tuhan, dan Muhammad pun tidak mendekati definisi dan ciri2 Buddha. Perlu dicatat bahwa Buddha tidak pernah menganjurkan untuk Menyembah Tuhan.
• Apakah Muhammad Menyatakan Reinkarnasi(Punarbawa/Tumimbal Lahir)? Tidak
• Apakah Muhammad menyatakan ada hukum Karmaphala(Kamma)? Tidak
• Apakah Muhammad menyatakan ada Nirwana(nibbana) selain Surga dan Neraka? Tidak
• Apakah tahun kehidupan Muhammad berada di dekat tahun-tahun yang diramalkan akan hadirnya Kalki Avatara dan/atau Buddha Maitreya didunia? Tidak
o Kalkiy Avatara akan muncul didunia pada kisaran 352.981 Masehi atau tahun 424.981 Masehi dan Buddha Maitreya akan hadir di 56.000.000.000 tahun lagi.
o Kalky avatar lahir pada bulan Baisakha 12 hari setelah bulan penuh (purnama), berarti 12 hari setelah tanggal 14/15 yaitu tanggal 26/27 akhir bulan Baisakha.
o Sementara itu kepastian tanggal lahir Muhammad pun tidak diketahui saat dulu maupun sekarang. Pendapat para Ulama berbeda-beda dalam hal ini. Phillip K. Hitti berkata bahwa dia dilahirkan sekitar 571 AD (History of the Arabs, hal 111). Abdullah Yusuf Ali berkeras, "tahun yg selalu diberikan utk kelahiran sang Nabi adalah 570 AD, meski tanggalnya harus dikira-kira, jadi angkanya adalah antara 569 dan 571, kemungkinan batas paling ekstrim." (Quran, V.2, hal 1071).
o Walau tahun kelahirannya Muhamad misterius, Muslim tetap menetapkan bahwa dia lahir dijam2 awal pada hari Senin, hari ke-29 bulan Agustus, 570 AD (Lihat Ghulam Mustafa, Vishva Nabi, hal 40). – Sebuah perayaan yg mereka rayakan dg pawai riuh. Namun faktanya tetap: tahun kelahiran Muhamad tidak ditetapkan berdasarkan bukti2 sejarah yg dapat dipercaya. Perayaan kelahiran Muhammad, dengan begitu, ini tidak berdasarkan sumber2 kuat Islam namun hanya berdasarkan tradisi.
• Apakah Muhammad yang mengajarkan sendiri ajarannya? Tidak, ia diberitahukan melalui perantara yang bernama Jibril yang diyakini sebagai malaikat (mungkin dapat disamakan dengan Dewa). Buddha Maitreya tidak memerlukan perantara untuk mengajar, bahkan Buddha Maitreya adalah guru para Dewa. Sedangkan Kalki, adalah Pemilik para Dewa sehingga Dewapun tunduk dan patuh padaNya.
• Apakah Muhammad memiliki 6 Abbhina/kekuatan Gaib? Tidak. Para Buddha mempunyai 6 kekuatan Gaib, Kalki avatar digambarkan memiliki 8 kekuatan Gaib yang melekat padanya dan dapat digunakan kapanpun Ia mau.
• Apakah Muhammad menguasai penjuru dunia? Tidak, Sewaktu Muhammad hidup lingkup daerah kekuasaan yang berhasil ditaklukannya bahkan tidak sampai keluar dari Jazirah Arab
• Apakah Muhammad mempunyai banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh? Tidak, Semua anak laki-lakinya telah mati muda, Dari Khadijah (Qasim dan Abdullah) meninggal selagi bayi, dari Budaknya Maria al-Qibthiya (Ibrahim) meninggal saat usia 4 tahun. Yang tersisa hanya berasal dari putrinya Fatimah yang menikah dengan Ali (Hasan dan Husain) yang juga tewas sekeluarga dibantai pada masa Bani Umayah dan Bani Abbas. Menurut sumber yang masih harus diuji keabsahannya dikisahkan bahwa masih ada keturunan Muhammad yang selamat dan lari ke maroko.
• Apakah Muhammad mempunyai ciri2 32 Manussa Agung/Maha Purisa? Tidak
• Apakah Muhammad menaklukan tidak dengan pedang tapi dengan kebenaran? Tidak, ia berperang dengan menggunakan Pedang. Ini sangat jauh berbeda dengan Buddha dimana saat Beliau di cacimaki, diserang Gajah dan hendak dibunuh tetap dalam keadaan diam tidak menyerang dan hanya menyampaikan kebenaran melalui ucapanNya saja dan semua yang menyerangnya menjadi Pengikutnya. Sementara Kalki dikisahkan bersenjatakan Petir(Bajra) yang menyerupai Pedang yang dapat menghanguskan sebuah Kota (ini lebih menyerupai senjata masa depan daripada sebuah pedang jaman dulu)
• Apakah Muhammad mempunyai kuda putih sebagai tunggangannya setiap saat? Tidak, Ia tidak mempunyai tunggangan yang sama yang dipakainya setiap saat dan tidak pernah tercatat bahwa Muhammad mempunyai kuda berwarna putih sebagai tunggangannya.
• Apakah Buraq adalah Kuda putih? Tidak, Buraq adalah suatu mahluk menyerupai hewan berwarna putih berbadan lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari Bagal (MuslimBook 001, Number 0309, Buchari, Vol 5, Book 58, Number 227:) bermuka Manusia dan berekor merak (The Haj, Leon Uris's dan Gambar Buraq dari literatur abad 16). Buraq tidak ditunggangi Muhammad setiap saat namun hanya satu kali yang konon terjadi pada peristiwa Isra’ Mir’aj [AQ 17:1; Bukhari vol 9, buku 63 no.608; Tisdal, W., "Original Sources of Islam", hal. 78] pada tanggal 27 Rajab tahun ke-11 kerasulan Muhammad. Buraq tidak pernah disebut dalam Al Qur’an dan hanya muncul di Hadis sahih Muslim dan Buchari dan itupun tidak pernah disebutkan sebagai Kuda berwarna putih. Peristiwa Isra’ Miraj menyatakan:
o Muhammad pergi menaiki Buraq ( Buraq tidak pernah ada di dalam Qur’an dan hanya tercatat di hadist itupun tidak pernah dikatakan sebagai Kuda Putih).
o Saat Isra’ Mir’aj, Nabi berada dirumah seorang sepupunya (wanita) yang baru kehilangan suami(sampai tengah malam), ini tidak lazim menurut adat istiadat setempat, sementara Nabi belumlah diterima secara luas di Mekkah (2 tahun sebelum Hijrah dan hampir 1 tahun setelah ditinggal istri dan pamannya),
o Pada AQ 17:1 disebutkan Nabi mengunjungi Mesjid Aqsa yang justru baru dibangun setelah Nabi Meninggal oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66 H dan selesai tahun 73 H (56 tahun setelah Nabi Muhamad Wafat)
o Merupakan awal mula Shalat 5 waktu. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj awalnya diperintahkan 50 x shalat satu harinya dan Nabi berhasil menawar kepada Allah menjadi 5 x (jadi, sampai dengan 11 tahun masa ke rasulan tidak ada perintah Shalat)
• Apakah Muhammad tidak pernah Membunuh dan/atau anti pembunuhan? Tidak, Ia membunuh dan memerintahkan Pembunuhan dan pembantaian.
• Seorang Buddha setelah mencapai Buddha tidak akan menikah lagi untuk alasan Apapun, apakah Muhammad juga tidak menikah lagi setelah menjadi Rasul? Tidak, setelah menjadi Rasul, Paling tidak Muhammad beristri 15 orang, 2 (dua) diantaranya diceraikan.
• Apakah Istri Muhammad ada yang bernama Padma? Tidak, Selain dari Khaddijah, istri-istri Muhammad lainnya adalah Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah, Juwariyah, Zainab binti Jahsyi(Mantan istri anak angkat Muhammad-Zaid ibn Haritsah), Raihanah(Budak milik Muhammad), Syafiyyah, Maemunah, Maria Qibthiyyah(budak milik Hafshah), Arkian dan masih banyak lagi(Sumber:Biografi Rasullulah, Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, Penerbit Qisthi press, Januari 2006, hal.887: Seandainya Rasulullah s.a.w berkehendak untuk memiliki ribuan budak perempuan dan selir, tentu saja Rasulullah s.a.w. tidak akan mengurangi haknya untuk mengambil hal tersebut. Apalagi….)
• Apakah maksud dari arti kata Ayahanda Kalki (Vishnuyasha), Ayahhanda Buddha Maitreya (Subrahma) sama artinya dengan nama ayahanda Muhammad (Abdullah)? Tidak, Vishnuyasha berarti Pengikut Wisnu, Subrahma adalah Brahma yang baik sedangkan Abdulah berarti Pengikut Allah,
o Kata Allah pada jaman Pra-islam Allah berkonotasi dengan dewa bulan. Pada jaman sebelum islam orang Arab menyembah dewa(i). Di Mekah, “Allah” adalah dewa tertinggi bangsa Quraish, sukunya Nabi. Allah memiliki 3 puteri: Al Uzzah (Venus); Manah, dewi nasib dan Al Lat, dewi tumbuh2an. Mereka dianggap paling kuasa dan campur tangan mereka atas nama pemuja sangat penting.
o Pernyataan Albert Hourani: “Nama Islam bagi Tuhan adalah “Allah”, yang sudah dipakai utk dewa2 setempat "(bahkan dipakai orang Yahudi dan Kristen yg berbicara Arab--lihat A history Of Arab people by Albert Hourani, 1991, page-16, Belknap press of Harvard University, USA).
• Apakah Arti dari Kalky, Maitreya dan Muhammad sama? Tidak, Kalky= Abadi/ pejuang yang perkasa, Maitereya adalah nama Suku beliau dan nama sebelum menjadi Buddha adalah Ajita = pemenang, tidak tertaklukan (Buddha Gautama, Gautama adalah nama suku, nama sebelum menjadi Buddha adalah Sidharta=tercapai semua maksudnya), Sedangkan Nama asli Muhammad adalah Kothan Halabi...Aminah menyebut bayinya Kothan, tapi kakeknya mengubahnya menjadi Muhammad dikemudian hari (lihat Buku R.V.C. Bodley "The Messenger", hal 6). Arti Muhammad adalah yang terpuji namun apakah arti Kothan?
• Apakah Ayahanda Muhammad kepala suku, atau keluarga kaya atau keluarga terpandang? Tidak,
o Muhammad bukanlah orang kaya, bukan anak kepala suku dan bukan dari keluarga terpandang, ia lahir di Bakka (Quran 3:96) dan kemudian dikenal sebagai Mekah. Suku Quraish adalah penghuni aslinya, mengingat fakta bahwa suku merekalah yg memiliki kontrol atas pengawasan dan ritual religius dari rumah Tuhan tsb.
o Anggota2 dari suku Quraish terdiri dari tiga kelompok. Satu adalah kelompok pendeta, yg mengontrol rumah Tuhan dan mendapatkan pemasukan dari para peziarah. Kelompok kedua terdiri dari sejumlah kecil orang Quraish yg melakukan perdagangan. Kelompok ketiga adalah yg paling besar, dan terdiri dari mereka yg menopang hidupnya dg menyediakan air dan pelayanan2 lain bagi para peziarah.
o Pekerjaan ini tidak menjamin pemasukan yg tetap bagi mereka; ketika mereka menerima peziarah dalam jumlah yg banyak, mereka mendapat pemasukan yg besar, tapi ketika jumlah peziarah kecil pendapatan merekapun kecil. Orang2 ini spt pekerja zaman kita sekarang; mereka dibayar kalau ada pekerjaan. Lebih dari 1400 tahun yg lalu, tinggal di Mekah seorang laki2 bernama Abdullah. Dia termasuk kelompok ketiga dari kaum Quraish. Istrinya bernama Aminah. Karena dia tidak mempunyai pendapatan yg tetap, keuangan rumah tangganya selalu kempas kempis. Seringkali keduanya harus tidur tanpa makan. Kemiskinan yg terus menerus akhirnya sampai pada puncaknya, mereka sering bertengkar dan bertengkar mengenai kondisi keuangan mereka dan juga mengenai masa depan mereka.
o Kalki adalah orang terpandang begitu pula dengan Maitreya, tidak pernah seorang Avatar dan Buddha lahir dikeluarga tidak perpandang.
• Detail lebih lanjutnya ada pada satu artikel bagus yang menjawab dengan tegas dan lugas kekeliruan-kekeliruan yang dipaksakan untuk mengatakan bahwa Muhammad adalah Kalky Avatara mohon klik ini
________________________________________
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari uji material klaim diatas, didapatkan kesimpulan bahwa:
• Tidak ada seorang yang bernama Profesor Pundit Vaid Parksah di Universitas Allahabad
• Kemunculan Kalky Avatara dan Buddha Maitreya tidak berada dijaman Muhammad bahkan tidak juga untuk beberapa ratus tahun kedepan.
• Kalki Avatara tidak sama dengan Buddha Maitreya dan juga jelas bahwa kemunculan mereka tidak pada kisaran Jaman yang sama.
• Terdapat perbedaan Pondasi dasar yang sangat besar antara Ajaran Islam dibandingkan dengan Ajaran Hindu dan Buddha.
• Uji klaim tersebut juga membuktikan bahwa nama-nama besar dan situs-situs tersebut ternyata 0 (nol) besar sehingga sangat jelas terlihat bahwa hal ini merupakan propaganda pembodohan dan sebuah metoda Syiar yang bernilai rendah.
________________________________________